BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tubuh manusia sebagaimana makhluk hidup yang lain
tersusun atas berbagai sistem organ, puluhan organ, ribuan organ, dan jutaan molekul.
Secara fisik, molekul pembentuk tubuh manusia dapat dibedakan menjadi jenis cairan
dan matriks molekul padat. Fungsi cairan dalam tubuh manusia, antara lain
sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa metabolisme; sebagai
komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya; serta
sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler. Cairan dan elektrolit
sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan cairan dan
elekrolit bagi manusia berbeda-beda dengan usia dewasa. Total jumlah cairan
yang terdapat dalam tubuh cukup besar dibandingkan dengan kompartemen zat padat
pembentuk tubuh. Secara umum, konsentrasi cairan pada tubuh sekitar 60%. Cairan
tubuh tersebut meliputi cairan darah, plasma jaringan, cairan sinovial pada
persendian, cairan serebrospinal pada otak dan medula spinalis, cairan dalam
bola mata, cairan pleura dan berbagai cairan yang terkandung dalam organ dan
jaringan.
1.2 Tujuan
Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan
dasar II.
Tujuan Khusus
1. Untuk menambah pengetahuan tentang cairan elektrolit
2. Untuk mengetahui dasar-dasar dalam konsep cairan
elektrolit
1.3 Sistematika Penulisan
Bab I : Terdiri dari : pendahuluan tentang
latar belakang, tujuan, sistematika penulisan.
Bab II : Terdiri
dari : pembahasan tentang cairan elektrolit, gambaran klinis dan diagnosis
Bab III :
terdiri dari : penutup tentang kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Cairan dan Elektrolit
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water – TBW)
kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat wanita. Jumlah volume
ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat
sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh
terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai
contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70-80% dari BB; usia 1-12 tahun 64% dari BB;
usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB; dan wanita 52%
dari BB; usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB dan
pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB. Cairan
dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat
usia seseorang, seperti bayi mempunyai tingkat metabolisme air lebih tinggi
mengingat permukaan tubuh yang relatif luas dan presentase air tubuh lebih
tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan
tubuh dalam mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai
pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah
eliminasi dan membantu pencernaan. Disamping itu kebutuhan cairan, elektrolit
(natrium, kalium, klorida, kalsium, dan fosfat) sangat penting untuk menjaga
kesetimbangan asam-basa, konduksi saraf, kontraksi muskular dan osmolaritas..
kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan
elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan
kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan
keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan melalui cairan per oral
atau intravena.
Komposisi Cairan Tubuh
1. Oksigen yang berasal dari paru-paru
2. Nutrisi yang berasal dari saluran pencernaan
3. Produk metabolisme seperti karbon dioksida
4. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa
atau molekul atau disebut juga elektrolit. Misalnya : sodium klorida dipecah
menjadi satu ion natrium atau sodium (Na+) dan satu ion klorida (Cl-
Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif
disebuat anion.
Fungsi Cairan
Beberapa fungsi cairan dalam tubuh adalah :
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan
temperatur tubuh
2. Transpor nutrisi ke sel
3. Transpor hasil sisa metabolisme
4. Transpor hormon
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam
sistem kardiovaskuler.
Konsentrasi Cairan Tubuh
1. Osmosis adalah konsentrasi latutan atau
partikel terlarut per liter larutan, di ukur dalam miliosmol. Osmolaritas ditentukan
oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan demikian, osmolaritas
menciptakan tekanan osmotik sehingga mempengaruhi pergerakan cairan. Jika
terjadi penurunan osmolaritas CES, maka terjadi pergerakan air dari CES ke CIS.
Sebaliknya, jika terjadi penurunan osmolaritas CES, maka pergerakan terjadi
dari CES ke CIS. Partikel yang berperan adalah sodium atau natrium, urea, dan
glukosa.
2. Tonisitas adalah osmolaritas yang menyebabkan
pergerakan air dari kompartemen yang lain
Pergerakan Cairan Tubuh
Mekanisme pergerakan
cairan tubuh melalui tiga proses berikut ini
1. Difusi merupakan proses dimana partikel yang
terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
sampai terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran
sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan
temperatur.
2. Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih
seperti air, melalui membran semipremeable dari larutan yang berkonsentrasi
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik
3. Transpor aktif merupakan partikel bergerak
dari konsentrasi rendah ke tinggi adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa
jantung
Kesetimbangan Cairan
Kesetimbangan cairan ditentukan oleh intake cairan dan
output cairan. Intake cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan
setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman
dan 1.000 ml dari makanan, serta oksidasi makanan sebesar 300 ml/hari.
Sementara itu, pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1.500
ml/hari, feses 200 ml/hari. Paru-paru 100-200 ml dan kulit 600-800ml.
Pemasukan dan pengeluaran cairan dalam 24 jam
Pemasukan Cairan
|
Pengeluaran Cairan
|
Minum 1.200 ml
Makanan 1.000 ml
Oksidasi makanan
300 ml
|
Urine
1.500 ml
Feses
200 ml
Respirasi
100-200 ml
IWL
600-800 ml
|
Jumlah
2.500 ml
|
Jumlah
2.400-2.500 ml
|
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kesetimbangan
Cairan dan Elektrolit sebagai berikut:
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan
tubuh, metabolisme yang diperlukan, dan berat badan. Semakin muda usianya semakin banyak total cairan
tubuh. Pada usia bayi dan lansia pergerakan cairan tubuh lebih mudah terjadi
sehingga rentan terjadi dehidrasi
2. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat
sehingga pengeluaran cairan akan lebih banyak. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan
memecah cadangan energi. Proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari
interstisial ke intraseluler. Makanan juga mengandung cairan. Pada keadaan
normal, sekitar 1.000 ml air berasal dari makanan, dengan demikian intake
makanan yang kurang akan mempengaruhi jumlah cairan tubuh.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan
metabolisme sel, konsentrasi darah, dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH
dan menurunkan produksi urine. Secara fisiologis, stres sangat penting dalam
keseimbangan cairan. Stres dapat menstimulasi kelenjar hipofisis untuk
menghasilkan ADH. Keadaan ini sesungguhnya merupakan pertahanan tubuh untuk
jangka pendek.
5. Sakit Kronis
Beberapa penyakit kronik yang dapat
mempengaruhi keseimbangan cairan adalah gagal ginjal, gagal jantung, pasien
sironis hepatis, dan penyakit paru-paru.
6. Pembedahan dan Trauma Jaringan
Pasien yang akan dilakukan pembedahan perlu
pembatasan makan dan minum sehingga memungkinkan resiko keseimbangan cairan.
Pada saat terjadi pembedahan juga terjadi pendarahan yang dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan cairan.
7. Mual dan Muntah
Mual mengakibatkan intake makanan dan minuman
menjadi berkurang sedangkan muntah terjadi pengeluaran cairan yang kaya
hidrogen dari lambung dan elektrolit. Muntah yang lama dan banyak berpotensi
terjadinya ketidakseimbangan asam basa, pasien akan mengalami kehilagan ion
hidrogen sehingga menjadi alkalosis.
8. Diare
Seperti halnya muntah. Diare dapat menyebabkan
pengeluaran cairan dan elektrolit, natrium dan potasium menjadi keluar
mengakibatkan dehidrasi. Cairan dari usus yang keluar banyak mengandung
bikarbonat sehingga pasien diare dapat mengakibatkan asidosis metabolik
9. Diaforesis
Adalah pengeluaran keringat yang berlebih.
Diaforesis dapat terjadi pada peningkatan aktivitas fisik, demam, dan tepapar
suhu lingkungan yang panas. Keringat mengandung sodium, potasium, dan klorida.
10. Luka Bakar
Kulit merupakan pelindung utama terhadap
pengeluaran cairan tubuh. Luka bakar yang luas menimbulkan kehilangan cairan,
elektrolit, dan protein plasma.
11. Penggunaan Diuretik
Diuretik berperan dalam meningkatkan ekskresi
cairan dan elektrolit tubuh biasanya digunakan oleh pasien dengan edema pada
pasien gagal jantung dan gagal ginjal.
12. Kehamilan
Wanita hamil dapat mengalami hiperemesis pada
awal kehamilan sehingga pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan. Hal ini
berpotensi terjadi kekurangan cairan tubuh. Keadaan hamil juga mengakibatkan
bendungann vena terutama pada ekstremitas sehingga edema dapat terjadi.
Cara Pengeluaran Cairan
a)
Ginjal
1. Merupakan pengaturan utama keseimbangan cairan yang menerima
170 liter darah untuk disaring setiap hari
2. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
3. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5
liter/hari
4. Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi
oleh ADH dan aldosteron
b)
Kulit
1. hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf
simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat
2. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari
aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat dan demam
3. Pengeluaran
cairan melalui kulit dan paru-paru disebut juga insensible water loss (IWL)
sekitar 15-20 ml/24jam
c)
Paru-paru
1. Menghasilkan IWL sekitar 200 ml/hari
2. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam
d)
Gastrointestinal
1. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari
gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml
2. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24 jam dengan kenaikan 10% dari IWL. Pada setiap kenaikan temperatur 1oC
Masalah Kesetimbangan Cairan
1. Hipovolemia
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal. Pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovalemia. Mekanisme
kompensasi pada hipovolemia adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis
(peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskular), rasa
haus, serta pelepasan hormon ADH dan aldosteron. Hipovolemia yang berlangsung
lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
2. Hopervolemia
Adalah penambahan atau kelebihan volume CES
yang dapat terjadi pada saat keadaan berikut :
1. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan
natrium dan air
2. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan
eksresi natrium dan air
3. Kelebihan pemberian cairan
4. Perpindahan cairan interstisial ke plasma
3. Edema
Adalah kelebihan cairan dalam ruang
interstisial yang terlokalisasi
2.2 Konsep asuhan keperawatan gangguan keseimbangan
cairan & elektrolit
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit meliputi pengkajian
riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (misalnya berat badan
harian, tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang diperlukan dalam pengkajian
meliputi asupan makanan dan cairan, haluaran cairan, tanda-tanda kehilangan
atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit, penyakit yang
diderita, obat atau tindakan yang dapat menyebabkan gangguan kesetimbangan
cairan.
Pengukuran Klinis
Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain pengukuran berat badan harian, tanda-tanda vital, setra
asupan dan haluaran cairan.
Pengukuran Berat Badan
Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang
relatif akurat tentang status cairan sebab perubahan berat badan menunjukan
adanya perubahan cairan akut. Setiap penurunan berat badan satu kilogram
menunjukkan tubuh kekurangan cairan sebanyak 1 L. Perubahan berat badan
menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen tubuh.
Apabila kehilangan/kelebihan berat badan mencapai 5% - 8%
dari total berat badan, ini mengidentifikasikan terjadinya kelebihan/kehilangan
cairan sedang hingga berat. Untuk memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan
standardisasi alat ukur yang digunakan sebelum dan sesudah penimbangan. Selain
itu, penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama dan
dengan mengenakan pakaian sama. Secara umum, jumlah cairan yang hilang dapat
dihitung dengan rumus berikut :
Kehilangan air = Berat badan normal – berat badan
sekarang
|
Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin
menunjukkan telah terjadi kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika
penurunan kurang dari 300 g/hari, ini mungkin disebabkan oleh penyebab lain.
Begitu juga bila ada penambahan berat badan, mungkin ini menunjukan retensi
cairan.
Tanda Vital
Perubahan tanda vital mungkin mengidentifikasikan adanya
ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa, atau sebagai upaya
kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Peningkatan suhu
tubuh mungkin menunjukan kondisi dehidrasi, sedangkan takikardia merupakan
tanda pertama menunjukan adanya hipovolemia akibat kekurangan cairan. Denyut
nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan dan melemah pada
kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernafasan mungkin menunjukan
adanya gangguankesetimbangan asam-basa. Tekanan darah cenderung meningkat pada
kelebihan cairan menurun pada kekurangan cairan.
Asupan dan Haluaran
Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah penting adalah
besarnya asupan haluaran cairan. Pengukuran dan asupan dan haluaran cairan
dalam 24 jam diperlukan sebagai data dalam menentukan kesetimbangan cairan
tubuh. Perawat harus memberikan informasi pada klien, keluarga dan seluruh
tenaga kesehatan tentang perlunya perhitungan asupan dan haluaran cairan yang
akurat.
Perhitungan asupan cairan meliputi asupan minum per oral,
makanan, makanan cairan, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi
kateter atau slang. Adapun perhitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine,
feses encer, muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus), drainase
luka/fistula, serta dari pernafasan yang cepat dan dalam.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji
kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena
jugularis, vena-vena tangan dan sistem neurologis.
Turgor Kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan interstisial dan
elastisitas kulit. Penurunan turgor terkait dengan elastisitas kulit.
Normalnya, jika dicubit, kuliat akan segera kembali keposisi normal setelah
dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit kan kembali datar
dalam jangka waktu yang lebih lama (hingga beberapa detik). Pada orang dewasa,
pengukuran turgor kulit paling baik dilakukan diatas sternum, kening, dan paha
sebelah dalam. Pada anak, pengukuran turgor sebaiknya dilakukan diarea abdomen
atau paha bagian tengah. Pada orang tua, turgor kulit mengalami penurunan
sehingga perlu dilakukan pertimbangan berat badan untuk mengukur status hidrasi
di samping dengan pengukuran turgor kulit.
Iritabilitas Neuromuskular
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji
ketidakseimbangan kalsium dan magnesium. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan
tanda Chovstek dan tanda Trousseau. Pemeriksaan tanda Chovstek dilakukan dengan
mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang telinga). Jika : Tanda dan
gejala kehilangan cairan
Kriteria
|
Tanda/Gejala
|
Kehilangan Cairan
|
Ringan
|
a) Haus
b) Berat badan turun
c) Tidak ada gejala lain
|
1-2 liter (2% BB)
|
Sedang
|
a) Rasa haus berat
b) Sangat lelah
c) Lidah kering
d) Oliguria
e) Na+ serum meningkat
f) Suhu tubuh meningkat
g) Hipertonik
h) BJ urine meningkat
|
3-4 liter (6% BB)
|
Berat
|
a) Gejala diatas bertambah
b) Koma
c) Konsentrasi darah tinggi
d) Na+ serum meningkat
e) Viskositas plasma meningkat
f) Gangguan mental
g) Delirium
|
5-10 liter (7% - 14% BB)
|
Gejala gangguan keseimbangan cairan di CES dan CIS
Kompartemen
|
Penurunan
|
Peningkatan
|
CES
|
1. Gangguan sirkulasi perifer]
2. Denyut jantung lemah
3. Letih
4. Tekanan darah rendah
5. Respon lambat
6. Kulit dingin, lembab
7. Lidah berkerut
8. Anoreksia, mual, muntah
|
1. Aliran vena tidak lancar
2. Tekanan darah vena tinggi
3. Detak jantung kuat
4. Takikardia, sulit bernafas
5. Sianosis
6. Muka bengkak, edema sistemik
|
CIS
|
1. Rasa haus, delirium
2. Gangguan mental
|
1. Edema lapisan kulit
2. Sakit kepala
3. Mual dan muntah
4. Kejang
5. Koma
|
Pada saat diketuk terjadi refleksi meringis pada otot
wajah, termasuk bibir, berarti tanda Chovstek positif (mungkin terjadi
hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan test Trousseau, pasang
manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah sistole selama
2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengidentifikasikan
terjadinya hipokalemia dan hipomagnesemia.
Pemeriksaan Laboratorium
Elektrolit Serum
Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk
mengkaji adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang
paling sering adalah natrium, kalium, dan ion bikarbonat. Perhitungan kebutuhan
cairan dengan menggunakan nilai Na+ adalah :
Air yang hilang = 0,6 x BB ( Na+ serum terukur – 142)
Na+ serum terukur
|
Hitung Darah
Hematokrit (Ht) menggambarkan presentase total darah
dengan sel darah merah. Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam
plasma, nilainya akan dipengaruhi oelh jumlah cairan plasma. Dengan demikian,
nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung
meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overhidrasi dapat
menurun. Normalnya 37% - 47%. Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan
peningkatan kadar hemotokrit.
Air yang hilang = PAT x BB x [(Ht Normal/Ht terukur)]
|
Keterangan
Perbandingan air tubuh (PAT):
·
Nilai 0,2 untuk dehidrasi akut
·
Nilai 0,6 dehidrasi kronis
Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah
partikel yang terlarut dalam serum dan urine. Biasanya dinyatakan dalam
mOsm/kg.
pH Urine
pH urine menunjukan tingkat keasaman urine, yang dapat
digunakan untuk menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal
adalah 4,6 – 8 pada kondisi asidosis metabolik.
Berat Jenis Urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebgai indikator
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliable.
Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan cara paling mudah dan cepat untuk
menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat meingkat saat terjadi
pemekatan akibar kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan.
Nilai BJ urine normal adalah 1,005 – 1,030 (biasanya 1,010 – 1,025). Selain
itu, BJ urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada
pemberian dekstran, obat kontrasradiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.
Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
Definisi
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani
puasa, mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskular, interstisial, atau
intravaskular.
Batasan karakteristik
Mayor
Mayor
a)
Ketidakcukupan asupan cairan per oral
b)
Balans negatif antara asupan dan haluaran
c)
Penurunan berat beban
d)
Kulit/membran mukosa kering (turgor menurun)
Minor
a)
Peningkaatan natrium serum
b)
Penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebih
c)
Urine pekat atau sering berkemih
d)
Penurunan turgor kulit
e)
Haus, mual/anoreksida
Faktor yang berhubungan
a)
Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus
b)
Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar
c)
Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal dari luka, diare.
d)
Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretik atau alkohol berlebihan
e)
Berhubungan dengan mual, muntah
f)
Berhubungan dengan penurunan motivasi unruk minum, sekunder akibat
g)
Berhubungan dengan masalah diet
h)
Berhubungan dengan pemberian makan per slang dengan konsentrasi tinggi
i)
Berhubungan dengan kesulitan menelan atau kesulitan makan sendiri akibat
nyeri mulut
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi
Kondisi ketika individu mengalami atau
beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik
Mayor
a)
Edema
b)
Kulit tegang, mengilap
Minor
a)
Asupan melebihi haluaran
b)
Sesak nafas
c)
Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan
a)
Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat
gagal jantung
b)
Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan
penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung,
penyakit katup jantung
c)
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma yang
rendah, retnsi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, sirosis hepatis, asites
dan kanker
d)
Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena sekunder akibat varises vena,
trombus, imobilitas, flebitis kronis
e)
Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid
f)
Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan
g)
Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi
h)
Berhubungan dengan venostatis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas,
bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu lama
i)
Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus saat hamil
j)
Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
masektomi
3. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
Definisi
Batasan karakteistik
Mayor
1.
Perubahan kadar kalium
Minor
2.
Aritmia
3.
Kram tungkai
4.
Mual
5.
Hipotensi
6.
Bradikardia
7.
Kesemutan
Faktor yang berhubungan
1.
Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas
2.
Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare
3.
Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekundee akibat kerusakan
ginjal
4.
Berhubungan dengan diet tinggi–kalium/rendah- kalium
2.2.2 Rencana dan Implementasi Keperawatan
1)
Kekurangan volume cairan
Kriteria hasil
1.
Terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml per hari (kecuali ada
kontraindikasi)
2.
Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat stres atau cuaca
panas
3.
Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
4.
Tidak menunjukkan adanya tanda atau gejala dehidrasi
Intevensi
1.
Kaji cairan yang disukai klien dalam batasan diet
2.
Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, misalnya siang
1000ml, sore 800 ml, dan malam 200 ml.
3.
Kaji pemahaman klien tentang alasan/pentingnya mempertahankan hidrasi yang
adekuat dan metode yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidrasi yang
adekuat
4.
Catat asupan dan haluaran
5.
Pantau asupan cairan per oral, minimal 1000-1500 ml/24jam. Pantau penurunan
berat jenis urine
6.
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan mengenakan
pakaian yang sama. Penurunan BB 2% - 9% menunjukan dehidrasi sedang
7.
Pantau kadar elektrolit urine dan serum, BUN, dan osmolalitas, kreatinin,
hematokrit, dan hemoglobin
8.
Jelaskan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur merupakan diuretik dan dapat
menyebabkan kehilangan cairan
9.
Pertimbangan pengeluaran cairan lain akibat demam, diare, dan drainase
tubuh
10. Untuk drainase luka, dapat dilakukan pengeluaran
jumlah dan jenis drainase, bila perlu dengan menimbang balutan. Balut luka
untuk meminimalkan kehilangan cairan.
2.2.3 Tindakan Keperawatan
Peningkatan asupan cairan per oral
Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau
beresiko mengalami kekurangan volume cairan (misalnya, klien yang menderita
diare, demam tinggi, atau baru pulih dari pemberian anestesia). Dalam
pemberiannya, pasien umumnya mendapat makanan/cairan dengan konsentrasi rendah.
Jika dapat ditoleransi, selanjutnya pasien akan mendapat makanan/minuman dengan
jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet yang
diharapkan.
Pembatasan asupan cairan per oral
Pembatasan cairan per oral diperlukan pada klien yang
mengalami retensi cairan (misalnya klien yang menderita gagal ginjal, gagal
jantung, atau SIADH)
Pemberian makanan
Pada kondisi ketidakseimbanagan cairan dan elektrolit,
diperlukan asupan makanan yang sesuai kebutuhan diet guna memulihkan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sebagai contoh, pada klien yang
mendapat furosemid (diuretik), dapat diberikan banyak pisang dan jeruk guna
mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang kekurangan zat besi dapat
diberikan sayuran dan daging.
Pemberian terapi intravena
Terapi intravena merupakan metode yang efektif dan
efesien untuk menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Perawat berperan
dalam melakukan pemasangan terapi intravena. Secara garis besar, prosedur
pemasangan terapi intravena adalah sebagai berikut :
Penyiapan alat dan bahan
1. Infus set
2. Cairan infus
3. Standar infus
4. Sarung tangan bersih
5. Torniket
6. Jarum infus (aboket)
7. Pengalas
8. Gunting dan plester
9. Pompa elektronik (bila diperlukan)
10. Lidi kapas
11. Bethadine
12. Kapas alhohol
13. Kassa
Prosedur pelaksanaan
1. Persiapkan klien, minta persetujuan klien
setelah memberikan penjelasan mengenai tujuan dan jenis prosedur
2. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
3. Siapkan lingkungan
4. Cici tangan
5. Gantungkan botol cairan pada standar infus
6. Buka dan siapkan infus set
7. Buka slang dari plastik, jaga agar slang tidak
terurai
8. Tutup klem
9. Buka botol, tusukkan pada jarum botol infus
10. Isikan cairan ke dalam tabung reservoir
(tabung penghitung tetes) dan slang infus. Buka klem untuk mengisi slang dengan
cairan infus. Jika telah terisi, klem ditutup kembali
11. Keluarkan udara dari slang (jika ada)
12. Siapkan plester yang diperlukan (misalnya
empat potong)
13. Pakai sarung tangan bersih
14. Cari lokasi pemasangan aboket (usahakan pada
area paling distal pada ekstremitas yang tidak dominan)
15. Pasang pengalas di bawah lengan yang akan
dipasang infus
16. Pasang torniket sekitar 8-15 cm proksimal dari
lokasi pemasang
17. Perhatikan kondisi vena dan tentukan yang akan
digunakan
18. Lakukan desunfektan pada area yang akan
dipasangi infus
19. Buka tutup jarum dan tusukkan jarum ke dalam
vena. Pastikan jarum telah masuk ke dalam vena (2/3 jarum dimasukkan, mandrin
ditarik sedikit untuk melihat ada tidaknya aliran darah)
20. Jika telah masuk, mandrin ditarik sekitar ½
panjang jarum, kemudian jarum didorong hingga masuk seluruhnya ke dalam vena
21. Dekatkan ujung infus set
22. Tekan daerah proksimal dari tempat pemasangan
(sekitar 5 cm) buka ujung infus set, tarik mandrin, dan segera masukkan ujung
infus set pada jarum infus
23. Buka klem untuk memastikan bahwa cairan infus
dapat mengalir ke dalam pembuluh darah dan pastikan tidak terjadi ekstravasasi
(ditandai dengan aliran infus yang tidak lancar, edema pada area pemasangan infus,
nyeri yang sangat).
24. Apabila akses vena dipastikan lancar, lakukan
fiksasi jarum infus
25. Tulis tanggal dan jam pemasangan infus
26. Atur tetesan infus
27. Bereskan alat
28. Cuci tangan
Kateterisasi Vena Sentral
Kateterisasi vena sentral adalah pemasangan kateter ke
dalam vena besar ditubuh. Ujung kateter umumnya menjangkau vena besar (misalnya
vena kava inferior atau atrium kanan). Pemasangan kateter vena sentral dapat
dilakukan dengan atau tanpa teknik pembedahan. Pemasangan kateter vena sentral
melalui teknik pembedahan dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu pemasangan
pada vena subklavia, vena jugularis interna, dan vena perifer. Pemasangan
dengan teknik intraklavikular (di bawah klavikula) memungkinkan tubuh untuk
melakukan ambulasi, namun tindakan ini beresiko menimbulkan pneumotoraks yang
ditandai dengan nyeri dada berat dan mendadak, sesak napas, hipotensi,
sianosis, dan gelisah.
Mengobservasi Terapi Intravena
Hal-hal yang harus diobservasi dalam terapi intravena
antara lain jenis cairan yang diberikan; jumlah cairan yang telah, sedang, dan
akan diberikan; serta kecepatan tetesan cairan infus. Cairan yang diberikan
secara cepat berposensi menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Karenanya,
kecepatan tetesan infus harus diobservasi setiap jam atau, jika cairan
diberikan secara cepat, observasi harus dilakukan lebih sering.
20
Disamping itu, kita juga perlu mengobservasi area
pemasangan infus untuk melihat adanya ekstravasasi cairan infus tidak lagi
mengalir ke pembuluh darah tetapi masuk kejaringan. Untuk meyakinkan adanya
infiltrasi (ekstravasasi), kita dapat menggunakan teknik palpasi. Jika terdapat
edema dan perubahan suhu disekitar area pemasangan infus, bisa dipastikan
terjadi ekstravasasi. Selain itu, perawat juga perlu menginspeksi adanya plebitis
pada area pemasangan. Jika terdapat edema dan perubahan suhu disekitar area
pemasangan infus, bila dipastikan terjadi ekstravasasi. Selain itu, perawat
juga perlu menginfeksi adanya plebitis pada area pemasangan. Jika terjadi
plebitis, infus harus segera dicabut dan dipasang kembali pada lokasi yang
lain.
Selain upaya diatas, perawat juga perlu menberitahu klien
untuk melaporkan adanya bengkak pada are pemasangan; menghindari gerakann
tiba-tiba ekstermitas yang terpasang infus atau menekuk sendi eksteremitas yang
terpasang infus; tidak menekan tabung infus dan menjaga agar botol infus hampir
kosong, terdapat darah dalam slang infus, dan adanya nyeri pada lokasi
pemasangan infus.
Melakukan Penggantian Balutan Infus
Penggantian balutan infus dilakukan dalam waku 24-72 jam.
Penggantian balutan (kasa atau pembalut transparan) dilakukan menurut prosedur
berikut
Persiapan Alat dan Bahan
a)
Basin/ bengkok
b)
Pinset 2 buah
c)
Sarung tangan bersih
d)
Pengalas
e)
Gunting plester
f)
Kassa steril ukuran 2 x 2
g)
Povidon-iodin (bethadine)
h)
Lidi kapas
i)
Plester
j)
kapas
Prosedur
a) siapkan
pasien dan lingkungan
b) cuci tangan
c) siapkan
alat: siapkan plester sesuai kebutuhan, gantung pada sisi meja troli, pasang
pengalas dibawah are pemasangan infus, letakan bengkok di sekat klien
d) pakai sarung
tangan
e) lepaskan
balutan infus, bersihkan bekas plester dengan alkohol
f) usapkan
bethadine pada are pemasangan infus
g) pasang kassa
yang baru dan plester
h) bereskan
alat
i) cuci tangan
2.2.4 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi
keperawatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama tindakan keperawatan (misalnya
turgor kulit, asupan dan haluaran, cairan, serta pengukuran berat badan)
disamping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut masing-masing
diagnosis terlah tercapai atau belum. Jika kriteria hasil belum tercapai,
perawat harus menggali mengapa kriteria tersebut belum tercapai dengan
masing-masing ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam
mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi
manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia seseorang. Seperti bayi
mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi mempunyai
tingkat metabolisme air lebih tinggi mengingat permukaan tubuh yang relatif
luas presentase air tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa.
Kebutuhan cairan sangat dibutuhkan tubuh dalam mengangkut zat makanan ke dalam
sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit,
memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, sebagai pelarut elektrolit
dan non elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu
pencernaan di samping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, klorida,
dan posfat) sangat penting untuk menjaga
keseimbangan asam basa, konduksi saraf, kontraksi mukular dan osmolalitas.
Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan
elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan
kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan
keperawatan dapat melalui pemberian cairan per oral atau intravena.
3.2 Saran
1.
Mahasiswa
Mahasiswa dan mahasiswi dapat
memahami mata ajar asuhan keperawatan dengan klien gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
2.
Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang
memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Uliyah Musrifatul, Alimul A Aziz. 2004. Kebutuhan
Dasar Manusia Buku Saku Praktikum. Jakarta : EGC
Tamsuri Anas. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan
Cairan & Elektrolit. Jakarta : EGC
Tarwoto, Wartonah. 2015.
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Handout Cairan dan Elektrolit