Mengenai Saya

Foto saya
Nama saya Endah Susiawaty, tempat tanggal lahir 01 juli 1997 saya mahasiswi Akademi Keperawatan Harum Jakarta Utara

About

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya. Nyeri terkait erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama yang menyebabkan ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar klien, sensasi nyeri ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi mencederai. Dampak nyeri pada perasaan sejahtera klien sudah sedemikian luas diterima sehingga banyak institusi sekarang menyebutkan nyeri “tanda vital kelima” dan mengelompokkannya dengan tanda-tanda klasik suhu, nadi, pernafasan, dan tekanan darah. Dan peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem. Peran perawat menurut Konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari pemberian asuhan keperawatan, advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, konsultan, peneliti atau pembaharuan. Sedangkan fungsi perawat sebagai independen, dependen, dan interdependen.

B.     Rumusan Masalah
a.       Pengertian nyeri ?
b.      Bagaimana fisiologi, klasifikasi stimulus dan faktor nyeri tersebut ?
c.       Bagaimana teori nyeri itu?
d.      Bagaimana proses keperawatan pada kebutuhan rasa aman dan nyaman (nyeri) ?

C.    Tujuan
a.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas asuhan keperawatan KDM II
b.      Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dan tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan khususnya mengenai kebutuhan aman dan nyaman (nyeri)

D.    Sistematika Penulisan
1.      Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
2.      Bab II  tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar, fisiologi nyeri, etiologi nyeri, teori penghantar nyeri, klasifikasi nyeri,pengalaman nyeri, pengukuran intensitas nyeri, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
3.      Bab III tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan, evaluasi
4.      Bab IV pembahasan
5.      Bab V penutup terdiri dari kesimpulan dan saran




















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.     Konsep Dasar Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (latin) atau pain (inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang kurang menyenangkan. Walaupun demikian, kita semua menyadari bahwa rasa sakit kerapkali berguna, antara lain sebagai tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik di dalam diri manusia.
Nyeri bersifat subjektif karena intensitas dan responnya pada setiap orang berbeda-beda. Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli tentang pengertian nyeri :
1.      Long (1996) : nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut.
2.      Priharjo (1992) : secara umum, nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.
3.      Mc Coffery (1979) : nyeri merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
4.      Arthur C. Curton (1983) : nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi unruk menghilangkan rangsangan nyeri.
5.      Wolf Weifsel Feurst (1974) : nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan rangsangan.
6.      International Association For Study of Pain (IASP) : nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan dan dapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
7.      Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan kententraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
8.      Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional.

B.    Fisiologi Nyeri
Cara nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Namun, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan derajat nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh sistem algesia tubuh dan tranmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus.
1.    Nosisepsi
Sistem saraf perifer mengandung saraf sensorik primer yang berfungsi mendeteksi kerusakan jaringan dan membangkitkan beberapa sensasi, salah satunya adalah sensasi nyeri. Rasa nyeri dihantarkan oleh reseptor yang disebut nosiseptor. Nosiseptor meripakan ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau hanya memiliki sedikit mielin. Reseptor ini tersebar di kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kantung empedu. Reseptor nyeri tersebut dapat dirangsang oleh stimulus mekanis, termal, listrik, atau kimiawi (misalnya histamin, bradikinin, dan prostaglandin).
Proses fisiologis yang terkait nyeri disebut nosisepti. Proses ini terjadi atas empat tahap, yaitu sebagai berikut.
a.    Transduksi
Rangsangan (stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya histamin, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P).
Mediator ini kemudian mensensitisasi nosiseptor.
b.      Transmisi
Tahap transmisi terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
1.      Stimulus yang diterima oleh reseptor ditransmisikan berupa impuls nyeri dari serabut saraf perifer ke medula spinalis. Jenis nosiseptor yang terlibat dalam transmisi ini ada dua jenis, yaitu serabut C dan serabut A-delta. Serabut C menstransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, sedangkan serabut A-delta menstransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi.
2.      Nyeri ditransmisikan dari medula spinalis ke batang otak dan talamus melalui jalur spinotalamikus (spinotbalamic tract atau STT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi stimulus ke talamus.
3.      Sinyal diteruskan ke korteks sensorik simatik (tempat nyeri dipersepsikan). Impuls yang di transmisikan melalui STT mengaktifasi respons otonomik dan limbik.
c.       Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya berbagai perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sendorik dan afektif nyeri.
d.      Modulasi atau sistem desendens
Neuron di batang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke tanduk dorsal medula spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor impuls supresif. Serabut desendens tersebut melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan menghambat impuls asendens yang membahayakan dibagian dorsal medula spinalis.

2.      Teori Gate Control
Teori fate control dikemukakan oleh Melzack dan Well pada tahun 1965. Berdasarkan teori ini, fisiologi nyeri dapat dijelaskan sebagai berikut.
Akar dorsal pada medula spinalis terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga terdapat substansi gelatinosa (substantia gelatinosa atau SG) yang berperan seperti layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau menghalangi masuknya impuls nyeri menuju otak. Substansi gelatinosa ini dilewati oleh saraf besar dan saraf kecil yang berperan dalam penghantar nyeri.
Pada mekanisme nyeri, rangsangan nyeri dihantarkan melalui serabut saraf kecil. Rangsangan pada saraf kecil dapat menghambat substansi gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
Rangsangan nyeri dihantarkan melalui saraf kecil dan dapat dihambat apabila terjadi rangsangan pada saraf besar. Rangsangan pada saraf besar akan mengakibatkan aktivitas substansi gelatinosa meningkat sehingga pintu mekanisme tertutup fan hantaran rangsangan pun terhambat.
Rangsangan yang melalui saraf besar dapat langsung merambat ke korteks serebri agar dapat didefinisikan dengan cepat.

C.    Etiologi Nyeri
1.      Trauma pada jaringan tubuh misalnya kerusakan jaringan akibat benda atau cedera
2.      Iskemik jaringan
3.      Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tidak disadari atau tak terkendali sering menumbulkan rasa sakit
4.      Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat istamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5.      Post operasi setelah dilakukan pembedahan

D.     Teori Penghantar Nyeri
Beberapa teori tentang penghantar nyeri adalah sebagai berikut.
1.      Teori Pemisah (Specificity)
Rangsangan nyeri masuk melalui ganglion dorsal ke medula spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinapsis di daerah posterior. Rangsangan tersebut kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya. Rangsangan nyeri berakhir di korteks sensoris tempat nyeri tersebut diteruskan. Proses penghantar nyeri ini tidak memperhitungkan aspek fisiologis dan respons nyeri.
2.      Teori Pola (Pattern)
Rangsangan nyeri masuk ke medula spinalis melalui ganglion akar dorsal dan merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri ke korteks serebri. Nyeri yang terjaddi merupakan efek gabungan dari intensitas rangsangan dan jumlah rangsangan pada ujung dorsal medula spinalis. Proses ini tidak termasuk aspek fisiologis.
3.      Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control)
Rangsangan nyeri dikendalikan oleh mekanisme gerbang pada ujung dorsal medula spinalis. Saraf besar dan saraf kecil pada ganglion akar dirsalis memungkinkan atau menghalangi penghantar rangsangan nyeri.
4.      Teori Transmisi dan Inhibisi
Stimulus yang mengenai nosiseptor memulai transmisi (penghantar) impuls saraf. Transmisi ini menjadi efektif karena terdapat neurotransmiter yang spesifik. Inhibisi impuls nyeri juga menjadi efektif karena terdapat impuls pada serabut besar yang menghalangi impuls pada serabut lambat dan sistem supresi opiat endogen.

D. Stimulus Nyeri
Beberapa faktor dapat menjadi stimulus nyeri atau menyebabkan nyeri karena menekan reseptor nyeri. Contoh faktor-faktor tersebut adalah trauma atau gangguan pada jaringan tubuh, tumor, iskemia pada jaringan dan spasme otot.

E. Klasifikasi Nyeri
      Nyeri dapat dibedakan berdasarkan jenis dan bentuknya.
1.      Jenis Nyeri
Berdasarkan jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri perifer, nyeri sentral, dan nyeri psikogenik.
a.       Nyeri perifer
Nyeri perifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1.      Nyeri superfisial: rasa nyeri muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa
2.      Nyeri viseral: rasa nyeri timbul akibat rangsangan pada reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium, dan toraks.
3.      Nyeri alih: rasa nyeri dirasakan di daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.
b.      Nyeri sentral
Nyeri sentral adalah nyeri yang muncul akibat rangsangan pada medula spinalis, batang otak dan talamus.
c.       Nyeri psikogenik
Nyeri psikogenik adalah nyeri yang penyebab fisiknya tidak diketahui. Umumnya nyeri ini disebabkan oleh faktor psikologis. Selain jenis-jenis nyeri yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat juga beberapa jenis nyeri yang lain. Conrohnya adalah sebagai berikut.
1.      Nyeri somatik: nyeri yang berasal dari tendon, tulang saraf, dan pembuluh darah
2.      Nyeri menjalar: nyeri yang terasa dibagian tubuh lain, umumnya disebabkan oleh kerusakan atau cedera pada organ viseral.
3.      Nyeri neurologis: bentuk nyeri tajam yang disebabkan oleh spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.
4.      Nyeri phantom: nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang hilang, misalnya pada bagian kaki yang sebenarnya sudah diamputasi.

2.      Bentuk Nyeri
      Bentuk nyeri secara umum dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis.
a.       Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang. Umumnya nyeri ini berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Penyebab dan lokasi nyeri biasanya sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan.
b.      Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung berkepanjangan, berulang atau menetap selama lebih dari enam bulan. Sumber nyeri dapat diketahui atau tidak. Umumnya nyeri ini tidak dapat disembuhkan. Nyeri kronis dapat dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
Perbedaan antara nyeri akut dan nyeri kronis
Karakteristik
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Pengalaman

Sumber

Serangan

Durasi

Pernyataan nyeri


Gejala klinis

Perjalanan


Prognosis
Suatu kejadian

Faktor eksternal atau penyakit dari dalam
Mendadak

Sampai 6 bulan

Daerah nyeri umunya diketahui dengan pasti


Pola respons yang khas dengan gejala yang lebih jelas
Umumnya gejala berkurang setelah beberapa waktu

Baik dan mudah dihilangkan
Suatu situasi, status eksistensi nyeri

Tidak diketahui

Bisa mendadak atau bertahap, tersembunyi
Enam bulan lebih sampai bertahun-tahun
Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya dengan daerah yang tidak nyeri sehingga sulit dievaluasi
Pola respons bervariasi

Gejala berlangsung terus dengan intensitas yang tetap atau bervariasi

Penyembuhan total umumnya tidak terjadi

F. Pengalaman Nyeri
Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
1.      Arti atau Makna Nyeri
Nyeri bersifat sangan subjektif sehingga memiliki arti atau makna yang berbeda bagi setiap orang, bahkan berbeda juga untuk orang yang sama pada waktu yang berbeda. Sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, misalnya membahayakan, merusak, menunjukkan adanya komplikasi (misalnya infeksi), menyebabkan ketidakmampuan, dan memerlukan penyembuhan. Arti nyeri antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, lingkungan, latar belakang sosial budaya, serta pengalaman nyeri sekarang dan masa lalu.
2.      Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif yang berpusat di area korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dapat timbul akibat rangsangan yang dihantarkan menuju jalur spinotalamikus dan talamiko kortikalis. Persepsi nyeri dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nosiseptor dan transmisi impuls nosiseptor, misalnya daya reseptif serta interpretasi kortikal.
3.      Toleransi terhadao Nyeri (Pain Tolerance)
Toleransi terhadap nyeri berhubungan erat dengan intensitas nyeri yang membuat seseorang sanggup menahan nyeri sebelum meminta bantuan dari orang lain. Jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri disebut juga ambang nyeri (pain threshold). Faktor-faktor yang dapat meningkatkan toleransi nyeri antara lain adalah alkohol, obat-obatan, hipnosis, kepercayaan yang kuat, pengalihan perhatian, dan gesekan serta garukan. Faktor-faktor yang menurunkan toleransi nyeri antara lain adalah kelelahan atau keletihan, rasa marah, rasa bosan, kecemasan, kondisi sakit, dan nyeri yang tak kunjung hilang.
4.      Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi seseorang pada saat mengalami nyeri berbeda-beda, contohnya ketakutan, gelisah, cemas, merangsang, menangis, menjerit-jerit, berjalan monar-mandir, tidur sembari menggeretakan gigi, mengeluarkan banyak keringat, dan menggepalkan tangan. Reaksi myeri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, lokasi nyeri, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, usia, serta rasa takut dan cemas.

G. Pengukuran Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan skala nyeri menurut Hayward, skala nyeri menurut McGill (McGill scale), dan skala wajah atau Wong-Baker FACES Rating Scale
1.      Skala Nyeri Menurut Hayward
Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri Hayward dilakukan dengan meninta penderita untuk memilih salah satu bilangan (dari 0-10) yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang ia rasakan.
Skala nyeri menurut Hayward dapat dituliskan sebagai berikut.
0                    = tidak nyeri
1-3       = nyeri ringan
4-6       = nyeri sedang
7-9       = sangat nyeri, tetapi masih dapat dikendalikan dengan aktivitas yang biasa                             dilakukan
10        = sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan

2.      Skala Nyeri Menurut McGill
Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri McGill dilakukan dengan meminta penderita untuk memuilih salah satu bilangan (dari 0-5) yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang ia rasakan.
Skala nyeri menurut McGill dapat dituliskan sebagai berikut
0                    = tidak nyeri
1                    = nyeri ringan
2                    = nteri sedang
3                    = nyeri berat atau parah
4                    = nyeri sangat berat
5                    = nyeri hebat

3.      Skala Wajah atau Wong-Baker FACES Rating Scale
Pengukuran intensitas nyeri dengan skala wajah dilakukan dengan cara memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri tersebut menyerang. Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat menyatakan intensitas nyerinya dengan skala angka, misalnya anak-anak dan lansia.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1.      Arti nyeri adalah arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagianarti nyeri merupakan arti yang negatif , seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2.      Persepsi nyeri adalah penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor
3.      Toleransi nyeri adalah toleransi ini erat hubungannya denganintensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahannyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau gerakan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
4.      Reaksi terhadap nyeri adalah reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri seperti ketakutan, gelisah cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
 
























BAB III
TINJAUAN KASUS


Pada  bab ini penulis akan menyajikan tentang Asuhan keperawatan pada klien Nn.N dengan diagnosa medis “ Colic  Abdomen” di Ruang 601 RSUD KOJA Jakarta Utara yang dilaksanakan pada tanggal 07 juni 2016 – 09 juni 2016

A.    Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian, penulis mendapatkan data dari klien, dan keluarga klien, catatan medic, perawat Ruangan dengan melakukan wawancara dan observasi . pengkajian dilakukan pada tanggal 09 juni 2016  pada Nn.N dengan diagnose medis”Colic abdomen” di Ruang 601 RSUD KOJA Jakarta Utara.

Klien bernama Nn.N berusia delapan belas tahun (18 tahun), jenis kelamin perempuan, belum menikah BB 55 kg, masuk RSUD KOJA  pada tanggal 07 Juni 2016 14.00 WIB ditempat di Ruang 601 . No Rekam Medis klien 1606071329  dengan dianosa medis klien adalah ‘colic Abdomen " pendidikan tamat SMK, pekerjaan pelajar , pasien beragama Islam  suku bangsa Indonesia, alamat rumah Jl. F gang J No.8 RT.03 RW.02 kelurahan Rawabadak, sumber biaya BPJS.

B.     Resume Kasus :
Nn.N 18 tahun masuk ke RSUD KOJA  melalui UGD pada tanggal 07 Juni 2016 dan klien di diagnosa oleh dokter dengan diagnose medis “colic abdomen” klien mengatakan bagian perut kanan sakity, klien mengatakan mual, klien mengatakan muntah, klien mengatakan tidak bias tidur, klien mengatakan belum BAB selama 3 hari, klien mengatakan lemas, klien mengatakan berkeringat lebih banyak, klien mengatakan nafsu makannya berkurang, klien mengatakan rasa tidak enak diperut, klien mengatakan lesu saat bangun dari tempat tidur, klien mengatakan perlu dibantu saat bangun dari tempat tidur. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil, bising usus 14x/menit, kesadarannya CM, Gcs 15, klien tampak pucat, klien tampak lesu, tugor kulit tidak relatis, mata cekung, klien tampak memengangi perutnya, konjungtiva anemis, membra mukosa pucat, klien tampak tidak menghabiskan makananyar, klien tampak lemas, klien terpasang infuse RL 28 tpm, kemudian tanggal 07 juni 2016 didapatkan hasil lab : HB 12,0 gr/dl, Ht 35,2%, LED 15 menit perjam, leokosit 6100ribu/ul, trambosit 351.000 ribu/ul, RL 8jam ceftriqxon 2x1 gr, Ranitidin 2x1 IV
TTV klien : TD : 120/90 mmHg             S : 36,25C
                            N  : 90x/menit
                            RR : 20x/menit

Hasil laboratorium Hemaglobin 12,0 gr/dl (normal 12 g/dl), Hematokrit 35,2 vol%(normal 40 vol%) leukosit 6.100/ul(normal 5000-10.000/ul), Trombosit 351.000/ul(normal 150-400/ul). Dari data tersebut, maka ditemukan masalah keperawatan :Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan kram perut ulkus lambung. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan kaji TTV, Kaji skala nyeri, Anjurkan posisi semi fowler, batasi aktivitas, teknik relaksasi, berkaloborasi dengan tim medis/dokter dalam pemberian obat, IV Gastridin 2x1 amp .



RIWAYAT KEPERAWATAN

1.      Riwayat kesehatan sekarang adalah , perut sakit melilit, tidak bisa BAB, pusing, mual
2.      Riwayat kesehatan masa lalu yang didapatkan berdasarkan wawancara dengan klien yaitu Klien tidak memiliki riwayat kecelakaan, tidak ada riwayat alergi obat atau pun makanan.





3.      Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)

 













Keterangan :
                                                : laki-laki
                                                : perempuan
                                                : menikah
                                                : tinggal serumah
                                                : klien dengan Colic Abdomen
                                                            : keturunan

4.      Riwayat psikososial dan spiritual yang didapat yaitu klien mengatakan bahwa orang yang terdekat dengan klien adalah ibu dan keluarga. Pola komunikasi dalam keluarga sangat baik, pembuatan keputusan. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah membuat keluarga menjadi cemas. Masalah yang mempengaruhi klien adalah klien tidak dapat beraktifitas seperti biasa. Mekanisme koping terhadap masalah adalah pemecahan masalah. Persepsi klien terhadap penyakitnya penyakit yang tidak bisa sembuh. Hal yang dipikirkan saat ini adalah ingin cepat sembuh dan pulang supaya dapat beraktifitas seperti biasa. Harapan klien setelah menjalani perawatan adalah ingin cepat sembuh. Perubahan yang dirasakan klien setelah sakit adalah klien merasa sulit beraktifitas dan berat badan menurun, Aktifitas agama yang sering dilakukan adalah ikut pengajian dan sholat.

5.      Kondisi lingkungan rumah, rame

6.      Pola kebiasaan sehari-hari selama sebelum sakit. Berdasarkan hasil pengkajian didapat hasil tentang pola kebiasaan sebelum sakit. Pola nutrisi sebelum sakit, klien makan 2x sehari, nafsu makan baik, klien menghabiskan 1 porsi makanan, jenis makanan dirumah klien adalah nasi,sayur-sayuran,dan lauk klien menyukai semua jenis makanan, tidak ada makanan yang membuat alergi, tidak ada makanan pantangan, tidak ada makanan diet tidak ada penggunaan obat sebelum makan, kebiasaan sebelum makan adalah berdoa dan tidak menggunakan alat bantu makan (NGT).

Pola eliminasi klien sebelum sakit: klien mengatakan buang air kecil di rumah lancar dengan  frekuensi 2x sehari, waktu tidak tentu, warnanya kuning, baunya juga khas dan tidak ada keluhan saat buang air kecil.

Buang air besar klien pun lancar 1x sehari, waktu tidak tentu. Warna coklat, berbau khas dan padat, lunak tidak ada keluhan serta tidak menggunakan laxatif.

Pola personal hygiene sebelum sakit, klien mandi 2x sehari pada waktu pagi siang dan sore, sikat gigi 2 kali sehari waktu pagi dan sore hari , serta cuci rambut minimal 1x seminggu.

Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien tiidur sedikitnya 7-8jam/hari.Dan kadang-kadang tidur siang.

Pola aktifitas dan latihan klien sebelum sakit adalah sekolah, pada pagi hari klien pernah olahraga lari pagi .Dan tidak ada keluhan dalam beraktivitas.

Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan adalah klien tidak merokok,klien tidak pernah minum, mimunan keras dan tidak ada ketergantungan obat.


7.      Pola kebiasaan dirumah sakit.
Pola nutrisi klien makan 3x sehari tapi nafsu makan kurang, karena sering mual,  Tidak ada makanan pantangan dan ada diet cair 1500 kalori, dan klien tidak menggunakan alat bantu makan (NGT).

Sedangkan dirumah sakit Pola Eliminasi klien buang air kecil lancar dengan frekuensi 1x sehari, namun buang air besar baru 1x selama dirumah sakit. Klien tidak ada keluhan saat buang air besar dan buang air kecil, sedangkan klien juga tidak mengunakan laxatif.

waktu dirumah sakit pola personal hygiene klien belum pernah mandi, klien hanya di lap dengan air saja. Klien gosok gigi hanya 1x/hari pada pagi hari serta tidak pernah keramas
pola istirahat tidur klien setelah dirumah sakit tidur klien ± 4 jam, bahkan kadang-kadang kurang dari itu. Klien tidak mempunyai kebiasan yang khusus sebelum tidur.

Dari hasil pengkajian fisik didapat data seperti berat badan dirumah sakit klien51 kg, sedangkan sebelum sakit juga 55 kg. Tinggi badan klien 170 cm, tekanan darah klien 120/90 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan 20x/menit dan suhu 36,50C. Keadaan umum berat, kesadaran apatis dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.


Hasil pengkajian sistem penglihatan didapatkan hasil yaitu posisi mata klien simetris, kelopak mata tidak ada kelainan seperti ptosis, pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis/pucat, sklera mata anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan otot-otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda peradangan, klien tidak menggunakan kaca mata dan reaksi terhadap cahaya baik

Pengkajian sistem pendengaran klien didapatkan hasil seperti pendengaran klien baik, tidak terdapat cairan dalam telinga, perasaan penuh ditelinga tidak  ada, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

Sistem wicara klien normal, tidak mengalami gangguan berbicara. Sistem pernapasan, jalan napas klien tidak ada sumbatan , pernapasan klien tidak sesak dengan atau tanpa aktifitas, pernapasan klien lambat dan dalam, frekuensi pernapasan klien 20x/menit. Irama pernapasan teratur, klien juga batuk tidak produktif, tidak ada dahak, pada saat dipalpasi, klien mengatakan tidak ada nyeri tekan di dada, bentuk dada simetris, bunyi resonan lemah.Suara napas klien terdengar varsikuler.
Klien tidak menggunakan otot bantu pernapasan perut. Klien tidak tanpak terpasang oksigen

Dari sistem kardiovaskuler didapat hasil sirkulasi perifer nadi 90x/menit, irama teratur, tekanan darah 120/90 mmHg, klien tidak mengalami di distensi vena jugularis. Kulit pucat, pengisian kapiler 2 detik dan  tidak ada edema. Sirkulasi jantung yaitu kecepatan denyut apikal 90x/menit, irama teratur, tidak terdengar kelainan bunyi jantung.

Sistem hematologi terdapat data bahwa klien tanpak pucat namun tidak ada perdarahan.Sistem saraf pusat, klien  mengeluh pusing, kesadaran CM, glasgow coma scale (GCS) mata: 4, motorik: 6 dan verbal :5. Tidak ada kejang, reflek fisiologi dan patologis normal. Sistem pencernaan, keadaan mulut klien: gigi klienterdapat karies, klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien tidak kotor, salifa normal.dan klien tidak muntah , klien tidak mengalami konstipasi, hepar tidak teraba, pada saat dipalpasi klien terasa nyeri dibagian perut kanan.


Dari sistem endokrin, klien tidak mengalami pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada luka ganggren. Sistem urogenital, balance cairan adalah intake (minum 900cc/hari,urine 500cc/hari,500cc/hari,Perubahan pola kemih adalah urgency, buang air kecil klien berwarna kuning kruh. Tidak ada distensi kandung kemih.

Sistem intergumen, turgor kulit klien sedang, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada luka. Sistem muskulokeletal, klien mengalami kesulitan pergerakan,klien mengalami nyeri sendi,klien tidak ada fraktur, klien tidak mengalami perubahan bentuk tulang, Sitem kekebalan tubuh, TD : 120/90 mmHg, N : 90x/mnt, S : 36,5c, RR : 20x/mnt.

Data penunjang, pada tanggal 07 juni 2016, hasil pemeriksaan hematologi: Hb : 12,0 Gr/dl, HT : 35,2 vol %, Leukosit : 6100 Ribu/ul, Trombosit : 351.000 Ribu/ul.

Penatalaksanaan meliputi terapi obat: ceftriqxon 2x1 gr, Ranitidin 2x1 A IV .infus RL 500ml,8t/menit.

DATA FOKUS
Data subjektif:
Klien mengatakan nyeri pada abdomen, klien mengatakan mual, klien mengatakan pusing, klien mengatakan belum BAB 5hari, klien mengatakan tidak bisa tidur, klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan lemas,klien mengatakan gelisah pada saat tidur ,klien hanya menghabiskan  ¼ porsi makanan, ,klien tampak gelisa, klien mengatakan klien tidak bisa tidur dengan nyenyak siang/malam,klien mengatakan klien tidur hanya sebentar.


Data Objektif:
klien terlihat memegangi perutnya, klien terlihat meringis kesakitan, klien terlihat mual, klien terlihat tidak bisa BAB sudah 5hari, klien terlihat tidak bisa tidur dengan nyenyak siang/malem, klien terlihat gelisah, klien terlihat tidak nafsu makan, hanya menghabiskan ¼ porsi makanan, skala nyeri klien 4-5 ,Hasil laboratoriom (07 juni 2016):, Hb : 12,0 g/dl, Ht : 35,2 %, Leukosit: 6100 /ul, Trombisit   :351.000 /ul, Tanda-tanda vital klien :
TD  : 120/90 mmHg, S : 36,50C, N : 90 x/menit, RR : 20 X/ menit
Analisa Data
Nama klien      : Nn.N
Umur               : 18 tahun
Dx medis         : colic Abdomen
Ruang/kamar   : PD 602
No
Dx
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
1
Data subjektif
1.      Klien mengatakan nyeri pada abdomen
2.      Klien mengatakan tidak bisa BAB sudah 5 hari
Data objektif
1.      Klien tampak kesakitan skala nyeri 4-5

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) dan restensi konstipasi

Kram perut, ulkus lambung
2
Data Subjektif
1.      Klien mengatakan mual
2.      Klien mengatakan tidak nafsu makan
3.      Klien mengatakan pusing
Data Objektif
1.      Klien terlihat tidak nafsu makan
2.      Klien hanya menghabiskan 1/4porsi makanan
3.      Klien terlihat pucat
4.      TD: 120/90 mmhg
5.      HB : 12,0

Gangguan kebutuhan nutrisi

Peningkatan kebutuhan kalori

3
Data subjektif
1.      Klien mengatakan tidak bisa tidur
2.      Klien mengatakan gelisah
Data Objektif
1.      Klien terlihat cemas
2.      Klien terlihat tidak bisa tidur pada siang/malem
3.      Klien tidak terkontrol gerakannya

Gangguan dalam pergerakan


Perubahan Mobilisasi



C.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kram perut, ulkus lambung
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori
3.      Resiko cedera berhubungan dengan perubahan mobilisasi

D.    PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Diagnosa keperawatan I:    
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kram perut, ulkus lambung di tandai dengan :
Data subjektif : Klien mengatakan nyeri pada abdomen, Klien mengatakan tidak bisa BAB sudah 5 hari
Data Objektif : Klien tampak kesakitan skala nyeri 4-5 , TD: 120/90mmhg Kekuatan otot  5    5 , Keadaan umum CM
                        5      5




Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Gangguan  rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kram perut, ulkus lambung dapat teratasi

Kriteria hasil :
1.      klien tidak nyeri pada perut bagian kanan
2.      skala nyeri 0

Intervensi / rencana tindakam
Nama klien      : Nn.N
Umur               : 18 tahun
Dx medis         : Colic abdomen
Ruang/kamar   : 602
No
Dx
Intervensi
Rasional
1
1.      Kaji  TTV klien
2.      Pantau skala nyeri
Kolaborasi :
3.      Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat dan indikasi
4.      Berikan klien obat analgesik

1.      Untuk mengetahui  keadaan umum klien
2.      Untuk menghilangkan nyeri sedang



Implementasi / Pelaksanaan Keperawatan
Nama klien                  : Nn. N
Umur                           :18 tahun
Dx medis                     : Colic Abdomen
Ruangan/kamar           : 602
No
dx
Hari tanggal
Jam
Tindakan intervensi
Nama
paraf
1
Selasa 07 juni 2016
07.00


10.00

11.00


12.00



1.      Mengkaji tanda-tanda vital klien
R/  TD : 120/80 mmHg
       S   :36 º C
       N   : 84 x/menit
       RR  : 21 x/ menit
2.      Menganjurkan klien posisi semi fowler
R/ klien merasakan nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler
3.      Memantau skala nyeri
R/ skala nyeri klien 4-5
4.      Kolaborasi: memberikan obat analgetik
R/ klien mengatakan merasa sudah hilang nyeri






Kelompok IV





2
09.00





10.45

12.30



1.      Mengkaji TTV klien
R/  TD :120/80 mmHg
       S    : 36 ºC
       N   : 84 x/menit
       RR : 21 x/menit

2.      Mengkaji tingkat ansietas pasien
R/ - klien mengatakan masih merasakan gelisah pada saat tidur
3.      Menjaga tempat tidur klien
R/ -klien merasakan nyaman



Kelompok IV


1
Rabu 01 agustus 2012
09.30


10.15






1.      Kaji tanda-tanda vital klien
R/  TD : 150/110 mmHg
       S   :36,3 º C
       N   : 79 x/menit
       RR  : 19 x/ menit
2.      Menganjurkan posisi semi fowler
R/ klien merasa nyaman
3.      Memberikan makanan yang berserat
R/ klien mengatakan belum  bisa BAB




Kelompok IV

2
15.00
1.      Menganjurkan posisi semi fowler
R/ klien merasa nyaman
2.      Memberikan makanan yang berserat
R/ klien mengatakan sudah bisa BAB




1
Kamis 02 agustus 2012
09.00


10.00


11.00






1.      Kaji tanda-tanda vital klien
R/  TD : 150/110 mmHg
       S   :36,3 º C
       N   : 79 x/menit
       RR  : 19 x/ menit
2.      Memantau skala nyeri klien
R/ klien mengatakan skala nyeri 5
3.      Melatih teknik relaksasi
R/ klien merasakan nyaman
4.      Memonitor frekuensi BAB
R/ klien mengatakan sudah bisa BAB setelah diberikan makana serat


Kelompok IV

2
09.00





10.45

12.30

1.      Kaji TTV klien
R/  TD :150/100 mmHg
       S    : 36 ºC
       N   : 80 x/menit
       RR : 20 x/menit
2.      Melatih teknik relaksasi
R/ klien merasakan nyaman
3.      Memonitor frekuensi BAB
R/ klien mengatakan sudah bisa BAB setelah diberikan makana serat



Evaluasi
Nama klien             : Nn.N
Umur                      : 18 tahun
Dx medis                : Colic Abdomen
Ruangan/kamar       : 602


No
Dx
Hari tanggal
Jam
Evaluasi
Nama
Paraf
1
Selasa 31 juli 2012
14.00
Subjektif: klien merasakan nyaman pada saat        diberikan posisi semi fowler, skala nyeri klien 4-5, klien mengatakan merasa sudah hilang nyeri
Objektif:  klien terlihat nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala nyeri klien 4-5, klien mengatakan sudah mersakan hilang nyeri
 Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi
Perencanaan:Lanjutkan intervensi 1-4


Kelompok IV

2
14.00
Subjektif: klien merasa nyaman, klien mengatakan belum  bisa BAB,
 Objektif : klien terlihat nyaman, klien terlihat tidak bisa BAB
Analisa:Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri belum teratasi
Perencanaan:Lanjutkan intervensi 1-3


3
14.00
Subjektif: klien mengatakan skala nyeri 5, klien mengatakan nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien mengatakan sudah bisa BAB setelah diberikan makana serat
 Objektif : klien terlihat skala nyeri 5, klien terlihat nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien terlihat sudah bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri belum teratasi
Perencanaan: Lanjutkan intervensi 1


Kelompok IV


1
Rabu 01 agustus 2012
14.00
Subjektif: klien merasa nyaman, klien mengatakan belum  bisa BAB,
 Objektif : klien terlihat nyaman, klien terlihat tidak bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri belum teratasi
Perencanaan: Lanjutkan intervensi 1-3


Kelompok IV

2
14.00
Subjektif: klien merasakan nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala nyeri klien 4-5, klien mengatakan merasa sudah hilang nyeri
Objektif: klien terlihat nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala nyeri klien 4-5, klien mengatakan sudah mersakan hilang nyeri
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri belum teratasi
Perencanaan: Lanjutkan intervensi 1-4



Kelompok IV

3
14.00
Subjektif: klien mengatakan skala nyeri 5, klien mengatakan nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien mengatakan sudah bisa BAB setelah diberikan makana serat
 Objektif : klien terlihat skala nyeri 5, klien terlihat nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien terlihat sudah bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri belum teratasi
Perencanaan: Lanjutkan intervensi 1


1
Kamis 02 agustus 2012
14.00
Subjektif: klien mengatakan skala nyeri 0, klien mengatakan nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien mengatakan sudah bisa BAB setelah diberikan makana serat
 Objektif : klien terlihat skala nyeri 5, klien terlihat nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien terlihat sudah bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri belum teratasi
Perencanaan: pertahankan intervensi








Kelompok IV

2
14.00
Subjektif: klien merasakan nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala nyeri klien 0, klien mengatakan merasa sudah hilang nyeri
Objektif:klien terlihat nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala nyeri klien 0, klien mengatakan sudah mersakan hilang nyeri
 Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri  teratasi
Perencanaan: pertahankan intervensi


3
14.00
Subjektif: klien merasa nyaman, klien mengatakan sudah  bisa BAB,
 Objektif : klien terlihat nyaman, klien terlihat sudah bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri belum teratasi
Perencanaan: pertahankan intervensi


  Diagnosa keperawatan II:
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori di tandai dengan :
Data Subjektif : Klien mengatakan mual, Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan pusing
Data Objektif : Klien terlihat tidak nafsu makan, Klien hanya mengahbiskan 1/4porsi makanan, Klien terlihat pucat, TD: 120/90 mmhg
HB : 12,0
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori
dapat teratasi
Kriteria hasil :
1.      Klien tidak mual
2.      Klien tidak pusing
3.      Nafsu makan klien bertambah
4.      Klien terlihat rileks
Intervensi
Nama klien      : Nn.N
Umur               : 18 tahun
Dx medis         : Colic Abdomen
Ruang/kamar   : 602


No
Dx
Intervensi
Rasional
2
1.      Kaji TTV
2.      Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering
3.      Anjurkan klien makan-makanan serat
4.       Anjurkan posisi semi fowler

1.      Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.      Untuk mengetahui kondisi klien terjaga
3.      Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi
4.      Tirah baring dalam posisi yang aman untuk menurunkan spasme otot

3. Diagnosa Keperawatan III
a.       Resiko cedera berhubungan dengan perubahan mobilisasi di tandai dengan :
Data subjektif : Klien mengatakan tidak bisa tidur, Klien mengatakan gelisah
Data Objektif :  Klien terlihat cemas, Klien terlihat tidak bisa tidur pada siang/malem
Tujuan :
b.      Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Resiko cedera berhubungan dengan perubahan mobilisasi Dapat teratasi

Kriteria Hasil :
1.      Klien tidak gelisah
2.      Klien bisa tidur
3.      Klien terkontrol gerak-geriknya
4.      Klien tenang
5.       
Intervensi
Nama klien             : Nn.N
Umur                      : 18 tahun
Dx medis   : Colic Abdomen
Ruang/kamar          : 602

No
Dx
Intervensi
Rasional
3
1.      Kaji TTV klien
2.      Kaji tingkat ansientas klien
3.      Jaga tempat tidur
4.      Observasi klien teratur
1.      Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.      Untuk bantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan keterlampilan
3.      Untuk tahu kondisi terjaga
4.      Untuk menenangkan dan tidur


























BAB IV
PEMBAHASAN












BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terbagi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang dibandingkan suatu penyakit manapun.
2.      Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Donahue (1989) dinyatakan ‘melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dorongan dan bantuan bagi klien’. Dari pernyataan itu didapat bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar klien untuk perawat agar dapat membantu tindakan keperawatan. Kenyamanan bersifat subjektif karena setiap individu memiliki fisiologis, sosial, spiritual, dan kebudayaan yang berbeda sehingga mempengaruhi cara mereka untuk menginterprestasikan dan merasakan kenyamanan tersebut.
3.      Asuhan keperawatan pada nyeri dan kenyamanan meliputi pengkajian, diagnosa, interpensi, implamentasi dan evaluasi.

B.     Saran
1.    Hendaknya kita selaku mahasiswa keperawatan dapat memahami dengan baik dan benar mengenai konsep nyeri dan kenyamanan agar lebih memudahkan kita untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai calon tenaga kesehatan.

2.      Hendaknya kita dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada nyeri dan kenyamanan agar dapat memudahkan kita dalam membuat asuhan keperawatan pada praktik lapangan nantinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS