BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
individu pasti pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan
alasan yang paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Walaupun merupakan
salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri
merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan
nyeri merasa menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya. Nyeri terkait
erat dengan kenyamanan karena nyeri merupakan faktor utama yang menyebabkan
ketidaknyamanan pada seorang individu. Pada sebagian besar klien, sensasi nyeri
ditimbulkan oleh suatu cidera atau rangsangan yang cukup kuat untuk berpotensi
mencederai. Dampak nyeri pada perasaan sejahtera klien sudah sedemikian luas
diterima sehingga banyak institusi sekarang menyebutkan nyeri “tanda vital
kelima” dan mengelompokkannya dengan tanda-tanda klasik suhu, nadi, pernafasan,
dan tekanan darah. Dan peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem. Peran
perawat menurut Konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari pemberian
asuhan keperawatan, advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator,
konsultan, peneliti atau pembaharuan. Sedangkan fungsi perawat sebagai independen,
dependen, dan interdependen.
B. Rumusan Masalah
a.
Pengertian nyeri ?
b.
Bagaimana fisiologi, klasifikasi
stimulus dan faktor nyeri tersebut ?
c.
Bagaimana teori nyeri itu?
d.
Bagaimana proses keperawatan pada
kebutuhan rasa aman dan nyaman (nyeri) ?
C.
Tujuan
a. Tujuan
Umum
Untuk memenuhi
tugas asuhan keperawatan KDM II
b. Tujuan
Khusus
Agar mahasiswa
dan tenaga kesehatan atau tenaga medis dapat memahami dan mengaplikasikannya
dilapangan khususnya mengenai kebutuhan aman dan nyaman (nyeri)
D.
Sistematika
Penulisan
1.
Bab I pendahuluan terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan
2.
Bab II
tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar, fisiologi nyeri, etiologi
nyeri, teori penghantar nyeri, klasifikasi nyeri,pengalaman nyeri, pengukuran
intensitas nyeri, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
3.
Bab III tinjauan kasus terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan, evaluasi
4.
Bab IV pembahasan
5.
Bab V penutup terdiri dari kesimpulan
dan saran
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Konsep Dasar Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (latin) atau pain (inggris) adalah
kata-kata yang artinya bernada negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang
kurang menyenangkan. Walaupun demikian, kita semua menyadari bahwa rasa sakit
kerapkali berguna, antara lain sebagai tanda bahaya; tanda bahwa ada perubahan
yang kurang baik di dalam diri manusia.
Nyeri bersifat subjektif karena
intensitas dan responnya pada setiap orang berbeda-beda. Berikut ini adalah
pendapat beberapa ahli tentang pengertian nyeri :
1. Long
(1996) : nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya
orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut.
2. Priharjo
(1992) : secara umum, nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun
berat.
3. Mc
Coffery (1979) : nyeri merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang
keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
4. Arthur
C. Curton (1983) : nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul
ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi unruk
menghilangkan rangsangan nyeri.
5. Wolf
Weifsel Feurst (1974) : nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik
dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan rangsangan.
6. International
Association For Study of Pain (IASP) : nyeri adalah sensori subjektif dan
emosional yang tidak menyenangkan dan dapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
7. Kolcaba
(1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
akan kententraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah dan nyeri).
8. Scrumum,
mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti
oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional.
B. Fisiologi Nyeri
Cara
nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya
dimengerti. Namun, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan derajat nyeri tersebut
mengganggu dipengaruhi oleh sistem algesia tubuh dan tranmisi sistem saraf
serta interpretasi stimulus.
1. Nosisepsi
Sistem saraf perifer mengandung
saraf sensorik primer yang berfungsi mendeteksi kerusakan jaringan dan
membangkitkan beberapa sensasi, salah satunya adalah sensasi nyeri. Rasa nyeri
dihantarkan oleh reseptor yang disebut nosiseptor. Nosiseptor meripakan ujung
saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau hanya memiliki sedikit
mielin. Reseptor ini tersebar di kulit dan mukosa, khususnya pada visera,
persendian, dinding arteri, hati, dan kantung empedu. Reseptor nyeri tersebut
dapat dirangsang oleh stimulus mekanis, termal, listrik, atau kimiawi (misalnya
histamin, bradikinin, dan prostaglandin).
Proses fisiologis yang terkait
nyeri disebut nosisepti. Proses ini terjadi atas empat tahap, yaitu sebagai
berikut.
a.
Transduksi
Rangsangan
(stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya
histamin, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P).
Mediator ini kemudian
mensensitisasi nosiseptor.
b.
Transmisi
Tahap transmisi terdiri atas tiga bagian, yaitu
sebagai berikut.
1. Stimulus
yang diterima oleh reseptor ditransmisikan berupa impuls nyeri dari serabut
saraf perifer ke medula spinalis. Jenis nosiseptor yang terlibat dalam
transmisi ini ada dua jenis, yaitu serabut C dan serabut A-delta. Serabut C
menstransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, sedangkan serabut A-delta
menstransmisikan nyeri yang tajam dan terlokalisasi.
2. Nyeri
ditransmisikan dari medula spinalis ke batang otak dan talamus melalui jalur
spinotalamikus (spinotbalamic tract atau STT) yang membawa informasi tentang
sifat dan lokasi stimulus ke talamus.
3. Sinyal
diteruskan ke korteks sensorik simatik (tempat nyeri dipersepsikan). Impuls yang
di transmisikan melalui STT mengaktifasi respons otonomik dan limbik.
c.
Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya
persepsi nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan
timbulnya berbagai perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sendorik dan
afektif nyeri.
d. Modulasi atau sistem desendens
Neuron di batang otak mengirimkan sinyal-sinyal
kembali ke tanduk dorsal medula spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor
impuls supresif. Serabut desendens tersebut melepaskan substansi seperti
opioid, serotonin, dan norepinefrin yang akan menghambat impuls asendens yang
membahayakan dibagian dorsal medula spinalis.
2. Teori Gate Control
Teori fate control dikemukakan oleh Melzack dan Well
pada tahun 1965. Berdasarkan teori ini, fisiologi nyeri dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Akar dorsal pada medula spinalis terdiri atas
beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan
tiga terdapat substansi gelatinosa (substantia gelatinosa atau SG) yang
berperan seperti layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau menghalangi
masuknya impuls nyeri menuju otak. Substansi gelatinosa ini dilewati oleh saraf
besar dan saraf kecil yang berperan dalam penghantar nyeri.
Pada mekanisme nyeri, rangsangan nyeri dihantarkan melalui
serabut saraf kecil. Rangsangan pada saraf kecil dapat menghambat substansi
gelatinosa dan membuka pintu mekanisme sehingga merangsang aktivitas sel T yang
selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
Rangsangan nyeri dihantarkan melalui saraf kecil dan
dapat dihambat apabila terjadi rangsangan pada saraf besar. Rangsangan pada
saraf besar akan mengakibatkan aktivitas substansi gelatinosa meningkat
sehingga pintu mekanisme tertutup fan hantaran rangsangan pun terhambat.
Rangsangan yang melalui saraf besar dapat langsung
merambat ke korteks serebri agar dapat didefinisikan dengan cepat.
C.
Etiologi
Nyeri
1.
Trauma pada jaringan tubuh misalnya
kerusakan jaringan akibat benda atau cedera
2.
Iskemik jaringan
3.
Spasmus otot merupakan suatu keadaan
kontraksi yang tidak disadari atau tak terkendali sering menumbulkan rasa sakit
4.
Inflamasi pembengkakan jaringan
mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat
istamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
5.
Post operasi setelah dilakukan pembedahan
D.
Teori Penghantar Nyeri
Beberapa teori tentang penghantar nyeri adalah
sebagai berikut.
1.
Teori Pemisah (Specificity)
Rangsangan nyeri masuk melalui ganglion dorsal ke
medula spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinapsis di daerah posterior.
Rangsangan tersebut kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis
median ke sisi lainnya. Rangsangan nyeri berakhir di korteks sensoris tempat
nyeri tersebut diteruskan. Proses penghantar nyeri ini tidak memperhitungkan
aspek fisiologis dan respons nyeri.
2.
Teori Pola (Pattern)
Rangsangan nyeri masuk ke medula spinalis melalui
ganglion akar dorsal dan merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri ke korteks serebri. Nyeri yang terjaddi
merupakan efek gabungan dari intensitas rangsangan dan jumlah rangsangan pada
ujung dorsal medula spinalis. Proses ini tidak termasuk aspek fisiologis.
3.
Teori Pengendalian Gerbang (Gate
Control)
Rangsangan nyeri dikendalikan oleh mekanisme gerbang
pada ujung dorsal medula spinalis. Saraf besar dan saraf kecil pada ganglion
akar dirsalis memungkinkan atau menghalangi penghantar rangsangan nyeri.
4.
Teori Transmisi dan Inhibisi
Stimulus yang mengenai nosiseptor memulai transmisi
(penghantar) impuls saraf. Transmisi ini menjadi efektif karena terdapat neurotransmiter
yang spesifik. Inhibisi impuls nyeri juga menjadi efektif karena terdapat
impuls pada serabut besar yang menghalangi impuls pada serabut lambat dan
sistem supresi opiat endogen.
D.
Stimulus Nyeri
Beberapa faktor dapat menjadi stimulus nyeri atau
menyebabkan nyeri karena menekan reseptor nyeri. Contoh faktor-faktor tersebut
adalah trauma atau gangguan pada jaringan tubuh, tumor, iskemia pada jaringan
dan spasme otot.
E.
Klasifikasi Nyeri
Nyeri
dapat dibedakan berdasarkan jenis dan bentuknya.
1. Jenis Nyeri
Berdasarkan jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi
nyeri perifer, nyeri sentral, dan nyeri psikogenik.
a.
Nyeri perifer
Nyeri
perifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1.
Nyeri superfisial: rasa nyeri muncul
akibat rangsangan pada kulit dan mukosa
2.
Nyeri viseral: rasa nyeri timbul akibat
rangsangan pada reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium, dan toraks.
3.
Nyeri alih: rasa nyeri dirasakan di
daerah lain yang jauh dari jaringan penyebab nyeri.
b.
Nyeri sentral
Nyeri
sentral adalah nyeri yang muncul akibat rangsangan pada medula spinalis, batang
otak dan talamus.
c.
Nyeri psikogenik
Nyeri
psikogenik adalah nyeri yang penyebab fisiknya tidak diketahui. Umumnya nyeri
ini disebabkan oleh faktor psikologis. Selain jenis-jenis nyeri yang telah
disebutkan sebelumnya, terdapat juga beberapa jenis nyeri yang lain. Conrohnya
adalah sebagai berikut.
1.
Nyeri somatik: nyeri yang berasal dari
tendon, tulang saraf, dan pembuluh darah
2.
Nyeri menjalar: nyeri yang terasa
dibagian tubuh lain, umumnya disebabkan oleh kerusakan atau cedera pada organ
viseral.
3.
Nyeri neurologis: bentuk nyeri tajam
yang disebabkan oleh spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.
4.
Nyeri phantom: nyeri yang dirasakan pada
bagian tubuh yang hilang, misalnya pada bagian kaki yang sebenarnya sudah
diamputasi.
2.
Bentuk
Nyeri
Bentuk
nyeri secara umum dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis.
a.
Nyeri akut
Nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang. Umumnya
nyeri ini berlangsung tidak lebih dari enam bulan. Penyebab dan lokasi nyeri
biasanya sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot
dan kecemasan.
b.
Nyeri kronis
Nyeri
kronis merupakan nyeri yang berlangsung berkepanjangan, berulang atau menetap
selama lebih dari enam bulan. Sumber nyeri dapat diketahui atau tidak. Umumnya
nyeri ini tidak dapat disembuhkan. Nyeri kronis dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, antara lain nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis.
Perbedaan
antara nyeri akut dan nyeri kronis
Karakteristik
|
Nyeri Akut
|
Nyeri
Kronis
|
Pengalaman
Sumber
Serangan
Durasi
Pernyataan
nyeri
Gejala
klinis
Perjalanan
Prognosis
|
Suatu
kejadian
Faktor
eksternal atau penyakit dari dalam
Mendadak
Sampai
6 bulan
Daerah
nyeri umunya diketahui dengan pasti
Pola
respons yang khas dengan gejala yang lebih jelas
Umumnya
gejala berkurang setelah beberapa waktu
Baik
dan mudah dihilangkan
|
Suatu
situasi, status eksistensi nyeri
Tidak
diketahui
Bisa
mendadak atau bertahap, tersembunyi
Enam
bulan lebih sampai bertahun-tahun
Daerah
nyeri sulit dibedakan intensitasnya dengan daerah yang tidak nyeri sehingga
sulit dievaluasi
Pola
respons bervariasi
Gejala
berlangsung terus dengan intensitas yang tetap atau bervariasi
Penyembuhan
total umumnya tidak terjadi
|
F.
Pengalaman Nyeri
Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut.
1.
Arti atau Makna Nyeri
Nyeri bersifat sangan subjektif sehingga memiliki
arti atau makna yang berbeda bagi setiap orang, bahkan berbeda juga untuk orang
yang sama pada waktu yang berbeda. Sebagian arti nyeri merupakan arti yang
negatif, misalnya membahayakan, merusak, menunjukkan adanya komplikasi
(misalnya infeksi), menyebabkan ketidakmampuan, dan memerlukan penyembuhan. Arti nyeri antara lain dipengaruhi oleh
usia, jenis kelamin, lingkungan, latar belakang sosial budaya, serta pengalaman
nyeri sekarang dan masa lalu.
2.
Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat
subjektif yang berpusat di area korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).
Persepsi ini dapat timbul akibat rangsangan yang dihantarkan menuju jalur
spinotalamikus dan talamiko kortikalis. Persepsi nyeri dipengaruhi oleh faktor
yang dapat memicu stimulasi nosiseptor dan transmisi impuls nosiseptor,
misalnya daya reseptif serta interpretasi kortikal.
3.
Toleransi terhadao Nyeri (Pain
Tolerance)
Toleransi terhadap nyeri berhubungan erat dengan
intensitas nyeri yang membuat seseorang sanggup menahan nyeri sebelum meminta
bantuan dari orang lain. Jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri disebut
juga ambang nyeri (pain threshold). Faktor-faktor yang dapat meningkatkan
toleransi nyeri antara lain adalah alkohol, obat-obatan, hipnosis, kepercayaan
yang kuat, pengalihan perhatian, dan gesekan serta garukan. Faktor-faktor yang
menurunkan toleransi nyeri antara lain adalah kelelahan atau keletihan, rasa
marah, rasa bosan, kecemasan, kondisi sakit, dan nyeri yang tak kunjung hilang.
4.
Reaksi terhadap Nyeri
Reaksi seseorang pada saat mengalami nyeri
berbeda-beda, contohnya ketakutan, gelisah, cemas, merangsang, menangis,
menjerit-jerit, berjalan monar-mandir, tidur sembari menggeretakan gigi,
mengeluarkan banyak keringat, dan menggepalkan tangan. Reaksi myeri dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain arti nyeri, tingkat persepsi
nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, lokasi nyeri, harapan sosial,
kesehatan fisik dan mental, usia, serta rasa takut dan cemas.
G.
Pengukuran Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri dapat diukur dengan beberapa cara,
antara lain dengan menggunakan skala nyeri menurut Hayward, skala nyeri menurut
McGill (McGill scale), dan skala wajah atau Wong-Baker FACES Rating Scale
1.
Skala Nyeri Menurut Hayward
Pengukuran
intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri Hayward dilakukan dengan
meninta penderita untuk memilih salah satu bilangan (dari 0-10) yang menurutnya
paling menggambarkan pengalaman nyeri yang ia rasakan.
Skala
nyeri menurut Hayward dapat dituliskan sebagai berikut.
0
= tidak nyeri
1-3 =
nyeri ringan
4-6 =
nyeri sedang
7-9 =
sangat nyeri, tetapi masih dapat dikendalikan dengan aktivitas yang biasa dilakukan
10 =
sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan
2.
Skala Nyeri Menurut McGill
Pengukuran
intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri McGill dilakukan dengan meminta
penderita untuk memuilih salah satu bilangan (dari 0-5) yang menurutnya paling
menggambarkan pengalaman nyeri yang ia rasakan.
Skala
nyeri menurut McGill dapat dituliskan sebagai berikut
0
= tidak nyeri
1
= nyeri ringan
2
= nteri sedang
3
= nyeri berat atau parah
4
= nyeri sangat berat
5
= nyeri hebat
3.
Skala Wajah atau Wong-Baker FACES Rating
Scale
Pengukuran
intensitas nyeri dengan skala wajah dilakukan dengan cara memperhatikan mimik
wajah pasien pada saat nyeri tersebut menyerang. Cara ini diterapkan pada
pasien yang tidak dapat menyatakan intensitas nyerinya dengan skala angka,
misalnya anak-anak dan lansia.
F.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi
oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Arti
nyeri adalah arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagianarti nyeri merupakan arti yang negatif , seperti membahayakan, merusak,
dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman.
2. Persepsi
nyeri adalah penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks (pada
fungsi evaluasi kognitif). Persepsi ini di pengaruhi oleh faktor yang dapat
memicu stimulasi nociceptor
3. Toleransi
nyeri adalah toleransi ini erat hubungannya denganintensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahannyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan
atau gerakan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah,
bosan, cemas, nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-lain.
4. Reaksi
terhadap nyeri adalah reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang
terhadap nyeri seperti ketakutan, gelisah cemas, menangis, dan menjerit. Semua
ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman
masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa
takut, cemas, usia, dan lain-lain.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
Pada bab ini penulis akan menyajikan tentang
Asuhan keperawatan pada klien Nn.N dengan diagnosa medis “ Colic Abdomen” di Ruang 601 RSUD KOJA Jakarta Utara
yang dilaksanakan pada tanggal 07 juni 2016 – 09 juni 2016
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam
melakukan pengkajian, penulis mendapatkan data dari klien, dan keluarga klien,
catatan medic, perawat Ruangan dengan melakukan wawancara dan observasi .
pengkajian dilakukan pada tanggal 09 juni 2016
pada Nn.N dengan diagnose medis”Colic abdomen” di Ruang 601 RSUD KOJA
Jakarta Utara.
Klien
bernama Nn.N berusia delapan belas tahun (18 tahun), jenis kelamin perempuan,
belum menikah BB 55 kg, masuk RSUD KOJA
pada tanggal 07 Juni 2016 14.00 WIB ditempat di Ruang 601 . No Rekam
Medis klien 1606071329 dengan dianosa
medis klien adalah ‘colic Abdomen " pendidikan tamat SMK, pekerjaan pelajar
, pasien beragama Islam suku bangsa
Indonesia, alamat rumah Jl. F gang J No.8 RT.03 RW.02 kelurahan Rawabadak,
sumber biaya BPJS.
B. Resume Kasus :
Nn.N 18
tahun masuk ke RSUD KOJA melalui UGD
pada tanggal 07 Juni 2016 dan klien di diagnosa oleh dokter dengan diagnose
medis “colic abdomen” klien mengatakan bagian perut kanan sakity, klien
mengatakan mual, klien mengatakan muntah, klien mengatakan tidak bias tidur,
klien mengatakan belum BAB selama 3 hari, klien mengatakan lemas, klien
mengatakan berkeringat lebih banyak, klien mengatakan nafsu makannya berkurang,
klien mengatakan rasa tidak enak diperut, klien mengatakan lesu saat bangun
dari tempat tidur, klien mengatakan perlu dibantu saat bangun dari tempat
tidur. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil, bising
usus 14x/menit, kesadarannya CM, Gcs 15, klien tampak pucat, klien tampak lesu,
tugor kulit tidak relatis, mata cekung, klien tampak memengangi perutnya,
konjungtiva anemis, membra mukosa pucat, klien tampak tidak menghabiskan
makananyar, klien tampak lemas, klien terpasang infuse RL 28 tpm, kemudian
tanggal 07 juni 2016 didapatkan hasil lab : HB 12,0 gr/dl, Ht 35,2%, LED 15
menit perjam, leokosit 6100ribu/ul, trambosit 351.000 ribu/ul, RL 8jam
ceftriqxon 2x1 gr, Ranitidin 2x1 IV
TTV
klien : TD : 120/90 mmHg S :
36,25C
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
Hasil
laboratorium Hemaglobin 12,0 gr/dl (normal 12 g/dl), Hematokrit 35,2
vol%(normal 40 vol%) leukosit 6.100/ul(normal 5000-10.000/ul), Trombosit
351.000/ul(normal 150-400/ul). Dari data tersebut, maka ditemukan masalah
keperawatan :Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan kram perut
ulkus lambung. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi dan
implementasi keperawatan kaji TTV, Kaji skala nyeri, Anjurkan posisi semi
fowler, batasi aktivitas, teknik relaksasi, berkaloborasi dengan tim
medis/dokter dalam pemberian obat, IV Gastridin 2x1 amp .
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat
kesehatan sekarang adalah , perut sakit melilit, tidak bisa BAB, pusing, mual
2.
Riwayat kesehatan masa lalu yang didapatkan
berdasarkan wawancara dengan klien yaitu Klien tidak memiliki riwayat
kecelakaan, tidak ada riwayat alergi obat atau pun makanan.
3.
Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
Keterangan
:
: laki-laki
: perempuan
:
menikah
:
tinggal serumah
:
klien dengan Colic Abdomen
:
keturunan
4.
Riwayat psikososial dan spiritual yang didapat
yaitu klien mengatakan bahwa orang yang terdekat dengan klien adalah ibu dan
keluarga. Pola komunikasi dalam keluarga sangat baik, pembuatan keputusan.
Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah membuat keluarga menjadi cemas.
Masalah yang mempengaruhi klien adalah klien tidak dapat beraktifitas seperti
biasa. Mekanisme koping terhadap masalah adalah pemecahan masalah. Persepsi
klien terhadap penyakitnya penyakit yang tidak bisa sembuh. Hal yang dipikirkan
saat ini adalah ingin cepat sembuh dan pulang supaya dapat beraktifitas seperti
biasa. Harapan klien setelah menjalani perawatan adalah ingin cepat sembuh.
Perubahan yang dirasakan klien setelah sakit adalah klien merasa sulit
beraktifitas dan berat badan menurun, Aktifitas agama yang sering dilakukan
adalah ikut pengajian dan sholat.
5.
Kondisi lingkungan rumah, rame
6. Pola
kebiasaan sehari-hari selama sebelum sakit. Berdasarkan hasil pengkajian
didapat hasil tentang pola kebiasaan sebelum sakit. Pola nutrisi sebelum sakit,
klien makan 2x sehari, nafsu makan baik, klien menghabiskan 1 porsi makanan,
jenis makanan dirumah klien adalah nasi,sayur-sayuran,dan lauk klien menyukai
semua jenis makanan, tidak ada makanan yang membuat alergi, tidak ada makanan
pantangan, tidak ada makanan diet tidak ada penggunaan obat sebelum makan,
kebiasaan sebelum makan adalah berdoa dan tidak menggunakan alat bantu makan
(NGT).
Pola
eliminasi klien sebelum sakit: klien mengatakan buang air kecil di rumah lancar
dengan frekuensi 2x sehari, waktu tidak
tentu, warnanya kuning, baunya juga khas dan tidak ada keluhan saat buang air
kecil.
Buang air besar klien pun lancar 1x sehari,
waktu tidak tentu. Warna coklat, berbau khas dan padat, lunak tidak ada keluhan
serta tidak menggunakan laxatif.
Pola personal hygiene sebelum sakit, klien
mandi 2x sehari pada waktu pagi siang dan sore, sikat gigi 2 kali sehari waktu
pagi dan sore hari , serta cuci rambut minimal 1x seminggu.
Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien
tiidur sedikitnya 7-8jam/hari.Dan kadang-kadang tidur siang.
Pola aktifitas dan latihan klien sebelum sakit
adalah sekolah, pada pagi hari klien pernah olahraga lari pagi .Dan tidak ada
keluhan dalam beraktivitas.
Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
adalah klien tidak merokok,klien tidak pernah minum, mimunan keras dan tidak
ada ketergantungan obat.
7.
Pola kebiasaan dirumah sakit.
Pola nutrisi klien makan 3x sehari tapi nafsu
makan kurang, karena sering mual, Tidak
ada makanan pantangan dan ada diet cair 1500 kalori, dan klien tidak
menggunakan alat bantu makan (NGT).
Sedangkan dirumah sakit Pola Eliminasi klien
buang air kecil lancar dengan frekuensi 1x sehari, namun buang air besar baru
1x selama dirumah sakit. Klien tidak ada keluhan saat buang air besar dan buang
air kecil, sedangkan klien juga tidak mengunakan laxatif.
waktu dirumah sakit pola personal hygiene klien
belum pernah mandi, klien hanya di lap dengan air saja. Klien gosok gigi hanya
1x/hari pada pagi hari serta tidak pernah keramas
pola istirahat tidur klien setelah dirumah
sakit tidur klien ± 4 jam, bahkan kadang-kadang kurang dari itu. Klien tidak
mempunyai kebiasan yang khusus sebelum tidur.
Dari
hasil pengkajian fisik didapat data seperti berat badan dirumah sakit klien51
kg, sedangkan sebelum sakit juga 55 kg. Tinggi badan klien 170 cm, tekanan
darah klien 120/90 mmHg, nadi 90x/menit, pernapasan 20x/menit dan suhu 36,50C.
Keadaan umum berat, kesadaran apatis dan tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
Hasil
pengkajian sistem penglihatan didapatkan hasil yaitu posisi mata klien
simetris, kelopak mata tidak ada kelainan seperti ptosis, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva anemis/pucat, sklera mata anikterik, pupil isokor, tidak
ada kelainan otot-otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda
peradangan, klien tidak menggunakan kaca mata dan reaksi terhadap cahaya baik
Pengkajian
sistem pendengaran klien didapatkan hasil seperti pendengaran klien baik, tidak
terdapat cairan dalam telinga, perasaan penuh ditelinga tidak ada, klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
Sistem
wicara klien normal, tidak mengalami gangguan berbicara. Sistem pernapasan,
jalan napas klien tidak ada sumbatan , pernapasan klien tidak sesak dengan atau
tanpa aktifitas, pernapasan klien lambat dan dalam, frekuensi pernapasan klien
20x/menit. Irama pernapasan teratur, klien juga batuk tidak produktif, tidak
ada dahak, pada saat dipalpasi, klien mengatakan tidak ada nyeri tekan di dada,
bentuk dada simetris, bunyi resonan lemah.Suara napas klien terdengar
varsikuler.
Klien
tidak menggunakan otot bantu pernapasan perut. Klien tidak tanpak terpasang
oksigen
Dari
sistem kardiovaskuler didapat hasil sirkulasi perifer nadi 90x/menit, irama
teratur, tekanan darah 120/90 mmHg, klien tidak mengalami di distensi vena
jugularis. Kulit pucat, pengisian kapiler 2 detik dan tidak ada edema. Sirkulasi jantung yaitu
kecepatan denyut apikal 90x/menit, irama teratur, tidak terdengar kelainan
bunyi jantung.
Sistem
hematologi terdapat data bahwa klien tanpak pucat namun tidak ada
perdarahan.Sistem saraf pusat, klien
mengeluh pusing, kesadaran CM, glasgow coma scale (GCS) mata: 4,
motorik: 6 dan verbal :5. Tidak ada kejang, reflek fisiologi dan patologis
normal. Sistem pencernaan, keadaan mulut klien: gigi klienterdapat karies,
klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien tidak
kotor, salifa normal.dan klien tidak muntah , klien tidak mengalami konstipasi,
hepar tidak teraba, pada saat dipalpasi klien terasa nyeri dibagian perut
kanan.
Dari
sistem endokrin, klien tidak mengalami pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak
ada luka ganggren. Sistem urogenital, balance cairan adalah intake (minum
900cc/hari,urine 500cc/hari,500cc/hari,Perubahan pola kemih adalah urgency,
buang air kecil klien berwarna kuning kruh. Tidak ada distensi kandung kemih.
Sistem
intergumen, turgor kulit klien sedang, temperatur kulit hangat, warna kulit
pucat, keadaan kulit baik, tidak ada luka. Sistem muskulokeletal, klien
mengalami kesulitan pergerakan,klien mengalami nyeri sendi,klien tidak ada
fraktur, klien tidak mengalami perubahan bentuk tulang, Sitem kekebalan tubuh,
TD : 120/90 mmHg, N : 90x/mnt, S : 36,5⁰c, RR : 20x/mnt.
Data
penunjang, pada tanggal 07 juni 2016, hasil pemeriksaan hematologi: Hb : 12,0
Gr/dl, HT : 35,2 vol %, Leukosit : 6100 Ribu/ul, Trombosit : 351.000 Ribu/ul.
Penatalaksanaan
meliputi terapi obat: ceftriqxon 2x1 gr, Ranitidin 2x1 A IV .infus RL
500ml,8t/menit.
DATA FOKUS
Data subjektif:
Klien
mengatakan nyeri pada abdomen, klien mengatakan mual, klien mengatakan pusing,
klien mengatakan belum BAB 5hari, klien mengatakan tidak bisa tidur, klien
mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan lemas,klien mengatakan gelisah
pada saat tidur ,klien hanya menghabiskan
¼ porsi makanan, ,klien tampak gelisa, klien mengatakan klien tidak bisa
tidur dengan nyenyak siang/malam,klien mengatakan klien tidur hanya sebentar.
Data Objektif:
klien
terlihat memegangi perutnya, klien terlihat meringis kesakitan, klien terlihat
mual, klien terlihat tidak bisa BAB sudah 5hari, klien terlihat tidak bisa
tidur dengan nyenyak siang/malem, klien terlihat gelisah, klien terlihat tidak
nafsu makan, hanya menghabiskan ¼ porsi makanan, skala nyeri klien 4-5 ,Hasil
laboratoriom (07 juni 2016):, Hb : 12,0 g/dl, Ht : 35,2 %, Leukosit: 6100 /ul,
Trombisit :351.000 /ul, Tanda-tanda
vital klien :
TD : 120/90 mmHg, S : 36,50C, N : 90
x/menit, RR : 20 X/ menit
Analisa
Data
Nama klien : Nn.N
Umur : 18 tahun
Dx medis : colic
Abdomen
Ruang/kamar : PD 602
No
Dx
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1
|
Data
subjektif
1.
Klien mengatakan nyeri pada abdomen
2.
Klien mengatakan tidak bisa BAB sudah 5 hari
Data objektif
1.
Klien tampak kesakitan skala nyeri 4-5
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri akut) dan restensi konstipasi
|
Kram
perut, ulkus lambung
|
2
|
Data Subjektif
1.
Klien mengatakan mual
2.
Klien mengatakan tidak nafsu makan
3.
Klien mengatakan pusing
Data Objektif
1.
Klien terlihat tidak nafsu makan
2.
Klien hanya menghabiskan 1/4porsi makanan
3.
Klien terlihat pucat
4.
TD: 120/90 mmhg
5.
HB : 12,0
|
Gangguan
kebutuhan nutrisi
|
Peningkatan
kebutuhan kalori
|
3
|
Data
subjektif
1.
Klien mengatakan tidak bisa tidur
2.
Klien mengatakan gelisah
Data Objektif
1.
Klien terlihat cemas
2.
Klien terlihat tidak bisa tidur pada
siang/malem
3.
Klien tidak terkontrol gerakannya
|
Gangguan
dalam pergerakan
|
Perubahan
Mobilisasi
|
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan
rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kram perut, ulkus lambung
2. Gangguan
kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori
3. Resiko
cedera berhubungan dengan perubahan mobilisasi
D.
PERENCANAAN,
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Diagnosa
keperawatan I:
1. Gangguan
rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kram perut, ulkus lambung di tandai
dengan :
Data subjektif : Klien mengatakan nyeri pada
abdomen, Klien mengatakan tidak bisa BAB sudah 5 hari
Data
Objektif : Klien tampak kesakitan skala nyeri 4-5 , TD: 120/90mmhg Kekuatan
otot 5
5 , Keadaan umum CM
5 5
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam diharapkan Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan
kram perut, ulkus lambung dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. klien
tidak nyeri pada perut bagian kanan
2. skala
nyeri 0
Intervensi / rencana tindakam
Nama
klien : Nn.N
Umur : 18 tahun
Dx medis : Colic abdomen
Ruang/kamar : 602
No
Dx
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
1.
Kaji
TTV klien
2.
Pantau skala nyeri
Kolaborasi
:
3.
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat dan indikasi
4.
Berikan klien obat analgesik
|
1.
Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.
Untuk menghilangkan nyeri sedang
|
Implementasi
/ Pelaksanaan Keperawatan
Nama klien : Nn. N
Umur :18 tahun
Dx medis : Colic Abdomen
Ruangan/kamar :
602
No
dx
|
Hari tanggal
Jam
|
Tindakan intervensi
|
Nama
paraf
|
1
|
Selasa
07 juni 2016
07.00
10.00
11.00
12.00
|
1.
Mengkaji tanda-tanda vital klien
R/ TD : 120/80 mmHg
S
:36 º C
N
: 84 x/menit
RR
: 21 x/ menit
2.
Menganjurkan klien posisi semi fowler
R/
klien merasakan nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler
3.
Memantau skala nyeri
R/
skala nyeri klien 4-5
4.
Kolaborasi: memberikan obat analgetik
R/
klien mengatakan merasa sudah hilang nyeri
|
Kelompok IV
|
2
|
09.00
10.45
12.30
|
1.
Mengkaji TTV klien
R/ TD :120/80 mmHg
S
: 36 ºC
N
: 84 x/menit
RR : 21 x/menit
2.
Mengkaji tingkat ansietas pasien
R/ -
klien mengatakan masih merasakan gelisah pada saat tidur
3.
Menjaga tempat tidur klien
R/
-klien merasakan nyaman
|
Kelompok IV
|
1
|
Rabu
01 agustus 2012
09.30
10.15
|
1.
Kaji tanda-tanda vital klien
R/ TD : 150/110 mmHg
S
:36,3 º C
N
: 79 x/menit
RR
: 19 x/ menit
2.
Menganjurkan posisi semi fowler
R/
klien merasa nyaman
3.
Memberikan makanan yang berserat
R/
klien mengatakan belum bisa BAB
|
Kelompok IV
|
2
|
15.00
|
1.
Menganjurkan posisi semi fowler
R/
klien merasa nyaman
2.
Memberikan makanan yang berserat
R/
klien mengatakan sudah bisa BAB
|
1
|
Kamis
02 agustus 2012
09.00
10.00
11.00
|
1.
Kaji tanda-tanda vital klien
R/ TD : 150/110 mmHg
S
:36,3 º C
N
: 79 x/menit
RR
: 19 x/ menit
2.
Memantau skala nyeri klien
R/
klien mengatakan skala nyeri 5
3.
Melatih teknik relaksasi
R/
klien merasakan nyaman
4.
Memonitor frekuensi BAB
R/
klien mengatakan sudah bisa BAB setelah diberikan makana serat
|
Kelompok IV
|
2
|
09.00
10.45
12.30
|
1.
Kaji TTV klien
R/ TD :150/100 mmHg
S
: 36 ºC
N
: 80 x/menit
RR : 20 x/menit
2.
Melatih teknik relaksasi
R/
klien merasakan nyaman
3.
Memonitor frekuensi BAB
R/
klien mengatakan sudah bisa BAB setelah diberikan makana serat
|
Evaluasi
Nama
klien : Nn.N
Umur : 18 tahun
Dx medis
: Colic Abdomen
Ruangan/kamar :
602
No
Dx
|
Hari tanggal
Jam
|
Evaluasi
|
Nama
Paraf
|
1
|
Selasa
31 juli 2012
14.00
|
Subjektif:
klien merasakan nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala
nyeri klien 4-5, klien mengatakan merasa sudah hilang nyeri
Objektif: klien terlihat
nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala nyeri klien 4-5, klien
mengatakan sudah mersakan hilang nyeri
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri
belum teratasi
Perencanaan:Lanjutkan intervensi 1-4
|
Kelompok IV
|
2
|
14.00
|
Subjektif: klien merasa nyaman, klien
mengatakan belum bisa BAB,
Objektif : klien terlihat nyaman, klien
terlihat tidak bisa BAB
Analisa:Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri
belum teratasi
Perencanaan:Lanjutkan intervensi 1-3
|
3
|
14.00
|
Subjektif: klien mengatakan skala nyeri 5,
klien mengatakan nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien mengatakan sudah
bisa BAB setelah diberikan makana serat
Objektif : klien terlihat skala nyeri 5,
klien terlihat nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien terlihat sudah
bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri
belum teratasi
Perencanaan: Lanjutkan intervensi 1
|
Kelompok IV
|
1
|
Rabu
01 agustus 2012
14.00
|
Subjektif: klien merasa nyaman, klien
mengatakan belum bisa BAB,
Objektif : klien terlihat nyaman, klien
terlihat tidak bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri
belum teratasi
Perencanaan: Lanjutkan intervensi 1-3
|
Kelompok IV
|
2
|
14.00
|
Subjektif: klien merasakan nyaman pada saat diberikan
posisi semi fowler, skala nyeri klien 4-5, klien mengatakan merasa sudah
hilang nyeri
Objektif:
klien terlihat nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala nyeri
klien 4-5, klien mengatakan sudah mersakan hilang nyeri
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah nyeri
belum teratasi
Perencanaan: Lanjutkan intervensi 1-4
|
Kelompok IV
|
3
|
14.00
|
Subjektif: klien mengatakan skala nyeri 5,
klien mengatakan nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien mengatakan sudah
bisa BAB setelah diberikan makana serat
Objektif : klien terlihat skala nyeri 5,
klien terlihat nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien terlihat sudah
bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri
belum teratasi
Perencanaan: Lanjutkan intervensi 1
|
||
1
|
Kamis
02 agustus 2012
14.00
|
Subjektif: klien mengatakan skala nyeri 0,
klien mengatakan nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien mengatakan sudah
bisa BAB setelah diberikan makana serat
Objektif : klien terlihat skala nyeri 5,
klien terlihat nyaman pada saat diberikan relaksasi, klien terlihat sudah
bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri
belum teratasi
Perencanaan: pertahankan intervensi
|
Kelompok
IV
|
|
2
|
14.00
|
Subjektif:
klien merasakan nyaman pada saat diberikan posisi semi fowler, skala nyeri
klien 0, klien mengatakan merasa sudah hilang nyeri
Objektif:klien terlihat nyaman pada saat diberikan posisi semi
fowler, skala nyeri klien 0, klien mengatakan sudah mersakan hilang nyeri
Analisa: Tujuan belum tercapai masalah
nyeri teratasi
Perencanaan: pertahankan intervensi
|
3
|
14.00
|
Subjektif: klien merasa nyaman, klien
mengatakan sudah bisa BAB,
Objektif : klien terlihat nyaman, klien
terlihat sudah bisa BAB
Analisa: Tujuan tercapai sebagian masalah kebuthan nutrisi diri
belum teratasi
Perencanaan: pertahankan intervensi
|
Diagnosa keperawatan II:
2. Gangguan
kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori di tandai
dengan :
Data Subjektif : Klien mengatakan mual, Klien
mengatakan tidak nafsu makan
Klien
mengatakan pusing
Data
Objektif : Klien terlihat tidak nafsu makan, Klien hanya mengahbiskan 1/4porsi
makanan, Klien terlihat pucat, TD: 120/90 mmhg
HB :
12,0
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam
diharapkan Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
kalori
dapat
teratasi
Kriteria hasil :
1. Klien
tidak mual
2. Klien
tidak pusing
3. Nafsu
makan klien bertambah
4. Klien
terlihat rileks
Intervensi
Nama
klien : Nn.N
Umur : 18 tahun
Dx medis : Colic Abdomen
Ruang/kamar : 602
No
Dx
|
Intervensi
|
Rasional
|
2
|
1.
Kaji TTV
2.
Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering
3.
Anjurkan klien makan-makanan serat
4.
Anjurkan posisi semi fowler
|
1.
Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.
Untuk mengetahui kondisi klien terjaga
3.
Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi
4. Tirah
baring dalam posisi yang aman untuk menurunkan spasme otot
|
3.
Diagnosa Keperawatan III
a. Resiko
cedera berhubungan dengan perubahan mobilisasi di tandai dengan :
Data subjektif : Klien mengatakan tidak bisa
tidur, Klien mengatakan gelisah
Data Objektif :
Klien terlihat cemas, Klien terlihat tidak bisa tidur pada siang/malem
Tujuan :
b. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan Resiko cedera berhubungan
dengan perubahan mobilisasi Dapat teratasi
Kriteria
Hasil :
1. Klien
tidak gelisah
2. Klien
bisa tidur
3. Klien
terkontrol gerak-geriknya
4.
Klien tenang
5.
Intervensi
Nama klien :
Nn.N
Umur :
18 tahun
Dx medis :
Colic Abdomen
Ruang/kamar :
602
No
Dx
|
Intervensi
|
Rasional
|
3
|
1.
Kaji TTV klien
2.
Kaji tingkat ansientas klien
3.
Jaga tempat tidur
4.
Observasi klien teratur
|
1.
Untuk mengetahui keadaan umum klien
2.
Untuk bantu dalam mengidentifikasi kekuatan
dan keterlampilan
3.
Untuk tahu kondisi terjaga
4.
Untuk menenangkan dan tidur
|
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terbagi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan banyak orang dibandingkan suatu penyakit manapun.
2. Kenyamanan
adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Donahue (1989) dinyatakan
‘melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan perawat
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dorongan dan bantuan bagi klien’. Dari
pernyataan itu didapat bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar klien untuk
perawat agar dapat membantu tindakan keperawatan. Kenyamanan bersifat subjektif
karena setiap individu memiliki fisiologis, sosial, spiritual, dan kebudayaan
yang berbeda sehingga mempengaruhi cara mereka untuk menginterprestasikan dan
merasakan kenyamanan tersebut.
3. Asuhan
keperawatan pada nyeri dan kenyamanan meliputi pengkajian, diagnosa,
interpensi, implamentasi dan evaluasi.
B. Saran
1. Hendaknya
kita selaku mahasiswa keperawatan dapat memahami dengan baik dan benar mengenai
konsep nyeri dan kenyamanan agar lebih memudahkan kita untuk mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai calon tenaga kesehatan.
2. Hendaknya
kita dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada nyeri dan kenyamanan agar
dapat memudahkan kita dalam membuat asuhan keperawatan pada praktik lapangan
nantinya.