Mengenai Saya

Foto saya
Nama saya Endah Susiawaty, tempat tanggal lahir 01 juli 1997 saya mahasiswi Akademi Keperawatan Harum Jakarta Utara

About

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PERAWATAN JENAZAH DAN TEKNIK KOMUNIKASI KELUARGA PADA PASIEN TERMINAL

PERAWATAN JENAZAH DAN TEKNIK KOMUNIKASI KELUARGA PADA PASIEN TERMINAL
PAPER KEPERAWATAN TERMINAL





DISUSUN :
1.      Endah Susiawaty             ( 15014 )
2.      Fira Santiya                     ( 15016 )
3.      Jenny Apriyani                ( 15020 )
4.      Lisnawati                         ( 15025 )
5.      Mike Fitriani                    ( 15028 )
6.      Nurhalimah                     ( 15034 )




AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
2017



A.    Definisi  Kematian
Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan mengalaminya. Secara umum, setiap manusia  berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan akhirnya mati.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.
B.     Jenis-Jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu kehilangan seseorang yang dicintai/berarti, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan obyek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal.
1.    kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stres dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Begitu kehilangan terjadi karena perceraian,pengasingan, kematian dan penyebab lain dari penolakan secara emosional ataupun terpisah karena jarak. Sebagian kehilangan dapat juga terjadi ketika seseorang yang dicintai dalam kondisi sakit kronis yang dalam keadaan kritis, khususnya ketika sakit tersebut berdampak pada beberapa “atribut” spesial dari seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan/jalinan yang ada, kematian pasangan (suami/istri) atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa/tidak bisa ditutupi.
2.    Kehilangan obyek eksternal
Bentuk lain yang sangat erat kaitannya dengan kehilangan adalah kehilangan objek, atau kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang, perabotan rumah, pekerjaan, tanah air. Tipe-tipe kehilangan ini berdampak pada kerusakan yang sama untuk mengatasi meningkatnya status equilibrium.
3.      Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahkan dari lingkungan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah ke kota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru, pekerjaan baru dan proses penyesuaian baru.
Baru juga bisa dikarena terpisah dari keadaan/sesuatu yang begitu dikenal/ dekat misalnya bisa terjadi karena proses maturasi atau pemisahan situasi dan karena perlukan atau sakit
4.      Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang di pikiran dan respon pada kegiatan dan orang di sekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Tetpai bisa juga rasa nyeri dan hilangnya kontrol. Meskipun kebanyakan orang ketakutan dan khawatir tentang kematian, tetapi tidak selalu demikian bagi sebagian orang.
Sebagian orang berespon berbeda terhadap kematian. Pada orang yang hidup sendirian dan sudah menderita penyakit terminal sekian lama, kematian mungkin merupakan suatu pembebasan dari penderitaan/kondisi. Beberapa ada yang merasakan kematian sebagai jalan memasuki kehidupan lain setelah meninggal untuk ber-reuni dengan seseorang yang dicintai di surga.
C.    Perawatan jenazah
Perawatan jenazah adalah  suatu tindakan medis melakukan pemberian bahan kimia tertentu pada jenazah untuk menghambat pembusukan serta menjaga penampilan luar jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup.
Perawatan jenazah dapat dilakukan langsung pada kematian wajar, akan tetapi kematian pada tidak wajar pengawetan jenasah baru boleh dilakukan setelah pemeriksaan jenasah atau otopsi dilakukan.

Perawatan jenasah dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh diluar kota/diluar negri.
Pada kematian yang terjadi jauh dari tempat asalnya terkadang perlu dilakukan pengangkutan atau perpindahan jenasah dari suatu tempat ketempat lainnya. Pada keadaan ini, diperlukan pengawetan jenasah untuk mencegah pembusukan dan penyebaran kuman dari jenasah kelingkungannya.

Jenasah yang meninggal akibat penyakit menular akan cepat membusuk dan potensial menular petugas kamar jenasah. Keluarga serta orang-orang disekitarnya. Pada kasusu semacam ini, kalau pun penguburan atau kremasinya akan segera dilakukan tetap dilakukan perawatan jenasah untuk mencegah penularan kuman atau bibit penyakit disekitarnya.

Perawatan jenasah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan unifersal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya.  Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasihati keluarga dan mengambil tindakan yangs sesuai agar penanganan jenasah tidak menambah resiko penularan penyakit seperti halnya hepatits/B, AIDS, Kolera dan sebagainya. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenasah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti misalnya mencium jenasah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi HIV meninggal, firus pun akan mati.

D.    Tujuan Perawatan Jenazah
Adapun tujuan dari perawatan jenazah yaitu :
1.    Untuk mencegah terjadinya pembusukan pada jenasah
2.    Dengan menyuntikan zat-zat tertentu untuk membunuh kuman seperti pemberian intjeksi formalin murni, agar tidak meningalkan luka dan membuat tubuh menjadi kaku. Dalam injeksi formalin dapat dimasukan kemulut hidung dan pantat jenasah.

E.     Tindakan Diluar kamar jenazah
Adapun tindakan yang dilakukan diluar kamar jenasah yaitu :
1.    Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
2.    Memakai pelindung wajah dan jubah
3.    Luruskan tubuh jenasah dan letakan dalam posisi terllentang dengan tangan disisi atau terlipat didada.
4.    Tutup kelopak mata atau ditutup dengan kapas atau kasa, begitu pula multu dan telinga.
5.    Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya.
6.    Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air.
7.    Lepaskan semua alat kesehatan dan letakan alat bekas tersebut dalam wadah yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan unifersal.


8.    Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air.
9.    Bersihkan tubuh jenasah tutup dengan kain bersih untuk disaksikan oleh keluarga
10.  Beritahu petugas kamar jenasah bahwa jenasah adalah penderita penyakit menular
11.  Cuci tangan setelah melepas rarung tangan.

F.     Tindakan dikamar jenazah
Adapun tidakan dikamar jenazah yaitu :
1.    Lakukan prosedur baku kewas padaan unifersal yaitu cuci tangan sebelum mamakai sarung tangan.
2.    Petugas memakai alat pelindung :
a)    Sarung tangan karet yang panjang (sampai kesiku).
b)   Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut
c)    Pelindung wajah (masker dan kaca mata)
d)   Jubah atau celemek sebaiknya yang kedap air.
3.    Jenasah dimadikan oleh petugas kamar jenasah yang telah memahami cara membersihkan atau memandikan jenasah penderita penyakit menular
4.    Bungkus jenasah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut.
5.    Cuci tangan dengan sabun sebelum memakai sarung tangan dan sesudah melepas sarung tangan
6.    Jenasah yang telah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
7.    Jenasah tidak boleh dibalsem atau disuntik atau pengawetan kecauli oleh petugas khusus yang telah mahir dalam hal tersebut.
8.    Jenasah tidak boleh diotopsi, dalam hal tertentu, otosi dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit dan dilaksanakanoleh petugas rumah sakait yang telah mahir dalam hal tersebut.
G.    Hal-hal yang diperhatikan dalam proses keperawatan
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses keperawatan yaitu :
1.    Segera mencuci kulit dan permukaan lain dengan air mengalir bila tekenah darah atau cairan tubuh lain.
2.    Dilarang memanipulasi alat suntik atau menyarungkan jarum suntik ke tutupnya. Buang semua alat atau bendah tajam dalam wadahyang tahan tusukan
3.    Semua permukaan yang terkena percikan atau tumpuahan darah atau cairan tubuh lainnya segera dibersihkan dengancairan klorin 0,5 %
4.    Semua peralatan yang akan digunakan kembali harus diproses dengan urutan : dekontaminasi, pembersihan, desinfeksi, atau sterilisai
5.    Sampah dan bahan terkontaminasi lainnya ditempatkan dalam kantong plastic
6.    Pembuangan sampah dan bahan yang tercemar sesua pengolah sampah medis.\

H.    Perawatan pasien yang telah meninggal / perawatan jenazah
1.      Tujuan :
a.       Memberi perasaan tenang, tentram dan damai kepada pasien
b.      Memberikan perasaan puas atau usaha-usaha perawat yang telah diberikan kepada pasien maupun keluarganya dalam menghadapi tersebut.
2.      Melakukan perawatan jenazah
a.       Persiapan alat :
1)      Bengkok
2)      Kapas kering
3)      Kapas alkohol
4)      Kain kasa untuk pengikat
5)      Sarung tangan
6)      Gunting
7)      Formulir jenazah
8)      Kain panjang/penutup jenazah
b.      Cara pelaksanaan
1)      Cuci tangan
2)      Gunakan sarung tangan
3)      Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis
4)      Singkirkan pakaian atau kain pembungkus jenazah
5)      Lepaskan semua alat kesehatan
6)      Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
7)      Tempatkan kedua tangan jenazah diatas abdomen dan ikat pergelangannya (bergantung dari kepercayaan atau agama).
8)      Tempatkan satu bantal di bawah kepala
9)      Tutup kelopak mata. jika tidak ada tutup dengan kain tipis
10)  Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikan dan letakkan gulungan handuk ke bawah dagu
11)  Letakkan alat di bawah glutea
12)  Tutup sampai batas bahu, kepala ditutup dengan kain tipis
13)  Catat semua milik pasien dan berikan kepada keluarga
14)  Beri kartu atau tanda pengenal
15)  Bungkus jenazah dengan kain panjang
16)  Cuci tangan
17)  Catat dan isi formulir jenazah

I.       Teknik Komunikasi pada Keluarga Pasien Terminal / Menjelang Ajal
Seseorang dengan penyakit kronis atau dengan penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan kronis merupakan komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus memiliki pengethauan tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang proses berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi perewat menggunakan konsep komunikasi terapeutik.
Saat berkomunikasi dengan klien dengan kondisi seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari klien. Dalam menghadapi kondisi tersebut, perawat menggunakan komunikasi terapetik. Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan klien dan keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi intervensi pelayanan paliatif ( Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan Perry 2010).
Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur, tunjukkan rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, serta amati respon verbal an nonverbal klien dan keluarga. Saat berkomunikasi mungkin saja klien akan menghindari topic pembicaraan, diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut adalah respon umum yang mungkin terjadi. Respon berduka yang normal seperti kesedihan, mati rasa, penyangkalan, marah, membuat komunikasi menjadi sulit. Jika klien memilih untuk tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini, perawat harus mengizinkan dan katakana bahwa klien bisa kapan saja mengungkapkannya. 
Beberapa klien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan pribadi atau budaya, dan klien lain ragu – ragu untuk mengungkapkan emosi mereka karena orang lain akan meninggalkan mereka  (Buckley dan Herth, 2004 dikutip dari potter dan perry 2010).
Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan membuat hubungan terapeutik dengan klien berkembang. Terkadang klien perlu mengatasi berduka mereka sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang lain.  Ketika klien ingin membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang tepat.







DAFTAR PUSTAKA


Hidayat, A, Aziz Alimul. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik : Dasar-dasar Praktik keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Tarwoto, Wartonah. 2011. Kenutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Tim Penulis Poletekes Depkes Jakarta III. 2009. Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia I berbasis Komputerisasi. Jakarta : Salemba Medika.

Tutu April A. Suseno, SKp. 2005. Buku Ajar Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: CV. Sagung Seto

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar