Mengenai Saya

Foto saya
Nama saya Endah Susiawaty, tempat tanggal lahir 01 juli 1997 saya mahasiswi Akademi Keperawatan Harum Jakarta Utara

About

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN NY. D RUANGAN IGD RSPI SULIANTI SAROSO DENGAN ASMA BRONCHIAL




ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN NY.D DIRUANG IGD RSPI SULIANTI SAROSO  DENGAN ASMA BRONCHIAL
MAKALAH KGD
 









Disusun Oleh  :
Endah Susiawaty (15014)




AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
2017




KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah Kegawatdaruratan yang berjudul Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Asma Bronchial. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat:
1.      Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum  Jakarta.
2.      Ibu Ns. Ari Susiani, M.Kep selaku wali kelas tingkat II
3.      Bapak Ns. Denny Hariyanto, S.Kep selaku Koordinator mata ajar Kegawatdaruratan.
4.      Rekan-rekan semua angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
5.      Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.






                                                                                                 Jakarta, 08  Agustus 2017
 
                                                                                                               Endah Susiawaty

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR   ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI                  ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang    ..................................................................................................... 1
B.     Tujuan Penulisan .....................................................................................................  3
C.     Sistematika Penulisan.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep Dasar      ..................................................................................................... 5
B.     Etiologi                .....................................................................................................  6
C.     Patofisiologi        ..................................................................................................... 9
D.    Manisfestasi Klinis.................................................................................................. 11
E.     Komplikasi           ....................................................................................................  12
F.      Pemeriksaan Penunjang........................................................................................... 12
G.    Penatalaksanaan Medis............................................................................................ 14
H.    Asuhan Keperawatan .............................................................................................  16
BAB III TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian           ..................................................................................................... 28
B.     Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 33
C.     Perencanaan/Intervensi............................................................................................ 33
D.    Evaluasi               ..................................................................................................... 33
BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan         ..................................................................................................... 42
B.     Saran                   ..................................................................................................... 43 
 
DAFTAR PUSTAKA  




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah
penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012).
Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008)
Penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Pada tahun 2005 Survei Kesehatan Rumah Tangga mencatat 225.000 orang meninggal karena asma (Dinkes Jogja, 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007, penyakit asma ditemukan sebesar 4% dari 222.000.000 total populasi nasional, sedangkan di Sumatera Barat Departemen Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita asma yang ditemukan sebesar 3,58% (Zara, 2011). Jumlah kunjungan penderita asma di seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kota Padang sebanyak 12.456 kali di tahun 2013 (DKK Padang, 2013)
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas (Henneberger dkk., 2011).
Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk,  sesak napas, rasa tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin, biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa batuk kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan. Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau ketika beraktivitas
(Brunner & Suddard, 2002).
Tingkat gejala asma yang dialami oleh penderita asma telah diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: 1) intermiten merupakan jenis asma yang terjadi bulanan dengan gejala kurang dari satu kali seminggu, tidak menimbulkan gejaladi luar serangan dan biasanya terjadi dalam waktu singkat. 2) Persisten ringan yang serangannya terjadi mingguan dengan gejala lebih dari satu kali seminggu tetapi kurang dari satu kali sehari, yang dapat mengganggu aktivitas dan tidur. 3) Persisten sedang dengan gejala yang muncul setiap hari dan membutuhkan bronkodilator setiap hari. 4) Persisten berat yang terjadi secara kontinyu, gejala terus menerus, sering kambuh dan aktivitas fisik terbatas (GINA, 2012).Asma mempunyai dampak yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala asma dapat mengalami komplikasi sehingga menurunkan produktifitas kerja dan kualitas hidup (GINA, 2012). Pada penderita asma eksaserbasi akut dapat saja terjadi sewaktu-waktu, yang berlangsung dalam beberapa menit hingga hitungan jam. Semakin sering serangan asma terjadi maka akibatnya akan semakin fatal sehingga mempengaruhi aktivitas penting seperti kehadiran di sekolah, pemilihan pekerjaan yang dapat dilakukan, aktivitas fisik dan aspek kehidupan lain (Brunner & Suddard, 2002)  Tujuan perawatan asma adalah untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang ditandai dengan penurunan gejala asma yang dirasakan atau bahkan tidak sama sekali, sehingga penderita dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu oleh asmanya. Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari alergen pencetus asma, konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, dan menghindari stres. Gejala asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala yang timbul serta mengurangi keparahan gejala asma yang dialami ketika terjadi serangan. (Wong, 2008). Terapi non farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan asma adalah dengan melakukan terapi pernapasan. Terapi pernapasan bertujuan untuk melatih cara bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot pernapasan, melatih ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi, mempercepat dan mempertahankan pengontrolan asma yang ditandai dengan penurunan gejala dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderitanya. Pada penderita asma terapi pernapasan selain ditujukan untuk memperbaiki fungsi alat pernapasan, juga bertujuan melatih penderita untuk dapat mengatur pernapasan pada saat terasa akan datang serangan, ataupun sewaktu serangan asma (Nugroho, 2006)

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa/i dapat memenuhi tugas asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernafasan.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan definisi asma
b.      Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi asma
c.       Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi asma
d.      Mahasiswa mampu menjelaskan manisfestasi klinis asma
e.       Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dari asma
f.       Mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan asuhan keperawatan dengan klien asma
C.    Sistematika Penulisan
1.      Bab I terdiri dari         :   Latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
2.      Bab II terdiri dari        : Tinjauan teoritis, konsep dasar, pengertian, etiologi, patofisiologi, pathway, manisfestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, rencana keeperawatan, implementasi dan evaluasi
3.      Bab III terdiri dari      : Tinjauan kasus, pengertian, etiologi, patofisiologi, manisfestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, asuhan keperawatan
4.      Bab IV terdiri dari      : Pembahasan kasus, resume, pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi
5.      Bab V terdiri dari        : Penutup, kesimpulan dan saran



























BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.       Konsep Dasar
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Nelson (1996) dalam Purnomo (2008) mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan.  Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.
Description: LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan. Berikut ini pengertian asma menurut para ahli :
1.      Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
2.      Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011)
3.      Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
Kesimpulan : asma merupakan radang kronik saluran pernafasan, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul dalam berbagai usia.

B.        Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
1.     Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
a.    Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b.    Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c.     Asma gabungan
d.    Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik     
2.     Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :
a.    Pemicu Asma (Trigger
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Triggerdianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b.    Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducerdianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergenyang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk  ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).
3.    Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a.    Faktor predisposisi
1.    Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
2.    Faktor presipitasi
a.     Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1)    Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2)    Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
3)    Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan.
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
a.    Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi  beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan  oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3.    Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
4.    Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5.    Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.
6.    Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musimhujan, musim kemarau.

C.    Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2  akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru. Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

Pathway


 


















D.    Manisfestasi Klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada. Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1.     Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal  tanpa tanda dan gejala asma  atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2.     Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3.    Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4.    Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi. Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara lain :
a.    Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b.    Sianosis
c.    Silent Chest
d.    Gangguan kesadaran
e.    Tampak lelah
f.     Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5.    Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapaserangan asma yang  berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal

E.     Komplikasi
1.      Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa  dan gagal nafas
2.      Chronic persisten bronchitis
3.      Bronchitis
4.      Pneumonia
5.      Emphysema
6.      Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).
Description: LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
ASMA

F.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a.    Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
b.    Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
c.    Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d.    Terdapatnya neutrofil eosinofil
2.      Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a.    Gas analisa darah
a)      Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
b)      Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c)      Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d)     Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e)      Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3.      Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada  serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a.       Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b.      Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
c.       Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4.      Pemeriksaan faal paru
a.       Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b.      Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5.      Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
a.       Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah jarum jam
b.      Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c.       Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.


G.    Penatalaksanaan Medis
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1.    Pengobatan non farmakologik
a.    Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b.    Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c.    Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2.    Pengobatan farmakologik
a.    Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b.    Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c.    Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800  empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d.    Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e.    Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f.     Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3.    Pengobatan selama serangan status asthmatikus    
a.    Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
b.    Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c.    Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d.    Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e.    Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f.     Antibiotik spektrum luas.

H.    Asuhan Keperawatan pada Asma
a.      Pengkajian
1.      Pengkajian Primer Asma
a.       Airway
a)    Peningkatan sekresi pernafasan
b)    Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b.      Breathing
a)    Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
b)    Menggunakan otot aksesoris pernafasan
c)    Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c.       Circulation
a)    Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
b)    Sakit kepala
c)    Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
d)    Papiledema
e)    Urin output menurun
d.      Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2.      Pengkajian Sekunder Asma
a.       Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b.      Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1)    Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2)    Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
3)    Thorak
a)    Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b)    Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c)    Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
d)    Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c.       Sistem pernafasan
a.       Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
b.      Frekuensi pernapasan meningkat
c.       Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d.      Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
e.       Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
f.       Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1)      Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
2)      Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
3)      Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d.      Sistem kardiovaskuler
1.      Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2.      Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
a)      takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
b)      Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.

b.      Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar
3.      Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4.      Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
5.      Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
6.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan factor-faktor pencetus asma


c.       Rencana Keperawatan
1.      Diagnosa I :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien mampu :
a.    Respiratory status : Ventilation
b.    Respiratory status : Airway patency
c.    Aspiration Control
Dengan kriteria hasil :
1)      Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2)      Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3)      Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas
Intervensi :
1.      Airway Management
a.       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.      Pasang mayo bila perlu
e.       Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f.       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.      Lakukan suction pada mayo
i.        Berikan bronkodilator bila perlu
j.        Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
k.      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
l.        Monitor respirasi dan status O2

2.      Diagnosa II :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar,
Tujuan dam kriteria hasil :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien mampu :
a.    Respiratory Status : Gas exchange
b.    Respiratory Status : ventilation
c.    Vital Sign Status
d.    Dengan kriteria hasil :
1)    Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2)    Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
3)    Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
4)    Tanda tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
1.      Airway Management
a.       Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.        Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.      Pasang mayo bila perlu
e.       Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f.       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.      Lakukan suction pada mayo
i.        Berikan bronkodilator bila perlu
j.        Berikan pelembab udara
k.      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
l.        Monitor respirasi dan status O2

3.      Diagnosa III :
Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
Tujuan dan kriteria hasil :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien mampu :
a.    Respiratory status : Ventilation
b.    Respiratory status : Airway patency
c.    Vital sign Status
Dengan Kriteria Hasil :
1.    Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2.    Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3.    Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
1.      Airway Management
a.       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.      Pasang mayo bila perlu
e.       Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f.       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.      Lakukan suction pada mayo
i.        Berikan bronkodilator bila perlu
j.        Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
k.      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
l.        Monitor respirasi dan status O2

2.      Terapi Oksigen
a.    Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b.    Pertahankan jalan nafas yang paten
c.    Atur peralatan oksigenasi
d.    Monitor aliran oksigen
e.    Pertahankan posisi pasien
f.     Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
g.    Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
3.      Vital sign Monitoring
a.    Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b.    Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c.    Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d.    Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e.    Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
f.     Monitor kualitas dari nadi
g.    Monitor frekuensi dan irama pernapasan
h.    Monitor suara paru
i.      Monitor pola pernapasan abnormal
j.      Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k.    Monitor sianosis perifer
l.      Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
m.   Identifikasi penyebab dari perubahan

4.         Diagnosa IV :
Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan dan kriteria hasil :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien mampu :
a.    Pain Level,
b.    Pain control,
c.    Comfort level
Dengan Kriteria Hasil :
1.      Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2.      Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3.      Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4.      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5.      Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
1.      Pain Management
a.       Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b.      Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c.       Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
d.      Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e.       Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f.       Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
g.      Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
h.      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
i.        Kurangi faktor presipitasi nyeri
j.        Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
k.      Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
l.        Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m.    Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n.      Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o.      Tingkatkan istirahat
p.      Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q.      Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2.      Analgesic Administration
a.    Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
b.    Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
c.    Cek riwayat alergi
d.    Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
e.    Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
f.     Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
g.    Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
h.    Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
i.      Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
j.      Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

5.      Diagnosa V :
Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien mampu :
a.    Anxiety control
b.    Coping
c.    Impulse control
Dengan Kriteria Hasil :
1.    Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2.    Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
3.    Vital sign dalam batas normal
4.    Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

Intervensi :
1.      Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
a.       Gunakan pendekatan yang menenangkan
b.      Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c.       Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d.      Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
e.       Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
f.       Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
g.      Dorong keluarga untuk menemani anak
h.       Lakukan back / neck rub
i.        Dengarkan dengan penuh perhatian
j.        Identifikasi tingkat kecemasan
k.      Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
l.        Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
m.    Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
n.      Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

6.    Diagnosa VI :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan factor-faktor pencetus asma
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien mampu :
a.    Kowlwdge : disease process
b.    Kowledge : health Behavior
Dengan Kriteria Hasil :
1.    Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
2.    Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
3.    Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

Intervensi :
1.      Teaching : disease Process
a.       Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
b.      Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c.       Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
d.      Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e.       Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
f.       Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
g.      Hindari harapan yang kosong
h.      Sediakan bagi keluarga atau pasien informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
i.        Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
j.        Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
k.      Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
l.        Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
m.    Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
n.      Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

c.    Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan Asma Bronchial dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

d.    Evaluasi
Setelah dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :
1.      Bunyi nafas menjadi vesikuler ( normal )
2.      RR klien 20 x / menit
3.      Airway, breathing, circulation, disability teratasi









BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan menyajikan tentang Asuhan Keperawatan pada klien Ny. D dengan diagnosa medis “ Asma Bronchial “ di Ruang IGD Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta Utara yang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2017 – 02 Juni 2017.
A.    Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian, penulis mendapatkan data dari klien, dan keluarga klien, catatan medic, perawat ruangan dengan melakukan wawancara dan observasi. Pengkajian dilakukan pada tanggal 31 Mei 2017 pada Ny. D  dengan diagnose medis “ Asma Bronchial “di Ruang IGD Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso Jakarta Utara.

Klien bernama Ny. D berusia dua puluh tahun (20 tahun), jenis kelamin perempuan, belum menikah, BB 55 Kg, masuk IGD RSPI Sulianti Saroro pada tanggal 31 Mei 2017 pukul 09.00 WIB di ruang IGD . No Rekam Medis klien 36-48-98 dengan diagnosa medis klien adalah “ Asma Bronchial “ pendidikan tamat SMK, perkerjaan pelajar, pasien beragama islam, suku bangsa Indonesia, alamat rumah Jl. Tipar Cakung No. 5 RT. 007 RW. 006 kelurahan semper, sumber biaya BPJS non PBI.

B.     Resume Kasus    :
Ny. D 20 tahun masuk ke IGD RSPI Sulianti Saroso melalui pintu IGD pada tanggal 31 Mei 2017 dan klien di diagnose oleh dokter dengan diagnose medis “ Asma Bronchial “ klien mengatakan sesak + 2 hari dan mempunyai riwayat asma sudah 2 tahun, klien mengatakan tidak bisa bernafas, klien mengatakan tidak nyaman saat bernafas, lelah saat bernafas, klien mengatakan lemas, klien mengatakan berkeringat lebih banyak, klien mengatakan perlu dibantu saat aktivitas, kemudian setelah pemeriksaan fisik di dapatkan hasil kesadaran compos mentis, GCS 15, klien tampak pucat, klien tampak lesu, turgor kulit tidak elastis, mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa pucat, klien tampak lemas, RR klien 34 x/menit, klien menggunakan otot bantu pernafasan, bunyi nafas klien wheezing.
TTV klien            : Tekanan Darah : 119/80 mmHg                    Suhu    : 36 oC
                                Nadi                    : 100 x/ menit                   RR       : 34 x/ menit

Dari data tersebut, makaditemukan masalah keperawatan : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi dan implementasi keperawatan kaji TTV klien, monitor RR klien, monitor bunyi nafas klien, atur posisi klien senyaman mungkin, dan kolaborasi dengan dokter dalam pembeian obat inhalasi ventolin + filxotide, sanbutamol 2 mg 3x1, metilprenisolon 3x1, dan ambroxol.

RIWAYAT KEPERAWATAN
1.      Riwayat kesehatan sekarang adalah sesak mempunyai riwayat asma, factor pencetus lingkungan, kejadian bertahap, upaya mengarasi minum obat dari dokter

2.      Riwayat kesehatan masa lalu yang di dapatkan berdasarkan wawancara dengan klien yaitu klien tidak memiliki riwayat kecelakaan, tidak ada riwayat alergi obat atau pun makanan          

3.      Pengkajian Primer
a.       Airway
Bersih, tidak ada sumbatan, tidak ada sputum, tidak ada edema, tidak ada spasme, tidak ada darah, pangkal lidah tidak jatuh, tidak ada benda asing, dan tidak ada batuk. Tidak ada masalah keperawatan . evaluasi tidak ada masalah dalam pengkajian airway.
b.      Breathing
RR klien 34 x / menit irama nafas irregular, pola nafas dispnu, suara nafas wheezing, pernafasan dada/perut. Masalah keperawatan resiko gangguan pola nafas. Implementasi mengatur posisi semi fowler, monitor frekuensi, irama, dan kedalaman nafas, monitor retraksi dan pengembangan paru, kolaborasi O2 : 3 liter/ menit memakai inhalasi. Evaluasi masalah sedang diatasi dalam pengkajian breathing.
c.       Circulation
Nadi teraba , frekuensi 100  x/ menit, irama nadi teratur, tekanan darah 119/80 mmHg, suhu 36oC , luka bakar tidak ada ral hangat, klien pucat, klien tidak ada sianosis, tidak ada pendarahan, kulit/ mukosa lembab, mata normal, fontanel datar, tidak ada lika bakar. Tidak ada masalah keperawatan, tidak ada implementasi. Evaluasi tidak ada masalah dalam pengkajian circulation.
d.      Disability
Kesadaran compos mentis, GCS 15 ( E=4, C=6, S=5), pupil isokor, tidak ada muntah proyektil, tidak ada riwayat kejang, fungsi bicara normal, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5, ekstremitas bawah 5/5, sensibilitas normal, tidak ada gangguan menelan.
e.       Eksprosure
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik klien tidak didapatkan cedera dibagan seluruh tubuhnya.

4.      Pengkajian Sekunder  
a.       Sistem pencernaan
Berat badan : 55 kg, tiggi badan 160 cm, lingkar lengan atas 18 cm, lingkar perut 40 cm, reflek mengisap normal, tidak kesulitan menelan, nafsu makan baik, tidak mual, tidak muntah, jenis makanan padat, abdomen datar, bising usus 9 X/menit, tidak hepatomegaly, tidak splenomegaly, tidak ada masalah kepearawat, tidak ada implementasi,  evaluasinya tidak ada masalah.
b.      Kebutuhan aktivitas dan istirahat
Jumlah tidur : malam 8 jam, siang 3 jam, kebiasaan sebelim tidur berdoa, gangguan dalam tidur sesak, pergerakan bebas, kekuatan sendi normal, tidak ada kelemahan, kekuatan otot kuat, integritas kulit normal, tidak ada masalah keperawata, tidak ada implementasi, evaluasinya tidak ada masalah.
c.       Pengkajian
1.      Kepala
Bagian kepala simetris, tidak ada ketombe, kepala bersih, tidak ada rambut rontok, tidak ada benjolan atau massa
2.      Leher
Bagian leher simetris, tidak ada kelenjar getah bening, tidak ada benjolan, tidak ada edema, tidak ada nyeri/ kelainan
3.      Thorak
Bagian thorak tidak ada benjolan, tidak ada massa, thorak simetris.
4.      Abdomen
Bagian abdomen lembek, tidak kembung, tidak ada benjolan/ massa, bising usus 9 x/ menit, tidak ada nyeri tekan bagian abdomen dan abdomen simetris.
5.      Ekstremitas
Bagian ekstremitas normal, tidak ada kelainan, tidak ada kelainan pada sendi atau kekuatan otot ekstremitas atas 5/5 kekuatan otot bawah 5/5
6.      Integument
Turgor kulit elastis, temperature kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada rada kulit daerah pemasangan infus

d.      Pemeriksaan penunjang
1.      Radiologi
Tidak ada pemeriksaan
2.      Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan
3.      Pemeriksaan lain
Tidak ada pemeriksaan
4.      Terapi medis
Inhalasi ventolin + filxotide, sanbutamol 2 mg 3x1, metilprenisolon 3x1, dan ambroxol.
C.    DATA FOKUS
     Data Subjektif :
  klien mengatakan sesak + 2 hari dan mempunyai riwayat asma sudah 2 tahun, klien mengatakan tidak bisa bernafas, klien mengatakan tidak nyaman saat bernafas, lelah saat bernafas, klien mengatakan lemas, klien mengatakan berkeringat lebih banyak, klien mengatakan perlu dibantu saat aktivitas.
  Data Objektif :
klien tampak pucat, klien tampak lesu, turgor kulit tidak elastis, mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa pucat, klien tampak lemas, RR klien 34 x/menit, klien menggunakan otot bantu pernafasan, bunyi nafas klien wheezing.
     TTV klien        : Tekanan Darah : 119/80 mmHg                    Suhu    : 36 oC
                                Nadi                    : 100 x/ menit                   RR       : 34 x/ menit

Analisa Data
Nama klien      : Ny. D
Umur               : 20 tahun
Dx medis         : Asma Bronchial
Ruang/kamar   : IGD RSPI Sulianti Saroso
No. Dx
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
1
Data Subjektif
1.      klien mengatakan sesak + 2 hari dan mempunyai riwayat asma sudah 2 tahun
2.       klien mengatakan tidak bisa bernafas
3.      klien mengatakan tidak nyaman saat bernafas, lelah saat bernafas
4.       klien mengatakan lemas
5.       klien mengatakan berkeringat lebih banyak
6.      klien mengatakan perlu dibantu saat aktivitas.
Data Objektif
1.      klien tampak pucat
2.      klien tampak lesu
3.       turgor kulit tidak elastis
4.      mata cekung
5.      konjungtiva anemis
6.      membrane mukosa pucat
7.      klien tampak lemas, RR klien 34 x/menit
8.      klien menggunakan otot bantu pernafasan
9.      bunyi nafas klien wheezing.
10.  TTV klien        : Tekanan Darah : 119/80 mmHg                       
Suhu    : 36 oC
 Nadi  : 100 x/ menit
RR       : 34 x/ menit
Pola napas tidak efektif
Penyempitan bronkus

D.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus.

E.     PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Diagnosa keperawatan:
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus.
      Data subjektif :
  klien mengatakan sesak + 2 hari dan mempunyai riwayat asma sudah 2 tahun, klien mengatakan tidak bisa bernafas, klien mengatakan tidak nyaman saat bernafas, lelah saat bernafas, klien mengatakan lemas, klien mengatakan berkeringat lebih banyak, klien mengatakan perlu dibantu saat aktivitas.
      Data objektif:
klien tampak pucat, klien tampak lesu, turgor kulit tidak elastis, mata cekung, konjungtiva anemis, membrane mukosa pucat, klien tampak lemas, RR klien 34 x/menit, klien menggunakan otot bantu pernafasan, bunyi nafas klien wheezing.
     TTV klien        : Tekanan Darah : 119/80 mmHg                    Suhu    : 36 oC
                                Nadi                    : 100 x/ menit                   RR       : 34 x/ menit

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien mampu :
1.      Respiratory status : Ventilation
2.      Respiratory status : Airway patency
3.      Vital sign Status
Dengan Kriteria Hasil :
a.       Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b.      Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c.       Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi :
No. Dx
Intervensi
Rasional
1.       
1.      Airway Management
a.       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
b.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c.       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
d.      Pasang mayo bila perlu
e.       Lakukan fisioterapi dada jika perlu
f.       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
g.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
h.      Lakukan suction pada mayo
i.        Berikan bronkodilator bila perlu
j.        Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
k.      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
l.        Monitor respirasi dan status O2

2.      Terapi Oksigen
a.       Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
b.      Pertahankan jalan nafas yang paten
c.       Atur peralatan oksigenasi
d.      Monitor aliran oksigen
e.       Pertahankan posisi pasien
f.       Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
g.      Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
3.      Vital sign Monitoring
a.       Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b.      Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c.       Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d.      Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e.       Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
f.       Monitor kualitas dari nadi
g.      Monitor frekuensi dan irama pernapasan
h.      Monitor suara paru
i.        Monitor pola pernapasan abnormal
j.        Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k.      Monitor sianosis perifer
l.        Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

1.      Airway management
a.       Mempermudah jalan napas
b.      Untuk mempermudah jalan napas
c.       Memberikan kemaksimalan jalanya napas
d.      Untuk tidak adanya panghambat pada jalan napas
e.       Untuk mengetahui adanya komplikasi paru-paru
f.       Untuk memaksimalkan jalan napas
g.      Untuk mengetahui adanya suara napas tambahan
h.      Untuk mengurangi cairan pada rongga mulut
i.        Untuk mencairkan cairan pada rongga mulut
j.        Untuk mempermudah jalan napas
k.      Untuk mengetahui intake cairan
l.        Untuk mengetahui keadan normal saat respirasi dan mengetahui kadar O2 
2.      Terapi oksigen
a.       Untuk mengurangi secret pada mulut dan hidung
b.      Untuk mempertahankan keadaan normal
c.       Untuk mempermudah tindakan yang dilakukan
d.      Untuk mengetahui oksigen
e.       Untuk memberikan kenyamanan pada klien
f.       Untuk mengetahui adanya tanda-tanda hipoventilasi
g.      Untuk mengetahui adanya kecemasan dikarnakan kadar oksigen yang dibutukan kurang
3.      Vital sign monitoring
a.       Untuk mengetahui keadaan normal TD, nadi, suhu dan RR
b.      Untuk mengetahui perkembangan fluktuasi  tekanan darah
c.       Untuk mengetahui keadaan normal saat VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d.      Untuk mengetahui adanya peningkatan oksigen dalam darah
e.       Untuk mengetahui keadaan  umum dan perkembangan saat aktivitas
f.       Untuk mengetahui kualitas nadi
g.      Untuk mengetahui frekuensi dan irama pernapasan
h.      Untuk mengetahui adanya suara napas tambahan
i.        Untuk mengetahui pola napas yang tidak abnormal
j.        Untuk mengetahui keadaan normal suhu, warna dan kelembaban kulit
k.      Untuk mengetahui adanya kekurangan oksigen bisa dilihat pada jaringan perifer yang berwarna biru
l.        Untuk mengetahui adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)





Implementasi / Pelaksanaan Keperawatan
Nama klien                  : Ny. D
Umur                           :20 tahun
Dx medis                     : Asma Bronchial
Ruangan/kamar           : IGD/ RSPI Sulianti Saroso

No. Dx
Hari, tanggal dan jam
Tindakan Intervensi
Nama Paraf
1.       
Senin, 31 Mei 2017
Pukul 09.00 WIB
1.      Airway Management
a.       Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
R/ : mempermudah jalan napas
b.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
R/ : untuk mempermudah jalan napas
c.       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
R/ : Memberikan kemaksimalan jalanya napas
d.      Pasang mayo bila perlu
R/ : Untuk tidak adanya panghambat pada jalan napas
e.       Lakukan fisioterapi dada jika perlu
R/ : Untuk mengetahui adanya komplikasi paru-paru
f.       Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
R/ : Untuk memaksimalkan jalan napas
g.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
R/ : Untuk mengetahui adanya suara napas tambahan
h.      Lakukan suction pada mayo
R/ : Untuk mengurangi cairan pada rongga mulut
i.        Berikan bronkodilator bila perlu
R/ : Untuk mencairkan cairan pada rongga mulut
j.        Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
R/ : Untuk mempermudah jalan napas
k.      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
R/ : Untuk mengetahui intake cairan
l.        Monitor respirasi dan status O2
R/ : Untuk mengetahui keadan normal saat respirasi dan mengetahui kadar O2 

2.      Terapi Oksigen
a.       Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
R/ : Untuk mengurangi secret pada mulut dan hidung
b.      Pertahankan jalan nafas yang paten
R/ : Untuk mempertahankan keadaan normal
c.       Atur peralatan oksigenasi
R/ : Untuk mempermudah tindakan yang dilakukan
d.      Monitor aliran oksigen
R/ : Untuk mengetahui oksigen
e.       Pertahankan posisi pasien
R/ : Untuk memberikan kenyamanan pada klien
f.       Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
R/ : Untuk mengetahui adanya tanda-tanda hipoventilasi
g.      Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
R/ : Untuk mengetahui adanya kecemasan dikarnakan kadar oksigen yang dibutukan kurang
3.      Vital sign Monitoring
a.       Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
R/ : Untuk mengetahui keadaan normal TD, nadi, suhu dan RR
b.      Catat adanya fluktuasi tekanan darah
R/ : Untuk mengetahui perkembangan fluktuasi  tekanan darah
c.       Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
R/ : Untuk mengetahui keadaan normal saat VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d.      Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
R/ : Untuk mengetahui adanya peningkatan oksigen dalam darah
e.       Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
R/ : Untuk mengetahui keadaan  umum dan perkembangan saat aktivitas
f.       Monitor kualitas dari nadi
R/ : Untuk mengetahui kualitas nadi
g.      Monitor frekuensi dan irama pernapasan
R/ : Untuk mengetahui frekuensi dan irama pernapasan
h.      Monitor suara paru
R/ : Untuk mengetahui adanya suara napas tambahan
i.        Monitor pola pernapasan abnormal
R/ : Untuk mengetahui pola napas yang tidak abnormal
j.        Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
R/ : Untuk mengetahui keadaan normal suhu, warna dan kelembaban kulit
k.      Monitor sianosis perifer
R/ : Untuk mengetahui adanya kekurangan oksigen bisa dilihat pada jaringan perifer yang berwarna biru
l.        Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
R/ : Untuk mengetahui adanya kekurangan oksigen bisa dilihat pada jaringan perifer yang berwarna biru


Evaluasi Keperawatan
Nama klien                  : Ny. D
Umur                           :20 tahun
Dx medis                     : Asma Bronchial
Ruangan/kamar           : IGD/ RSPI Sulianti Saroso
No. Dx
Hari, tanggal dan jam
Evaluasi
Nama paraf
1.       
Senin, 31 Mei 2017
Pukul 12.00 WIB
S :
1.      Klien mengatakan sesak sudah berkurang
2.      Klien mengatakan sudah tenang
O :
1.      Klien tampak tenang
2.      RR klien 24 x/ menit
A :
      Tujuan sudah tercapai masalah teratasi        sebagian
P :
      Lanjutkan intervensi



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan,jadi  asma merupakan radang kronik saluran pernafasan, jalan nafas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul dalam berbagai usia.
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma menurut (Smeltzer & Bare, 2002) adalah Faktor ekstrinsik (alergik) dan Faktor intrinsik(non-alergik)
Komplikasi yang sering terjadi biasanya Mengancam gangguan pada keseimbangan asam basa  dan gagal nafas, Chronic persisten bronchitis, Bronchitis, Pneumonia dan Emphysema
Pengobatan asma dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1.      Pengobatan non farmakologik biasanya dilakukan Penyuluhan, Menghindari faktor pencetus penyakit asma dan Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus
2.      Pengobatan farmakologik biasanya dilakukan pengobatan Agonis beta adalah termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ), pengobatan Metil pengobatan Kortikosteroid, pengobatan Kromolin, pengobatan Ketotifen, pengobatan Iprutropioum bromide (Atroven) dan yang terkhir pengobatan Atroven yaitu antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.


Implementasi yang biasa diberikan adalah Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan limfoma maligna dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
Evaluasi dilakukan pelaksanaan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah :
1.      Bunyi nafas menjadi vesikuler ( normal )
2.      RR klien 20 x / menit
3.      Airway, breathing, circulation, disability teratasi

B.     Saran
1.      Hendaknya kita selaku mahasiswa keperawatan dapat memahami dengan baik dan benar mengenai konsep Asma Bronchial agar lebih memudahkan kita untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai calon tenaga kesehatan.
2.      Hendaknya kita dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronchial  agar dapat memudahkan kita dalam membuat asuhan keperawatan pada praktik lapangan nantinya.







DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Carpenoto, L. J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma). 2006. Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In Chilidren. Jakarta : EGC.
Saheb. A. 2011. Penyakit Asma. Bandung : CV Medika.
Santosa, Budi. 1007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta : Prima Medika.
Sundaru H. 2006. Apa yang Diketahui Tentang Asma. Jakarta : Departermen Ilmi Penyakit Dalam.









  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar