ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An. R DIRUANG AL-FARIZI KAMAR NO 6 BED 4
RS ISLAM SUKAPURA
DENGAN BRONKOPNEUMONIA
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
Disusun
Oleh :
Endah Susiawaty (15014)
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan
puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyusun makalah Keperawatan
Anak yang berjudul Asuhan Keperawatan pada pasien anak dengan gangguan Bronkopneumonia.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat:
1. Ibu
Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
2. Ibu
Ns. Ari Susiani, M.Kep
selaku wali kelas tingkat II
3. Ibu Ns. Wiwik Sofiah, APP,. M.Kep selaku coordinator
mata ajar keperawatan anak
4. Rekan-rekan
semua angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
5. Secara
khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik
selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari
bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif
demi perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu Keperawatan Anak
Akhir kata, kami
mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 08 Agustus
2017
Endah
Susiawaty
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .....................................................................................................
i
DAFTAR
ISI .....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .....................................................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
a. Tujuan umum
2
b. Tujuan khusus....................................................................................................
2
C.
Ruang Lingkup .....................................................................................................
3
D.
Metode Penulisan....................................................................................................
3
E. Sistematika Penulisan..............................................................................................
3
BAB II TINJAUAN TEORITI
A. Pengertian ..................................................................................................... 4
B. Etiologi .....................................................................................................
4
C. Patofisiologi (Proses Penyakit, Manisfestasi Klinik, Komplikasi)........................... 5
D. Penatalaksanaan Medis............................................................................................
8
E. Konsep Tumbuh Kembang......................................................................................
9
F. Konsep Hospitalisasi............................................................................................... 17
G. Pengkajian keperawatan.......................................................................................... 17
H. Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 20
I. Perencanaan Keperawatan....................................................................................... 21
J. Pelaksanaan Keperawatan....................................................................................... 27
K. Evaluasi Keperawatan............................................................................................. 28
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
........................................................................................ 29
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 38
C. Perencanaan Keperawatan....................................................................................... 39
D. Pelaksanaan Keperawatan....................................................................................... 39
E. Evaluasi Keperawatan............................................................................................. 39
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
........................................................................................ 53
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................ 54
C. Perencanaan Keperawatan....................................................................................... 55
D. Pelaksanaan Keperawatan....................................................................................... 56
E.
Evaluasi Keperawatan............................................................................................. 56
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan ..................................................................................................... 58
B.
Saran ..................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penyakit infeksi masih menjadi
penyebab utama kesakitan dan kematian, khususnya pada anak-anak. Insidensi
penyakit infeksi meningkat pada usia 1-5 tahun. Di Indonesia sendiri
berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional tahun 2005, 28% kematian anak
masih disebabkan oleh infeksi yakni infeksi saluran pernafasan yang bersifat
akut. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui penegakan
diagnosis dan penatalaksanaan bronkopneumonia.Kasus.An. R didiagnosa Bronkopneumonia berdasarkan anamnesis adanya sesak, pemeriksaan fisik adanya sianosis, nafas cuping
hidung dan retraksi dinding dada dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan. Penatalaksanan non medikamentosa berupa pemberian air susu ibu
melalui nasogastrik tube dan suction. Penatalaksanaan medikamentosa berupa
antibiotik ampicilin dan gentamisin (intravena), paracetamol syrup, aminophilin
drip dan dilakukan nebulisasi dengan ventolin per 12 jam.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) sejak 1986 sampai era 2000 an hampir 80 sampai 90 persen kematian
balita akibat serangan ISPA dan pnemonia.
Angka kejadian tertinggi ditemukan
pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang dengan meningkatnya umur. Pneumonia
lobaris hampir selalu disebabkan oleh Pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa
dan anak besar, sedangkan Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil
dan bayi.
Pneumonia merupakan penyakit yang
sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% penduduk amerika.
Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap sebagai
penyebab terbanyak dari kematian di Amerika. Pnemonia adalah proses infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak
seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut
bronchopneumonia).
Bronkopneumonia adalah peradangan
paru, biasanya dimulai di bronkioli terminalis. Bronkopneumonia adalah nama
yang diberikan untuk sebuah inflamasi paru-paru yang biasanya dimulai di
bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat
mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.
Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas
atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem
pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul
sebagai infeksi primer.
Peran
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga kebersihan baik fisik
maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi, dan kebersihan lain-lain.
Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup bersih dan sehat, upaya
kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang sesuai indikasi yang dianjurakan
oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam
B.
Tujuan
Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas keperawatan
anak dan Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu
memahami intervensi keperawatan anak dengan Bronkopneumonia
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu penulis mampu :
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu penulis mampu :
1. Menggambarkan
proses pengkajian dengan bronkopneumonia
2. Menggambarkan
proses penentuan diagnose keperawatan yang muncul pada An. R dengan
bronkopneumonia
3. Menggambarkan
proses penyusunan intervensi keperawatan yang tepat untuk An. R dengan
bronkopneumonia
4. Menggambarkan
proses implementasi keperawatan pada An. R dengan bronkopneumonia
5. Menggambarkan
proses evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada An. R dengan bronkopneumonia
6. Menggambarkan
proses pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan pada An. R dengan
bronkopneumonia
C. Ruang Lingkup
Dalam
penulisan makalah Ilmiah ini penulis memberikan batasan pembahasan hanya pada
asuhan keperawatan pada klien An. R dengan bronkopneumonia di ruang al-farizi
Rs islam sukapura Jakarta utara, yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut,
mulai dari hari Rabu, 10 Mei 2017 sampai dengan hari Minggu, 13 Mei 2017.
D. Metode Penulisan
Metode
dalam penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan metode studi
kasus kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah
studi kasus dimana peserta didik mengolah 1 (satu) kasus dengan menggunakan
proses keperawatan.
E. Sistematika Penulisan
Adapun
sistematka dari penulisan makalah ini terdiri dari 5 bab yaitu:
BAB
I : pendahuluan, yang meliputi latar
belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan. Dan sistematika
penulisan
BAB
II : tinjauan teori yang
meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi (proses penyakit, manisfestasi
klinis, komplikasi), penatalaksanaan medis, konsep tumbuh kembang, konsep
hospitalisasi, pengkajian keperawatan (termasuk pemeriksaan diagnostic),
diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan,
evaluasi keperawatan.
BAB
III : tinjauan kasus terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
BAB
IV : pembahasan terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB
V : penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Bronkopneumonia
adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau
dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara
penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus. (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berbeda didekatnya, disebutjuga pneumonia lobularis. (Wong, DL, 2004).
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk sering dan produktif. (Hidayat. A.A, 2008)
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berbeda didekatnya, disebutjuga pneumonia lobularis. (Wong, DL, 2004).
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk sering dan produktif. (Hidayat. A.A, 2008)
B.
Etiologi
Secara umum individu yang terserang
bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri
atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan
oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
antara lain:
a. Bakteri : Streptococcus,
Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus :
Legionella pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus
spesies, Candida albicans
d. Aspirasi
makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
e. Terjadi karena kongesti paru
yang lama.
Sebab lain dari
pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang
daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis crani, Mycoplasma. Alimun,A.H.A. ( 2003 )
Menurut Whaley’s
dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa Streptococus, staphylococcus atau
basil ektrik sebagai agen penyebab di bawah umur 3 bulan. Selain itu
juga dapat disebabkan oleh bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus,
Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander
(Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis. Virus : Respiratory syntical
virus, virus influenza, virus sitomegalik.Jamur : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis,
Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda
asing.
C.
Patofisiologi
1. Proses
perjalanan penyakit
Kuman
masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan dari atas untuk
mencapai bronkiolus dan kemudian alveolus sekitarnya.
Kelainan yang tibul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-paru, lebih banyak pada bagain basal. Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat di dalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain). Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita mengalami sesak nafas. Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan refleks batuk.
Kelainan yang tibul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-paru, lebih banyak pada bagain basal. Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat di dalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain). Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita mengalami sesak nafas. Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan refleks batuk.
Pathway bronchopnemonia
Bakteri
stofilokokus aureus
Bakteri
haemofilus influezae
·
Penderita
sakit berat yang dirawat di RS
·
Penderita yang
mengalami supresi
Sistem pertahanan tubuh
·
Kontaminasi peralatan
Saluran pernafasan atas
Kuman berlebih di bronkus kuman terbawa disaluran infeksi saluran
pencernaan
pernafasan bawah
proses
peradangan
2. Manisfestasi
klinik
Bronkopneumonia
biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang
disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Kadang - kadang disertai muntah dan
diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah
beberapa hari mula – mula kering dan kemudian menjadi produktif. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah auskultasi yang terkena. Pada
perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumomonia
manjadi satu mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada
auskultasi terdengar mengeras.
3. Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin juga komplikasi
lain yang dekat seperti etelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti
meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat.
(Ngastiyah, 2005).
D.
Penatalaksanaan
medis
1. Terapi
a. Pemberian obat antibiotik penisilin
50.000 U/Kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/Kg BB/hari atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan
ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasui bertujuan
untuk menghilang penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga
untuk menghindari resistensi antibiotik.
b. Koreksi gangguan asam basa dengan
pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukusa 5
% dan Nacl 0,9 % dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500ml/botol
infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh
kedalam asidosis metabilisme akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.
d. Pemberian makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak
nafas.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat
diberiakan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transport mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin.
Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar
lumen bronkus.
2. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan
a. Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukoponenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
a. Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukoponenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
3. Pemeriksaan radiologis memberi gambaran bervariasi :
1) Bercak konsolidasi merata pada bronkopnemonia
1) Bercak konsolidasi merata pada bronkopnemonia
2) Bercak komsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.
3) Gambaran bronkopneumonia difus atau
infiltrat pada pneumonia stafilokok.
4) Pemeriksaan cairan pleura
5) Pemeriksaan mikrobiologi
E.
Konsep
tumbuh kembang
a.
Berat
Badan
Pada masa
pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjdai dua yaitu usia 0-6 bulan dan usia
0-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan berat badan akan mengalami penambahan setiap
seminggu sekita 140 -200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat
badan lahir pada akhir bulan ke 6. Sedang kan pada usia 6-12 bulan terjadi
penambahan setiap seminggu sekitar 40 gram dan pada akhir bulan ke 12 akan
menjadi penambahan 3 kali lipat berat badan lahir.
Pada masa
bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar 4 kali lipat dari berat badan
lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan setiap
tahunnya adalah 2-3 kilogram. Pada masa pra sekolah dan sekolah akan terjadi
penambahan berat badan setiap tahunya kurang lebih 2-3 kilogram.
b.
Tinggi
badan
Pada usia
0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap
bulannya. Pada usia 6-12 bulan akan mengalami penambahan tinggi badan hanya
sekitar 1,25 cm setiap bulannya.pada akhir tahun pertama akan meningkat
kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir. Pada masa bermain penambahan
selama tahun ke 2 kurang lebih 12 cm sedangkan penambahan tahun ketiga
rata-rata 4-6 cm. Pada masa pra sekolah, khususnya diakhir usia 4 tahun,
terjadi penambahan rata-rata 2 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir dan
mengalami penambahan setiap tahunya kurang lebih 6-8 cm. Pada masa sekolah akan
mengalami penambahan setiap tahunnya.setelah usia 6 tahun tinggi badan
bertambah rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertambah lagi menjadi
rata-rata 3 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir.
c.
Lingkar
Kepala
Pertumbuhan
pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat sekitar 6 bulan pertama,
yaitu dari 35 -43 cm. Pada usia-usai selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala
mengalami perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang
lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm,
kemudian akan bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ke tiga bertambah lagi
kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja.
d. Gigi
e.
Pertumbuhan
gigi pada masa tumbuh kembang banyak mengalami perubahan mulai dari pertumbuhan
sampai penanggalan. Pertumbuhan gigi menjadi 2 bagian yaitu bagaian rahang atas
dan bagian rahang bawah.
1. Pertumbuhan gigi bagian rahang atas
2. Gigi insisi sentral pada usia 8-12
bulan
3. Gigi insisi lateral pada usia 9-13
bulan
4. Gigi taring atau kakinus paa usia
16-22 bulan
5. Molar pertama anak laki-laki pada
usia 13-19 bulan
6. Molar pertama anak perempuan pada
usia 14-18 bulan, sedangkan molar kedua pada usia 25-33 bulan
1. Pertumbuhan gigi bagian rahang bawah
2. Gigi insisi sentral pada usia 6-1
bulan
3. Gigi insisi lateral pada usia 10-16
bulan
4. Gigi taring atau kakinus paa usia
17-23 bulan
5. Molar pertama anak laki-laki pada
usia 14-18 bulan
6. Molar pertama anak perempuan pada
usia 23-30-18 bulan
7. molar kedua pada usia 29-31 bulan
8. Organ Penglihatan
Perkembangan organ penglihatan dapat
dimuali pada saat lahir. Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu
adanya kemampuan melihat untuk mengikuti gerakan dalam rentang 90 derajat,
dapat melihat orang secara terus menerus, dan kelenjar air mata sudah mulai
berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan perifer hingga 180 derajat.
Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai pada hambatan
1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tangan saat duduk atau berbaring,
melihat bayangan di cermin, dan mampu mengakomodasi objek. Usia 5-7 bulan dapat
menyesuaikan postur untuk melihat objek, mampu mengembangkan warna kesukaan
kuning dan merah, menyukai rangsangan visual kompleks, serta mengembangkan
koordinasi mata dan tangan. Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksasi objek yang
sangat kecil. Pada usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20,
dapat mengikuti objek yang dapat bergerak. Pada usia 12-14 bulan mampu
mengidentifikasi bentuk geometrik. Pada usia 18-24 bulan mampu berakamodasi
dengan baik.
f.
Organ
Pendengaran
Sete;ah
lahir, bayi sudah dapat berespons terhadap bunyi yang keras dan refleks. Pada
usia 2-3 bulan mampu memalingkan kepala ke smping bila bunyi setinggi telinga.
Pada usia 3-4 bulan anak memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan
makin kuat dan mulai mampu membuat bunyi tiruan. Pada usia 6-8 bulan mampu
berespons pada nama sendiri. Pada usia 10-12 bulan mampu mengenal beberapa kata
dan artinya. Pada usia 18 bulan mulai dapat membedakan bunyi. Pada usia 36
bulan mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia 48 bulan mulai
membedakan bunyi yang serupa dan mampu mendengarkan yang lebih halus.
g.
Organ
Seksual
Pertumbuhan
organ seksual laki-laki antara lain terjadinya pertumbuhan yang cepat pada
penis pada usia 12-15 tahun, testis pada usia 11-15 tahun, kemudian rambut
pubis pada usia 12-15 tahun. Perkembangan pubertas diawali dengan beberapa
tahap sebagai berikut (Soetjiningsih, 1998).
1. Tahap I (Prapubertas) :
pada dasarnya sama dengan masa anak-anak, tidak terdapat rambut pubis
2. Tahap II
(Pubertas) : Masa Pubertas
3. Tahap III
: Terjadi pembesaran penis awal terutama dalam panjang, testis dan skrotum
terus membesar, serta rambut lebih lebat, kasar, keriting, dan merata pada
seluruh pubis.
4. Tahap
IV
: Terjadi peningkatan ukuran penis denga pertumbuhan diameter, glans lebih
besar dan lebih lebar, serta skrotum lebih gelap.
Perkembangan
organ seksual perempuan antara lain terjadinya pertumbuhan payudara antara usia
10-15 tahun dan rambut pubis antara usia 11-14 tahun. Perkembangan payudara
memiliki tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap I : Tumbuhnya puting susu
dengan area kecil, penonjolan disekitarpapila, dan terjadinya pembesaran
diameter areola
2. Tahap
II :
Pembesaran lanjut dari payudara dan areola tanpa pemisahan konturnya
3. Tahap
III : Terjadi proyeksi
areola dan papila
4. Tahap
IV : Tahap konfigurasi
dewasa pryoksi papila yang hanya disebabkan oleh resesi areola ke dalam kontur
umum
Pertumbuhan
rambut pubis memililiki tahap-tahap sebagai berikut (wong,1996).
1. Tahap I : Tidak terdapat rambut
pubis
2. Tahap
II : Terjadi
pertumbuhan rambut pubis yang jarang
3. Tahap
III : Rambut pubis lebih
hitam, kasar, kriting dan merata pada seluruh pubis
4. Tahap
IV : Rambut pubis lebih
lebat dan kriting
5. Tahap
V : Rambut
pubis orang dewasa dalam penyebaran, baik kuantitas, jenis, maupun pola
penyebaran kebagian dalam paha
Perkembangan Pada Anak
a. Perkembangan Motorik Halus
1. Masa neonatus (0-28 hari)
Perkembangan
motorik halus pada masa ini dimulai dengan adanya kemampuan untuk mengikuti
garis tengah bila kita memberikan respons terhadap gerakan jari atau tangan.
2. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4
bulan
Perkembangan
motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti memegang
suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, menvoba memegang dan memasukan
benda kedalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan tangan dan
kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda ditangan walaupun
hanya sebentar.
3. Usia 4-8 bulan
Perkembangan
motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati benda, menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang sedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda
di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ketangan yang lain.
4. Usia 8-12 bulan
Perkembangan
motorik halus pada usia ini adalah mencari atau merainh benda kecil; bila
diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk dan ibu
jari, membenturkannya, serta meletakkan benda atau kubus ke tempatnya
5. Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan
motorik halus pada usia ini dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan dalam
mencoba, menyusun, atau membuat menara pada kubus.
6. Masa Prasekolah
Perkembangan
motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai memiliki kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis
yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu
menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tanggannya untuk bermain,
menempatkan objek kedalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan,
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat coretan
diatas kertas(wongPerkembangan Motorik Kasar
7. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan
motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini diawali dengan tanda gerakan
seimbang pada tubuh dan mulai mengangkat kepala
8. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
a. Usia 1-4 bulan
Perkembangan
motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan mengangkat kepala saat
tegkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan kepala
tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, kontrol
kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, kesisi lengan dan tungkai kurang fleksi, dan berusaha
untuk merangkak.
b. Usia 4-8 bulan
Usia perkembangan
motorik kasar awal bulan ini dapat dilihat pada pertumbuhan dalam aktivitas,
seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke empat sudah mampu
memalingkan kepala ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak, membalikan
badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dengan lengan
berayun kedepan dan kebelakang, berguling dari terlentang dan tengkurap, serta
duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat.
c. Usia 8-12 bulan
Perkembangan
motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri dengan
pegangan, bangkit lalu berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri
d. Masa Anak (1-2 tahun)
Dalam
perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar secara signifikan.
Pada masa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar
usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara 1 tangan dipegang. Pada
akhir tahun kedua sudah mampu berlari-lari kecil, menendang bola, dan mulai mencoba
melompat.
e. Masa Prasekolah
Perkembangan
motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan kemampuan untuk berdiri
dengan satu kaki selama satu sampai lima detik, melompat dengan satu kaki,
berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan
berjalan dengan bantuan (wong, 2000)
a. Perkembangan Bahasa
1. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan
bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan bersuara
(menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel.
2. Masa Bayi (28 hari- 1 tahun)
Usia 1-4
bulan
Perkembangan
bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan bersuara dan tersenyum,
mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata “oh/ah”, tertawa dan
berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh.
3. Usia 4-8 bulan
Perkembangan
bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke
arah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin
banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperi “ba-ba”
4. Usia 8-12 bulan
Perkembangan
bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belom
spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik, serta dapat
mengucapkan satu samapai dua kata.
5. Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan
bahasa masa anak ini adalah dicapainya kemampuan bahasa pada anak yang mulai
ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata;
tingginyakemampuan meniru, mengenal, dan responsip terhadap orang lain; mampu
menujukan dua gambar; mampu mengkombinasikan kata-kata; seta mulai mampu menunjukan
lambaian anggota badan
6. Masa Prasekolah
Perkembangan
bahasa diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan hingga empat gambar;
menyebutkan satu hingga dua warna; menyebutkan kegunaan benda; mengitung;
mengartikan dua kata; mengerti empat kata depan; mengerti beberapa kata sifat
dan jenis kata lainnya; menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang,
dan aktivitas; menirukan berbagaibuny kata; memahami arti larangan; serta
merespons panggilan orang dan anggota keluarga dekat.
7. Perkembangan Prilaku atau adaptasi
sosial
a. Masa Neonatus (0-28 hari)
Perkembangan
adaptasi sosial atau prilaku masa neonatus ini dapat ditunjukan dengan adanyab
tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap muka untuk menegnali seseorang
b. Masa Bayi (28 hari-1 tahun)
Usia 1-4
bulan
Perkembangan
adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan mengamati
tangannya: tersenyum spontan dan membalas senyum bila di ajak tersenyum;
mengenali ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak;
tersenyum pda wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada
waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi sesuatu
yang aneh; membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal; senang
menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak
dikenal (asing).
c. Usia 4-8 bulan
Perkembangan
adaptasi sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan terganggu
dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah frustasi,
serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal.
d. Usia 8-12 bulan
Perkembangan
adaptasi sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk tangan,
menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan
orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain.
e. Masa Anak (1-2 tahun)
Perkembangan
adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan dengan adanya kemampuan membantu
kegiatan dirumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba
mengenakan baju sendiri.
f. Masa Prasekolah
Perkembangan
adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah adanya kemampuan bermain dengan
permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana
dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta
mengenali anggota keluarga (wong, 2000).
h.
Konsep
hospitalisasi
Hospitalisasi
merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan
pengalaman yang sangat teraupetik dan penuh dengan stress. (Narendra,
dkk.2002).
Masa anak usia 6 bulan. Perpisahan dengan orang tua sehingga dapat menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Respon terhadap nyeri, biasanya ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh, meringis keras. Peran keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit, ketakutan dan masalah tergantung penyakit, biasanya prestasi kurang informasi tentang prosedur dan pengangkatan serta tidak tebiasa dengan perawat dirumah sakit.
Masa anak usia 6 bulan. Perpisahan dengan orang tua sehingga dapat menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Respon terhadap nyeri, biasanya ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh, meringis keras. Peran keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit, ketakutan dan masalah tergantung penyakit, biasanya prestasi kurang informasi tentang prosedur dan pengangkatan serta tidak tebiasa dengan perawat dirumah sakit.
i.
Pengkajian
Keperawatan
Dalam
memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien.
1. Identitas klien : nama klien, temoat
lahir, tanggal lahir, umur jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan.
2. Riwayat pola makan : rekuensi makan,
jenis makan, makanan yang disenangi.
3. Pengkajian antopometri : Lingkar
Lengan Atas (LLA), lingkar kepala, leingkar dada, berat badan (BB), tinggi
badan (TB), lipatan kulit.
4. Monitor hasil laboratorium :
hemoglobin, hematokrit, leukosit, laju endap darah (LED), serum protein (
albumin dan globulin) dan hormon pertumbuhan.
5. Timbang berat badan
6. Kaji tanda-tanda vital : tekanan darah,
nadi, suhu, pernapasan.
7. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orang tua berpersepsi meskipun anaknya batuk masih menggap belum terjadi gangguan serius, bila asanya orang tua menganggap benar-benar sakit apa bila anak sudah mengalami sesak nafas.
Data yang muncul sering orang tua berpersepsi meskipun anaknya batuk masih menggap belum terjadi gangguan serius, bila asanya orang tua menganggap benar-benar sakit apa bila anak sudah mengalami sesak nafas.
8. Pola metabolic nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme).
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual dan muntah (karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme).
9. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.
10. Pola tidur-istirahat data yang
sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas.
Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering
menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.
11. Pola aktifitas-latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orang tuanya atau bedres.
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orang tuanya atau bedres.
12. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah di sampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat di rawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah di sampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak. Pada saat di rawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.
13. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat.
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat.
14. Pola peran-hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupuan yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat orangtua).
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupuan yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat orangtua).
15. Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan yang menstruasi pada wanita terapi bersifat sementara dan biasanya penundaan.
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan yang menstruasi pada wanita terapi bersifat sementara dan biasanya penundaan.
16. Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang domain adalah mudah tersinggung dan suka marah.
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang domain adalah mudah tersinggung dan suka marah.
17. Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Tuhan.
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat sumber kesembuhan dari Tuhan.
18. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah menunjukan
leukositosis dengan predomainan atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan
prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologis member gambaran bervariasi :
1. Bercak konsolidasi merata pada
bronkopneumonia
2. Bercak konsolidasi satu lobus pada
pneumonia lobaris.
3. Gambaran bronkopneumonia difus atau
infiltrat pada pneumonia stafilokokus.
4. Pemeriksaan cairan pleura
5. Pemeriksaan mikrobiologi, dapat
dibiak dari spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau
sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru. (Mansjor, A.
2000)
j.
Diagnosa
keperawatan
Setelah
data terkumpul langkah berikutnya adalah menganalisa data, sehingga diperoleh
diagnosa keperawatan yang artinya adalah masalah kesehatan aktual atau
potensial. Terjadi masalah kesehatan (pada seseorang, kelompok, atau keluarga)
yang dapat ditangani oleh perawat untuk menentukan tindakan perawat yang untuk
mencegah, menanggulangi, atau mengurangi masalah tersebut.
Menurut Riyadi Sujono & Sukarmin (2009). Diagnosa yang ditemukan pada penyakit bronkopneumonia antara lainya yaitu;
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Menurut Riyadi Sujono & Sukarmin (2009). Diagnosa yang ditemukan pada penyakit bronkopneumonia antara lainya yaitu;
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
a. Pernapasan cepat dan dangkal (RR
mungkin >35 kali/menit)
b. Bunyi nafas ronkhi basah, terdapat
retraksi dada dan penggunaan otot bantu pernapasan
c. Pasien mengeluh sesak nafas
d. Batuk biasanya produktif dengan
produksi sputum yang cukup banyak.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
Kemungkinan dibuktikan oleh:
a. Dispnea, sianosis
b. Takipnea dan takikardi
c. Gelisah atau perubahan mental
d. Kelemahan fisik
e. Dapat juga terjadi penurunan
kesadaran
f. Nilai AGD menujukan peningkatan PCO²
(normal PCO² 35-45 mmHg), sedangkan pada kondisi asidosis dapat menjadi 70 mmHg
dan penurunan PH (normal PH 7,35-7-45, kalau asidosis 7,25 mmhg ).
3. Nyeri dada berhubungan dengan
kerusakan parenkim paru.
kemungkinan dibuktikan oleh:
1) Pasien mengeluh dadanya sakit.
kemungkinan dibuktikan oleh:
1) Pasien mengeluh dadanya sakit.
2) Pasien terlihat meringis kesakitan.
3) Terlihat gerakkan dada terbatas saat bernafas
4) Perilaku distraksi, gelisah.
3) Terlihat gerakkan dada terbatas saat bernafas
4) Perilaku distraksi, gelisah.
5) Tampak
perilaku seperti meringis kesakitan, menangis, rewel.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Laporan verbal kelemahan kelelahan,
keletihan.
2. Pasien tampak lemah, saat dicoba
untuk bangun pasien mengeluh tidak kuat.
3. Nadi teraba lemah dan cepat dengan
frekuensi >100 kali permenit.
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi.
kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Pasien mengeluh lemah
kemungkinan dibuktikan oleh:
1. Pasien mengeluh lemah
2. Berat badan anak mengalami
penurunan.
3. Kulit tidak kencang.
4. Nilai laboratorium Hb kurang dari 9
gr/dl (normal usia 1 tahun keatas 9-14 gr/dl.
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan toksemia.
Dibuktikan dengan data:
Dibuktikan dengan data:
a. Pasien tampak merah wajahnya
b. Suhu tubuh sama dengan atau lebih
37,5˚C
c. Pasien menggigil
d. Nadi naik (diatas 100 kali
permenit).
k.
Perencanaan
keperawatan
Tahap
selanjutnya yaitu perencanaan yang meliputi perkembangan strategi sasaran untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada
diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menentukan rencana dokumentasi.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas teratasi.
Kriteria hasil : Pernapasan normal, bunyi nafas normal, klien tidak sesak, tidak ada sputum.
Intervensi keperawatan :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas teratasi.
Kriteria hasil : Pernapasan normal, bunyi nafas normal, klien tidak sesak, tidak ada sputum.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji frekuensi atau kedalaman
pernadasan dan gerakan dada.
Rasional: takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan penympitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi semakin meningkat frekuensi pernapasannya.
Rasional: takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan penympitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi semakin meningkat frekuensi pernapasannya.
b. Auskultasi area paru, catat area
penurunan atau tak ada aliran udara.
Rasional: suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krekles terjadi pada area paru yang banyak cairan eksudatnya.
Rasional: suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, krekles terjadi pada area paru yang banyak cairan eksudatnya.
c. Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.
Rasional: nafa dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangurangi tingakat kelelahan akibat batuk.
Rasional: nafa dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangurangi tingakat kelelahan akibat batuk.
d. Section secara indikasi.
Rasional: mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan nafas.
Rasional: mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan nafas.
e. Lakukan fisioterapi dada.
Rasional: merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada supaya sputum mudah bergerak keluar.
Rasional: merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding dada supaya sputum mudah bergerak keluar.
f. Berikan cairan sedikitnya 1000
ml/hari (kecuali kontra indikasi), tawarkan air
hangat dari pada dingin.
Rasional: meningkatkan hidrasi sputum, air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan
Rasional: meningkatkan hidrasi sputum, air hangat mengurangi tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan
Kolaborasi
a. Terapi obat-obatan bronkodilator dan
mukolitik melalui inhalasi. Contoh pemberian obat ventolin dan bisolvon.
Rasional: memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret dengan cepat.
Rasional: memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret dengan cepat.
b. Berikan obat bronkodialtor,
ekspetoran, dan mukolitik secara oral.
Rasional: mengurangi spasma bronkus, memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret melalui silia mucus pada saluran pernafasan.
Rasional: mengurangi spasma bronkus, memudahkan pengenceran, dan pembuangan secret melalui silia mucus pada saluran pernafasan.
c. Berikan cairan tambahan misalnya cairan intravena
Rasional: cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan, memobilisasikan secret.
Rasional: cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan, memobilisasikan secret.
d. Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri.
Rasional: mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.
Rasional: mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahkan pilihan terapi yang diperlukan.
e. Kolaborasi pemberian antibiotik.
Rasional: membunuh mikroorganisme penyebab, sehingga bisa mengurangi peningkatan produk sputum yang merupakan sebagai akibat timbulnya peradangan.
Rasional: membunuh mikroorganisme penyebab, sehingga bisa mengurangi peningkatan produk sputum yang merupakan sebagai akibat timbulnya peradangan.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan pertukaran gas teratasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan pertukaran gas teratasi.
Kriteria
hasil : Tidak terjadi dispnea, tidak sianosis, kesadaran compos mentis, nilai
AGD dalam batas normal.
Intervensi
keperawatan :
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: distress pernafasan yang dibuktikan dengan dispnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan.
Rasional: distress pernafasan yang dibuktikan dengan dispnea dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan menyediakan oksigen bagi jaringan.
b. Observasi warna kulit, catat adanya
sianosis pada kulit, kuku dan jaringan sental.
Rasional: sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi, sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukan hipoksemia sistemik.
Rasional: sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi, sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukan hipoksemia sistemik.
c. Kaji status mental dan penurunan kesadaran.
Rasional: gelisah, mudah tersinggung, bingung dan samnolen sebagai petunjuk hipoksia atau penurunan oksigenasi serebral.
Rasional: gelisah, mudah tersinggung, bingung dan samnolen sebagai petunjuk hipoksia atau penurunan oksigenasi serebral.
d. Awasi frekuensi jantung atau irama.
Rasional: takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksia.
Rasional: takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksia.
e. Awasi suhu tubuh.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi seluler.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi seluler.
f. Kaji tingkat ansietas sediakan waktu
untuk berdiskusi dengan pasien atau susun bersama jadwal pertemuan.
Rasional: ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai respon fisiologi terhadap hipoksia.
Rasional: ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai respon fisiologi terhadap hipoksia.
Kolaborasi:
a. Berikan terapi oksigen dengan benar
Rasional: tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg), oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
Rasional: tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg), oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
b. Pemantauan AGD (Analisa Gas Darah).
Rasional: AGD yang menunjukan penurunan PO2 sebagai indikasi penurunan oksigen jaringan.
Rasional: AGD yang menunjukan penurunan PO2 sebagai indikasi penurunan oksigen jaringan.
3. Nyeri dada berhubungan dengan
kerusakan parenkrim paru
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dada hilang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dada hilang.
Kriteria
hasil : Dada tidak sakit lagi, klien menunjukkan muka yang rileks, ekspresi
wajah santai.
Intervensi
keperawatan :
1. Tentukan karakteristik nyeri,
misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan karakter, atau lokasi atau
intensits nyeri.
Rasional: nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam meningkat saat dibuat inspirasi dan biasanya menetap.
Rasional: nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam meningkat saat dibuat inspirasi dan biasanya menetap.
2. Pantau tanda vital
Rasional:
nyeri akan meningkat mediator persyarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi
pembuluh darah sistermik, meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan
kebutuhan oksigen jaringan.
3. Berikan tindakan distraksi, misalnya
mendengarkan musik anak, menonton film tentang anak.
Rasional:
mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat mengurangi keteganggan
hingga nyeri.
4. Berikan tindakan nyaman, misalnya
pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan
nafas.
Rasional:
tindakan non-analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik
Kolaborasi:
a. Berikan analgesik dan antitusif
sesuai indikasi
Rasional: obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif atau proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum
Rasional: obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non-produktif atau proksimal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum
4. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan : ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan
yang berhubungan dengan gangguan pola tidur.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas teratasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas teratasi.
Kriteria
hasil : Klien tidak lemah, tidak letih, klien dapat melakukan aktivitas.
Intervensi
keperawatan :
a. Evaluasi respon pasien terhadap
aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan dan
perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas.
Rasional:
menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien memudahkan pilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi
pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional:
tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energy untuk penyembuhan.
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman
untuk istirahat dan tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan posisi tinggi, tidur dikursi atau menunduk kedepan meja atau bantal.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan posisi tinggi, tidur dikursi atau menunduk kedepan meja atau bantal.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang
diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional:
meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria
hasil : Klien tidak lemah, berat badan klien bertambah, nilai Hb normal.
Intervensi
keperawatan :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan
mual atau muntah, misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat,
nyeri.
Rasional: sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan di medulla oblongata.
Rasional: sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan di medulla oblongata.
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum
dan buang sesering mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah
Rasional:
setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan.
c. Jadwalkan pengobatan pernapasan
sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
Rasional: menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
d. Auskultasi bunyi usus, Observasi
atau palpasi distensi abdomen.
Rasional: bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastrointestinal.
Rasional: bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastrointestinal.
e. Berikan makanan porsi kecil.
Rasional:
tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali.
Evaluasi status nutrisi umum.
Rasional: adanya kondisi kronis seperti PPOM atau alkoholisme atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.
Rasional: adanya kondisi kronis seperti PPOM atau alkoholisme atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan peningkatan suhu tubuh teratsi.
Kriteria hasil : Suhu klien normal (36˚C-37˚C), klien tidak menggigil, nadi klien dalam batas normal.
Intervensi keperawatan :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan peningkatan suhu tubuh teratsi.
Kriteria hasil : Suhu klien normal (36˚C-37˚C), klien tidak menggigil, nadi klien dalam batas normal.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.
Rasional: untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
Rasional: untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.
b. Pantau warna kulit dan suhu.
Rasional: sianosis menunjukan vasokostriksi atau respon tubuh terhadap demam.
Rasional: sianosis menunjukan vasokostriksi atau respon tubuh terhadap demam.
c. Berikan dorongan untuk minum sesuai perasaan.
Rasional: peningkatan suhu tubuh menimbulkan peningkatan IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus diimbangi pemasukan cairan.
Rasional: peningkatan suhu tubuh menimbulkan peningkatan IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus diimbangi pemasukan cairan.
d. Lakukan tindakan pendinginan sesuai
kebutuhan, misalnya: kompres hangat.
Rasional: demam tinggi sangat meningkatakan kebutuhan metabolik dan mengganggu oksigen selulur
Rasional: demam tinggi sangat meningkatakan kebutuhan metabolik dan mengganggu oksigen selulur
e. Kolaborasi:
a. Berikan antipiretik yang diresepkan sesuai kebutuhan.
Rasional: mempercepat penurunan suhu tubuh.
Rasional: mempercepat penurunan suhu tubuh.
l.
Pelaksanaan
keperawatan
Pelaksanaan
keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan untuk
mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun,
prinsip-prinsip melakukan asuhan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik
serta memberikan penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan pada klien.
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa dan masalah keperawatan,
kolaborasi dan membantu dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan dan
memfasilitas koping, tahapan tindakan keperawatan ada 3 antara lain
1. Persiapan : Perawat menyiapkan
segala sesuatu yang perlu dalam tindakan keperawatan, yaitu mengulang tindakan
keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap intervensi,menganalisa
pengetahuan dan ketermpilan yang diperlukan dalam mengetahui komplikasi dari
tindakan yang mungkin muncul, menentukan kelengkapan dan menentukan lingkungan
yang kondusif. Mengidentifikasi aspek hukum dan kode etik terhadap resiko dari
kesalahan tindakan.
2. Intervensi : Pelaksanaan tindakan
keperawatan yang bertjuan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional, adapun
sifat tindakan keperawatan yaitu independen, interindependen,dan dependen.
3. Dokumentasi : Mendokumentasikan
suatu proses keperawatan secara lengkap dan akurat.
m.
Evaluasi
keperawatan
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan melihat sejauh
mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan mengevaluasi kesalahan
yang terjadi selama pengkajian, analisa, intervensi, mengimplementasi
keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan yang diberikan proses evaluasi terdiri dari
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b. Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif, fleksibel dan efisien.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan, hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan yang diberikan proses evaluasi terdiri dari
a. Formatif
Evaluasi setelah rencana keperawatan dilakukan untuk membantu keefektifan tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan hingga tujuan tercapai.
b. Sumatif
Evaluasi yang diperlukan pada akhir tindakan keperawatan secara obyektif, fleksibel dan efisien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan
menyajikan tentang Asuhan Keperawatan pada klien Ny. D dengan diagnose medis
“Bronkopneumonia” di ruang Al-Farizi Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara
yang dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017 – 13 Mei 2017.
A.
Pengkajian
Keperawatan
Dalam melakukan pengkajian, penulis
mendapatkan data dari klien, dan keluarga klien, catatan medik, perawat ruangan
dengan melakukan wawancara dan observasi. Pengkajian dilakukan pada tanggal10
Mei 2017 pada An. R dengan diagnosa medis “Bronkopneumonia” di ruang Al-Farizi
Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara.
Klien bernama An. R berusia lima
tahun ( 5 tahun ), jenis kelamin perempuan, belum menikah, BB 18 Kg, masuk RS
Islam sukapura pada tanggal 10 Mei 2017 pukul 00.00 WIB di ruangan Al-Farizi
kamar 6 bed 4. No rekam medis 239643/485 dengan diagnosa medis “Bronkopneumonia”
pendidikan masih sekolah, belum bekerja. Pasien beragama islam, suku bangsa
Indonesia, alamat rumah Jl. Asrama yon air RT 14 RW 02 No I Kelurahan semper
barat kecamatan celincing, kota Jakarta utara . no tlp: 081807240023 .
Identitas orang tua, nama ibu Ny, N
usia 43 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, agama
islam, suku bangsa Madura, nama ayah Tn. R usia 52 tahun, pendidikan terakhir
SMA pekerjaan wiraswasta, agama islam, suku bangsa jawa, alamat rumah Jl.
Asrama yon air RT 14 RW 02 No I Kelurahan semper barat kecamatan celincing,
kota Jakarta utara . no tlp: 081807240023 .
B.
Resume
Kasus
An. R, 5 tahun masuk RS Islam
Sukapura melalui UGD pada tanggal 10 Mei 2017 dan klien di diagnosa oleh dokter
dengan diagnosa medis “Bronchopneumonia” klien mengatakan sesak sejak 2 hari,
sesak yang dirasakan memberat pada malam hari disertai dengan batuk kering
sejak 2 hari dan demam sejak 2 hari disertai mual muntah. Klien terlihat
memakai otot bantu pernafasan, klien terlihat lemah, klien terlihat pucat,
klien terlihat lemas, klien terlihat nafsu makan berkurang, turgor kulit tidak
elastis, membrane mukosa pucat kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik di
dapatkan hasil bising usus 9 x/ menit, kesadarannya compos mentis, GCS 15, setelah
dilakukan tindakan ditemukan diagnose keperawatan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas b.d prosuksi sputum yang meningkat, hipertermi b.d proses penyakit,
kekurangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
Tindakan yang sudah diberikan inhalasi : pulmicort dan ventolin 2 ml 3x24 jam,
dexametasol 2 mg 3x24 jam, cairan RL/8 jam, ambroxol 1 tablet, CTM 1,5 tablet,
triamchinolun 1,5 tablet, teophilin setengah tablet, salbtama 0,8 mg,
azitromixin/ 60 mg, P.vit 1x1+vitamin C 1x1.
TTV klien : N : 140 x/m, suhu : 38,9oC RR : 45 x/m
Hasil laboratorium hemoglobin 11.9
g/dl (normal 11,3-15,5), lekosit 3.56 10^3/ul (normal 4,3-10,4), hematocrit
34,1 % (normal 36,0-46,0), trombosit 242 10^/ul (normal 132-440)
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat
kesehatan sekarang adalah sesak sejak 2 hari, sesak yang dirasakan memberat
pada malam hari disertai dengan batuk kering sejak 2 hari dan demam sejak 2
hari disertai mual muntah
2. Riwayat
kesehatan masa lalu adalah
a. Riwayat
kehamilan antenatal tidak ada gangguan pada kehamilan, pemeriksaan kehamilan
denga dokter tempat pemeriksaan di rumah
sakit dan hasil pemeriksaan baik, riwayat pengobatan selama kehamilan zat besi,
dan vitamin
b. Masa
natal
Usia kehamilan saat kelahiran 9
bulan 10 hari, persalinan normal, ditolong oleh dokter, bayi dalam keadaan
baik, BB, PB,Lingkar kepala waktu lahir : 3,5 gram, 10 cm, 44 cm. pengobatan
yang di dapat vitamin
c. Neonatal
Tidak ada kejang, icterus,
paralisis, pendarahan, tidak ada trauma persalinan, tidak ada penurunan BB,
pemberian minum ASI selama 1 bulan,
3. Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan
Tidak ada gangguan pada pertumbuhan
dan prkembangan, penyakit yang diderita bronkopneumonia, pernah di rawat di
rumah sakit,obat-obatan antibiotic, tidak ada operasi, tidak ada alergi, tidak
pernah kecelakaan, imunisasi lengkap
4. Kebiasaan
sehari-hari
a. Pola
pemenuhan nutrisi
Lamanya pemberian asi 1 bulan,
waktu pemberian 1 bulan, jenis susu buatan SGM, tidak ada kesulitan
b. Makanan
padat
Diberikan 3 bulan, cara pemberian
digerus/ ditumbuk
c. Vitamin
Jenis vitamin tidak ada, berapa
lama diberikan tidak ada
d. Pola
makan dan minum
Frekuensi makan 2x, jenis makanan 4
sehat 5 sempurna, makanan yang disenangi ayam goreng, tidak ada alergi makanan,
kebiasaan makan sendiri atau mandiri waktu makan pagi dan sore jumlah minum/
hari 8 gelas per hari, kebiasaan minum kopi tidak ada.
e. Pola
tidur
Lama tidur siang/malam 9-10 jam,
kelainan waktu tidur bernafas sesak, kebiasaan anak menjelang tidur berdoa,
membaca buku komik, mendengarkan cerita dongeng, kebiasaan yang membuat anak
nyaman saat tidur dinyanyikan
f. Pola
aktifitas
Bermain dengan teman
g. Pola
kebersihan diri
Mandi 2x/ hari
memakai sabun tidak memerlukan bantuan , oral hygiene 2x/ hari waktu pada pagi
dan siang hari cara sendiri menggunakan pasta gigi, cuci rambut 2x/ hari
memakai sampho, berpakaian dibantu
h.
Pola eliminasi
BAB frekuensi 6x
/ minggu, waktu pagi, warna coklat, bau khas, konsistensi padat, tidak ada keluhan
tidak memakai pencahar, kebiasaan pada waktu BAB bedoa
BAK frekuensi
5/9 x/ minggu warna kuning jernih, tidak ada keluhan , tidak ada kebiasaan
mengompol
i.
Kebiasaan lain
Tidak ada
mengigit jari, kuku, jari, memainkan genetalia, mudah marah, pola asuh baik
5.
Riwayat kesehatan keluarga
a.
Susunan keluarga (genogram 3 generasi
hanya pada kasus-kasus tertentu)
KETERANGAN:
= laki –laki
= perempuan
= meninggal
= pasien
= garis keturunan
- - - - - = tinggal dalam 1 rumah
b.
Riwayat penyakit keluarga
Ayah dan ibu
menderita penyakit hipertensi, coping keluarga musyawarah, sistem nilai baik,
spiritual sholat 5 waktu
6.
Riwayat kesehatan lingkungan
Resiko bahaya
kecelakaan tidak ada, polusi tidak ada, kebersihan rumah baik
7.
Pengkajian fisik secara fungsional
DATA
SUBJEKTIF
|
DATA
OBJEKTIF
|
1.
klien mengatakan sesak sejak 2
hari, sesak yang dirasakan memberat pada malam hari disertai dengan batuk
kering sejak 2 hari dan demam sejak 2 hari disertai mual muntah
2.
nutrisi dan metabolisme
nafsu
makan/ menyusui tidak baik, penurunan/penaikan BB baik, diit nasi tim, intake
dalam sehari, makan 2x/ hari, minum 5x/ hari, tidak ada mual, tidak ada
dysphagia,
3.
respirasi/ sirkulasi
pernafasan ,
sesak, ada sputum, ada batuk, tisak sakit dada, tidak ada udema
4.
eliminasi
abdomen
tidak kembung, tidak nyeri, BAB bau khas, warna coklat, tidak ada lender,
tidak ada diare, frekuensi 1x/hari, BAK jumlah 900 ml, frekuensi 5x/ hari,
tidak ada keluhan, tidak ada nocturia, tidak ada dysuria, tidak ada hematuria,
tidak ada inkontinensia
5.
aktivitas / latihan
kekuatan
baik, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik, kekuatan sendi
baik, tidak ada rasa nyeri pada sendi
6.
sensori persepsi
pendengaran
baik, penglihatan baik, penciuman baik, perabaan baik, pengecap baik.
7.
Konsep diri
Baik
8.
Tidur/ istirahat
Tidur
terganggu jika bernafas sesak
9.
Seksualitas/ reproduksi
Baik
|
1.
data klinik
a.
suhu : 38,9oC
b.
nadi : 140 x/m
c.
RR : 45x/m
d.
Kesadaran : Compos mentis
2.
Nutrisi dan metabolism
Mukosa
mulut kring, warna pucat, lesi pucat, tidak lembab, tidak ada kelainan
platum, bibir pcah-pecah, gusi tidak berdarah, lidah baik, gigi baik, karang
gigi tidak ada, ada caries, tidak obesitas, kulit tidak baik, tidak
intergrasi, turgor tidak elastis, tekstur tidak baik, warna pucat, tidak
memakai NGT
3.
Suara pernafasan wheezing,
ronkhi, ada batuk, tidak berdarah, sputum kental, menggunakan otot bantu
pernafasan, memakai otot bantu pernafasan, tidak ada sianosis, tidak ada
edema, tidak ada palpitasi, tidak ada pengisian kapiler, temperature suhu
baik
4.
Eliminasi
Abdomen
tidak lemas, tidak tegang, tidak kembung, bising usus 9x/m, lingkar perut 50
cm, BAB bau khas, warna coklat, lender tidak ada, konsistensi, tidak ada
melena, frekuensi 1x/ hari
BAK
kepekatan baik, warna kuning jernih, bau khas, tidak memakai kateter,
frekuensi 5x/hari
Rectum/anus
tidak ada iritasi, tidak ada atresia ani, tidak ada prolapse
5.
Aktivitas/ latihan
Keseimbangan
jalan baik, kekuatan menggenggam baik, bentuk kaki baik, otot kaki baik,
tidak ada kelemahan,tidak ada kejang
6.
Sensori persepsi
Reaksi
terhadap rangsangan baik, orientasi baik, pupil isokor, konjungtiva baik,
pendengaran baik, penglihatan baik
7.
Konsep diri
Kontak
mata baik, postur tubuh baik, perilaku baik
8.
Tidur/istirahat
Tidak
kurang tidur, saat bernafas
9.
Seksualitas/reprosuksi
normal
|
8.
Dampak hospitalisasi
a.
Pada anak : menjadi pendiam, pemurung,
lemah, dan letih
b.
Pada keluarga: cemas melihat keadaan
anaknya
9.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan
saat ini
a.
Pertumbuhan BB 18 Kg, TB 126 cm, LK, 50
cm, LLA 17 cm pertumbuhan gigi baik\
b.
Perkembangan motoric kasar baik, motoric
halus baik, bahasa baik, sosialisasi baik.
10.
Pemeriksaan penunjang
a)
Pengambilan secret secara broncoskopi
dan fungsi paru
b)
Pemeriksaan lab
c)
Foto thorax
11.
Penatalaksanaan
inhalasi :
pulmicort dan ventolin 2 ml 3x24 jam, dexametasol 2 mg 3x24 jam, cairan RL/8
jam, ambroxol 1 tablet, CTM 1,5 tablet, triamchinolun 1,5 tablet, teophilin
setengah tablet, salbtama 0,8 mg, azitromixin/ 60 mg, P.vit 1x1+vitamin C 1x1.
c. Data Fokus
Data
Subjektif
Ibu klien
mengatakan anaknya sesak sudah 2 hari, ibu klien mengatakan anaknya nafasnya
berat ketika malam hari sudah 2 hari, ibu klien mengatakan anaknya batuk sudah
2 hari, ibu klien mengatakan anaknya demam sudah 2 hari, ibu klien mengatakan
demam anaknya tidak turun-turun, ibu klien mengatakan anaknya pusing dan sakit
kepala, ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan, ibu klien mengatakan
anaknya tidak nafsu makan, ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah, ibu
klien mengatakan anaknya lemas, ibu klien mengatakan tidak tahu tentang
penyakit anaknya, ibu klien mengatakan apakah anaknya bisa sembuh.
Data
Objektif
klien terlihat
sesak, klien terlihat bernafas dengan cuping hidung, klien terlihat gelisah dan
tidak bisa tidur, RR klien 45x/m, suara nafas klien wheezing dan ronki, klien
terlihat pucat, klien terlihat tidak bergairah, suhu klien 38,9oC,
akral klien hangat, klien terlihat tidak menghabiskan makanannya, klien
terlihat lemah kien terlihat mual saat ingin makan, klien hanya menghabiskan seperempat
porsi, ibu klien terlihat cemas, ibu klien terlihat bertanya-tanya, klien
tampak tidak tahu tentang penyakitnya.
TTV klien : N : 140 x/m, suhu : 38,9oC RR : 45 x/m
Hasil laboratorium hemoglobin 11.9
g/dl (normal 11,3-15,5), lekosit 3.56 10^3/ul (normal 4,3-10,4), hematocrit
34,1 % (normal 36,0-46,0), trombosit 242 10^/ul (normal 132-440)
D. Analisa Data
Nama
klien : An. R
Umur
: 5 tahun
Dx
medis : Bronkopneumonia
Ruang/kamar
: Al-farizi/6 bed 4
No. Dx
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1.
2.
3.
4.
|
Data Subjektif
1.
Ibu klien mengatakan anaknya
sesak sudah 2 hari,
2.
ibu klien mengatakan anaknya
nafasnya berat ketika malam hari sudah 2 hari,
3.
ibu klien mengatakan anaknya
batuk sudah 2 hari,
Data Objektif
1.
klien terlihat sesak,
2.
klien terlihat bernafas dengan
cuping hidung,
3.
klien terlihat gelisah dan tidak
bisa tidur,
4.
RR klien 45x/m,
5.
suara nafas klien wheezing dan
ronki,
Data Subjektif
1.
ibu klien mengatakan anaknya
demam sudah 2 hari,
2.
ibu klien mengatakan demam
anaknya tidak turun-turun,
3.
ibu klien mengatakan anaknya
pusing dan sakit kepala,
Data Objektif
1.
klien terlihat pucat, klien
terlihat tidak bergairah,
2.
suhu klien 38,9oC,
3.
akral klien hangat
Data Subjektif
1.
ibu klien mengatakan anaknya
tidak mau makan,
2.
ibu klien mengatakan anaknya
tidak nafsu makan,
3.
ibu klien mengatakan anaknya mual
dan muntah,
4.
ibu klien mengatakan anaknya
lemas,
Data Objektif
1.
klien terlihat tidak menghabiskan
makanannya,
2.
klien terlihat lemah kien
terlihat mual saat ingin makan,
3.
klien hanya menghabiskan
seperempat porsi
Data Subjektif
1.
ibu klien mengatakan tidak tahu tentang
penyakit anaknya,
2.
ibu klien mengatakan apakah
anaknya bisa sembuh.
Data Objektif
1.
ibu klien terlihat cemas, ibu
klien terlihat bertanya-tanya,
2.
klien tampak tidak tahu tentang
penyakitnya.
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
Hipertermi
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit
|
Penumpukan sputum
Proses penyakit/ infeksi
Anoreksia
Kurangnya informasi tentang
penyakit bronkopneumonia
|
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan produksi sputum yang meningkat
2. Hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit/infeksi
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
4. Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
bronkopneumonia
F. PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN
EVALUASI
Diagnosa
Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan produksi sputum yang meningkat
Data subjektif : klien terlihat sesak,
klien terlihat bernafas dengan cuping hidung, klien terlihat gelisah dan tidak
bisa tidur, RR klien 45x/m, suara nafas klien wheezing dan ronki
Data objektif : klien
terlihat sesak, klien terlihat bernafas dengan cuping hidung, klien terlihat
gelisah dan tidak bisa tidur, RR klien 45x/m, suara nafas klien wheezing dan
ronki
Tujuan
:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif
dengan
Kriteria
hasil :
1. Nafas
klien vesikuler,
2. RR
klien 20-30 x/m
3. Sputum
klien dapat keluar
Intervensi
:
a. Kaji frekuensi/ kedalaman gerakan
dada
R/ : Melihat adanya gerakan dada asimetris
b. Observasi TTV
R/: Untuk mengetahui keadaan umum klien
c. Ajarkan ibu klien memberikan posisi senyaman mungkin
kepada anaknya
R/: Untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk
d. Ajarkan tarik nafas dalam
R/: Untuk meringankan batuk klien
e. Kolaborasi pemberian inhalasi
R/: Agar sputum cair dan dapat di keluarkan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses
penyakit/infeksi
Data subjektif : ibu klien mengatakan
anaknya demam sudah 2 hari, ibu klien mengatakan demam anaknya tidak
turun-turun, ibu klien mengatakan anaknya pusing dan sakit kepala
Data objektif : klien
terlihat pucat, klien terlihat tidak bergairah, suhu klien 38,9oC,
akral klien hangat
Tujuan
:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan hipertermi teratasi dengan
Kriteria
hasil :
1. Suhu
klien normal 36,5-37,4oC
2. Klien
tidak pucat
3. Klien
bisa beraktivitas
Intervensi
:
a. Kaji perubahan vital sign
R/: Untuk mengetahui perubahan terhadap demam
b. Berikan kompres air hangat
R/: untuk menurunkan demam dan melancarkan sirkulasi darah
c. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat
R/: membantu pengeluaran keringat
d. Kolaborasi anjurkan berikan
paracetamol
R/: untuk menurunkan demam
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Data subjektif : ibu klien mengatakan
anaknya tidak mau makan, ibu klien mengatakan anaknya tidak nafsu makan, ibu
klien mengatakan anaknya mual dan muntah, ibu klien mengatakan anaknya lemas
Data objektif : klien
terlihat tidak menghabiskan makanannya, klien terlihat lemah kien terlihat mual
saat ingin makan, klien hanya menghabiskan seperempat porsi
Tujuan
:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan
hipertermi teratasi dengan
Kriteria
hasil :
1. Klien
habis makan 1 porsi
2. Nafsu
makan klien membaik
3. Turgor
kulit elastis
Intervensi
:
a. Kaji status nutrisi klien
R/: untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Anjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering
R/: untuk pemenuhan asupan nutrisi
c. Tanyakan makanan kesukaan klien
R/: untuk membantu pemenuhan nutrisi
d. Kolaborasi ke ahli gizi
R/: untuk menentukan diit pasien
4. Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit bronkopneumonia
Data subjektif : ibu
klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya, ibu klien mengatakan
apakah anaknya bisa sembuh
Data objektif : , ibu
klien terlihat cemas, ibu klien terlihat bertanya-tanya, klien tampak tidak
tahu tentang penyakitnya
Tujuan
:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1 x24 jam diharapkan hipertermi teratasi dengan
Kriteria
hasil :
1. Mengungkapkan
pemahaman tentang penyakitnya
2. Mengerti
tentang penyakit bronkopnumonia
3. Ibu
klien tiak bertanya-tanya lagi tentang penyakit anaknya
Intervensi
:
a. Ciptakan lingkungan saling percaya
R/: merupakan bagian dari proses belajar
b. Diskusikan dengan ibu klien tentang
penyakit anaknya
R/: memberi pengetahuan dasar-dasar dimana ibu klien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
c. Diskusikan tentang rencana diet
penggunaan makanan tinggi serat
R/: kesadaran tentang pentingnya control diet akan membantu
ibu klien dalam merencanakan makanan/ metaati program
d. Diskusi pentingnya untuk melakukan
evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan ibu klien orang terdekat
R/: membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat
Implementasi / Pelaksanaan
Keperawatan
Nama klien
: An. R
Umur
: 5 tahun
Dx medis
: Bronkopneumonia
Ruangan/kamar
: Al-farizi/ 6 bed 4
NO . DX
|
HARI, TANGGAL, JAM
|
TINDAKAN INTERVENSI
|
NAMA PARAF
|
1.
2.
3.
4.
|
Rabu,
10-05-2017
Pukul
00.00 WIB
Kamis,
11-05-2017
Pukul
07.00 WIB
Kamis,
11-05-2017
Pukul
08.00 WIB
Kamis,
11-05-2017
Pukul
08.30
|
a. Kaji frekuensi/ kedalaman gerakan
dada
R/ : ibu klien mendengarkan intruksi dari perawat
b. Observasi TTV
R/: agar klien nyaman
c. Ajarkan ibu klien memberikan posisi senyaman
mungkin kepada anaknya
R/: semi fowler
d. Ajarkan tarik nafas dalam
R/: sudah melakukan sesuai intruksi
e. Kolaborasi pemberian inhalasi
R/: inhalasi ventolin
a. Kaji perubahan vital sign
R/: Untuk mengetahui perubahan terhadap demam
b. Berikan kompres air hangat
R/: untuk menurunkan demam dan melancarkan sirkulasi darah
c. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat
R/: membantu pengeluaran keringat
d. Kolaborasi anjurkan berikan
paracetamol
R/: untuk menurunkan demam
a. Kaji status nutrisi klien
R/: untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Anjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering
R/: untuk pemenuhan asupan nutrisi
c. Tanyakan makanan kesukaan klien
R/: untuk membantu pemenuhan nutrisi
d. Kolaborasi ke ahli gizi
R/: untuk menentukan diit pasien
a. Ciptakan lingkungan saling percaya
R/: merupakan bagian dari proses belajar
b. Diskusikan dengan ibu klien
tentang penyakit anaknya
R/: memberi pengetahuan dasar-dasar dimana ibu klien dapat
membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
c. Diskusikan tentang rencana diet
penggunaan makanan tinggi serat
R/: kesadaran tentang pentingnya control diet akan
membantu ibu klien dalam merencanakan makanan/ metaati program
d. Diskusi pentingnya untuk melakukan
evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan ibu klien orang terdekat
R/: membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat
|
|
No. Dx
|
Hari,
tanggal jam
|
Tindakan
intervensi
|
Nama paraf
|
1.
2.
3.
|
Jumat, 12-05-2017
Pukul
14.30 WIB
Jumat,
12-05-2017
Pukul
15.30 WIB
Jumat
12-05-2017
Pukul
17.00 WIB
|
a. Kaji frekuensi/ kedalaman gerakan
dada
R/ : ibu klien mempraktikkan batuk efektif
b. Observasi TTV
R/: RR klien 41x/m
c. Ajarkan ibu klien memberikan posisi senyaman
mungkin kepada anaknya
R/: agar klien nyaman
d. Ajarkan tarik nafas dalam
R/: sudah melakukan sesuai intruksi
e. Kolaborasi pemberian inhalasi
R/: inhalasi ventolin mencegah sesak
a. Kaji perubahan vital sign
R/: Untuk mengetahui perubahan terhadap demam
b. Berikan kompres air hangat
R/: S : 38,8oC
c. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat
R/: membantu pengeluaran keringat
d. Kolaborasi anjurkan berikan
paracetamol
R/: untuk menurunkan demam
a. Kaji status nutrisi klien
R/: untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi
b. Anjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering
R/: untuk pemenuhan asupan nutrisi
c. Tanyakan makanan kesukaan klien
R/: untuk membantu pemenuhan nutrisi
d. Kolaborasi ke ahli gizi
R/: untuk menentukan diit pasien
|
|
No.
Dx
|
Hari,
tanggal, jam
|
Tindakan
intervensi
|
Nama paraf
|
1.
2.
3.
|
Sabtu,
13-05-2017
Pukul
09.00 WIB
Sabtu,
13-95-2017
Pukul
11.00 WIB
|
a. Kaji frekuensi/ kedalaman gerakan
dada
R/ : ibu klien mendengarkan intruksi dari perawat
b. Observasi TTV
R/: agar klien nyaman
c. Ajarkan ibu klien memberikan posisi senyaman
mungkin kepada anaknya
R/: semi fowler
d. Ajarkan tarik nafas dalam
R/: sudah melakukan sesuai intruksi
e. Kolaborasi pemberian inhalasi
R/: inhalasi ventolin+pulmocort
a. Kaji perubahan vital sign
R/: Untuk mengetahui perubahan terhadap demam
b. Berikan kompres air hangat
R/: S : 37,5oC
c. Anjurkan klien untuk banyak
istirahat
R/: membantu pengeluaran keringat
d. Kolaborasi anjurkan berikan
paracetamol
R/: demam klien sudah turun
|
|
Evaluasi
Nama
klien
: An. R
Umur
: 5 tahun
Dx medis
: Bronkopneumonia
Ruangan/kamar
: Al-farizi/ 6 bed 4
No. Dx
|
Hari, tanggal jam
|
Evaluasi
|
Nama paraf
|
1.
2.
3.
4.
|
Rabu, 10-05-2017
Pukul 00.30 WIB
Kamis, 11-05-2017
Pukul 07.30 WIB
Kamis, 11-05-2017
Pukul 08.30 WIB
Kamis, 11-05-2017
Pukul 08.40 WIB
|
S:
1. Ibu klien mengatakan menyetujui
penkes dari perawat
2. Ibu klien mengatakan anaknya masih
batuk dan sesak
O:
1. Ibu klien mempraktekkan posisi
semi fowler
2. Klien masih bernafas wheezing dan
ronkhi
3. Ibu klien melakukan betuk efektif
dan mempraktekannya kepada anaknya RR : 45x/m
4. Ibu klien antusias dan kooperatif
saat perawat memberikan penkes
A:
Tujuan
belum tercapai, masalah jalan nafas belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
S:
1. Ibu klien menerima anjuran dari
perawat untuk anaknya
O:
1. Suhu klien 38,9oC
2. Klien terlihat lemah, tidak dapat
beraktifitas dan batuk
3. Ibu klien kooperatif dalam
mempraktekan anjuran dari perawat
A
:
Tujuan
belum tercapai masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
S:
Ibu
klien mengatakan An. R kurang minum
O:
1. Turgor kulit tidak elastis
2. Klien lemah, pucat
3. Klien menghabiskan makanan
setengah porsi
A:
Tujuan
belum tercapai masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
S:
Ibu
klien mengatakan sudah tau tentang penyakitnya
O:
1. Ibu klien terlihat sudah tidak
bertanya-tanya
2. Ibu klien terlihat tenang
A:
Tujuan
tercapai masalah kurang pengetahuan tentang penyakit bronkopneumonia teratasi
P:
Pertahankan
intervensi
|
|
No . Dx
|
Hari, tanggal jam
|
Evaluasi
|
Nama paraf
|
1.
2.
3.
|
Jumat,
12-05-2017
Pukul
09.00 WIB
Jumat,
12-05-2017
Pukul
09.30 WIB
Jumat,
12-05-2017
Pukul
10.11 WIB
|
S:
1.
Ibu klien mengatakan anaknya
masih sesak
2.
Ibu klien mengatakan anaknya
masih batuk dan baru bisa mengeluarkan sputum sedikit demi sedikit
3.
Ibu klien mengatakan menyetujui
anjuran penkes dari perawat
O:
1.
RR klien 37x/m
2.
Ibu klien sangat antusias dan
kooperatif saat perawat memberikan penkes
3.
Klien masih terlihat sesak
4.
Klien terlihat sudah bisa
mengeluarkan sputum sedikit demi sedikit
A:
Tujuan belum tercapai masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
S:
Ibu klien menerima anjuran dari perawat untuk
memberikan penkes
O:
1.
Suhu klien : 38,8oC
2.
Klien terlihat masih lemah
3.
Klien teraba panas
4.
Ibu klien kooperatif dalam
mempraktikkan anjuran dari perawat
A:
Tujuan belum tercapai
masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
S:
1.
Ibu klien mengatakan anaknya
banyak minum
2.
Ibu klien mengatakan anaknya nafsu makan
O:
1.
Turgor kulit elastis
2.
Klien bergairah
3.
Klien terlihat pucat
4.
Klien menghabiskan makanannya 1
porsi
A:
Tujuan tercapai
masalah teratasi
P:
Pertahankan
intervensi
|
|
No. Dx
|
Hari, tanggal jam
|
Evaluasi
|
Nama paraf
|
1.
2.
|
Sabtu,
12-05-2017
Pukul
09.00 WIB
Sabtu,
12-05-2017
Pukul
09.00
|
S:
1.
Ibu klien mengatakan anaknya
sudah tidak batuk
2.
Ibu klien mengatakan tidak sesak
lagi anaknya
3.
Ibu klien mengatakan anaknya
sudah lancar mengeluarkan sputum
O:
1.
Klien terlihat segar
2.
Klien terlihat bernafas lancar
3.
Klien terlihat dapat beraktifitas
dengan baik
4.
RR klien 29x/m
A:
Tujuan tercapai
masalah teratasi
P:
Pertahankan
intervensi
S:
Ibu klien mengatakan
anaknya tidak demam lagi
O:
1.
Suhu klien 37,5oC
2.
Klien terlihat tenang
3.
Klien bisa beraktifitas kembali
A:
Tujuan tercapai
masalah teratasi
P:
Pertahankan
intervensi
|
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara
teori dan kasus pada An. R dengan “ Bronkopneumonia” menggunakan pendekatan
asuhan keperawatan, menganalisa faktor-faktor pendukung dan penghambat juga
memberikan alternatif pemecahahan masalah atau solusi dalam memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan proses keperawatan terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi selama tiga hari dari tanggal
10
Mei 2017 – 13 Mei 2017
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari proses keperawatan secara menyeluruh, sebelum melakukan pengkajian, penulis melakukan pendekatan terhadap keluarga dengan cara membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud dan tujuan, pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui observasi secara langsung pada klien yaitu wawancara dengan orang tua klien langsung, pemeriksaan fisik, serta mendapatkan data dari perawat ruangan dan status klien. Dari hasil pengumpulan data, penulis tidak menemukan hambatan karena adanya keterbukaan dari pihak keluarga.
Adapun penyebab bronkopneumonia pada anak adalah pneumokokus sedang penyebab lainnya antara lain: streptococcus pneumoniae, stapilokokus aureus, haemopillus influenza, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Manifestasi kliniknya adalah biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Kadang - kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula – mula kering dan kemudian menjadi produktif.
Pada klien An.R penyebab bronkopneumonia disebabkan oleh mikroorganisme jadi pada teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan.
Pada pertumbuhan dan perkembangan An. R yang berusia 5 tahun mengalami gangguan yang sangat mudah di lihat oleh mata, yaitu berat badan saat ini adalah 18 Kg. Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian adalah adanya kerja sama yang baik dengan keluarga klien dengan perawat ruangan, serta tim medis lainnya, dan tersedianya format pengkajian yang sistemis.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori ada enam diagnosa keperawatan yang muncul yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus, nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru, intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder sekunder terhadap demam dan dan proses infeksi, peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia,
Berdasarkan analisa keperawatan yang telah dirumuskan, diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus An. R adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan produksi sputum, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake yang tidak adekuat, hipeetermi berhubungan dengan proses penyakit/infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Diagnosa keperawatan yang prioritas adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sputum, karena jika jalan nafas tersumbat, akan mengakibatkan sesak bahkan bisa menyebabkan kematian, akibat dari jalan nafas tertutup dan jika dilihat dari hirarki maslow kebutuhan oksigenasi merupakan prioritas dibandingkan kebutuhan dasar manusia lainnya. Jadi diagnosa yang ditemukan di kasus yang sama dengan teori adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, dan perubahan kebutuhan nutrisi kuranga dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Faktor pendukung yang memudahkan penulis menegakkan diagnosa keperawatan adalah diperoleh data-data yang lengkap yang menunjang untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan. Penulis menemukan faktor penghambat dikarenakan ibu klien memberikan informasi yang minimal. Solusinya penulis berusaha untuk tetap menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang klien dengan mempelajari literatur.
C. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap selanjutnya dari proses keperawatan pada tahap awal dilakukan penentuan prioritas masalah yang seharusnya diatasi lebih dahulu, setelah ditentukan tujuan pendekatan dan tindakan keperawatan dan kriteria hasil serta evaluasi. Perencanaaan yang telah penulis susun ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus, tujuan pada perencanaan disusun berdasarkan masalah keperawatan yang timbul sedang kriteria hasil berdasarkan etiologi dari masalah tersebut, begitu juga dengan penyusunan perencanaan.
Dari keempat diagnosa yang muncul, maka penulis memprioritaskan masalah utama berdasarkan prioritas dilihat dari kondisi klien yang mengancam nyawa sesuai dengan kebutuhan hirarki maslow. Maka penulis menyusun perencanaan yang akan diimplementasikan pada klien An. R adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, sehingga untuk menghindari komplikasi tersebut maka penulis menyusun suatu rencana keperawatan dengan: kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan, auskultasi area paru, suara nafas, section sesuai indikasi, lakukan fisioterapi dada, tinggikan posisi kepala ditempat tidur, berikan oksigen sesuai program, berikan terapi obat-obtan bronkodilator melalui inhalasi (pemberian ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes. NaCl 0,9 % : 10 cc) dengan waktu selama 15 menit.
Dalam penyusunan rencana tindakan penulis mempunyai tujuan yaitu agar bersihan jalan nafas menjadi efektif, waktu untuk mencapai tujuan tersebut penulis menetapkan 3 x 24 jam sehingga tercapai kriteria hasil yaitu klien tidak sesak lagi, klien tidak batuk, klien tidak ada dahak, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak terpasang oksigen, suara nafas klien normal (vesikuler). Cara pendokumentasian yang dilakukan untuk mencatat suatu rencana keperawatan yaitu dengan menulis rencana tindakan di format pengkajian dan faktror penunjang, sehingga penulis dapat menulis rencana tindakan yaitu dengan melihat kebutuhan klien dan kondisi klien saat ini, faktor penghambat yang dihadapi dalam menyusun rencana tindakan tidak ada dikarenakan keluarga klien mau menceritakan semua keluhan klien, dan keluarga klien terbuka.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang telah disusun ternyata tidak sama dilakukan pelaksanaan selama 24 jam karena keterbatasan waktu dalam melakukan tindakan tersebut, maka penulis dapat melakukan kerjasama pada perawat ruangan untuk melanjutkan rencana yang tersusun sehingga tindakan tersebut dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan selama 3x24 jam
Diagnosa pertama, penulis melakukan semua intervensi masalah tidak efektif bersihan jalan nafas. diagnosa kedua, penulis juga melakukan semua intervensi masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi, diagnosa ketiga, penulis juga melakukan semua intervensi masalah hipertermi , diagnosa keperawatan keempat, penulis juga melakukan semua intervensi masalah kurangnya informasi, Didalam tahap implementasi penulis tidak menemukan hambatan, penulis membina hubungan yang baik kepada keluarga klien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan untuk mengajukan apakah tujuan yang ditetapakn dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil standar dari masing-masing masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan rencanakan yang ditetapkan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah sudah teratasi.
Dari empat diagnosa yang muncul dikasus, penulis melakukan tindakan keperawatan 4 masalah yang ada pada klien yaitu tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,hipertermi berhubungan dengan proses penyakit atau infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang nya informasi. Diagnosa pertama. tidak efektifnya bersihan jalan nafas teratasi, tindakan keperawatan,pertahankan intervensi diagnosa kedua, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratas,diagnosa ketiga, hipertermi teratasi, pertahankan tindakan , diagnosa keperawatan keempat, kurangnya informasi tentang penyakit, sudah teratasi, tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruangan. Faktor pendukung yang memudahkan dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat ruangan serta tim medis lainnya dan perhatian serta keinginan keluarga klien agar anak cepat sembuh.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari proses keperawatan secara menyeluruh, sebelum melakukan pengkajian, penulis melakukan pendekatan terhadap keluarga dengan cara membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud dan tujuan, pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui observasi secara langsung pada klien yaitu wawancara dengan orang tua klien langsung, pemeriksaan fisik, serta mendapatkan data dari perawat ruangan dan status klien. Dari hasil pengumpulan data, penulis tidak menemukan hambatan karena adanya keterbukaan dari pihak keluarga.
Adapun penyebab bronkopneumonia pada anak adalah pneumokokus sedang penyebab lainnya antara lain: streptococcus pneumoniae, stapilokokus aureus, haemopillus influenza, jamur (seperti candida albicans), dan virus. Manifestasi kliniknya adalah biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39-40˚C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis. Kadang - kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula – mula kering dan kemudian menjadi produktif.
Pada klien An.R penyebab bronkopneumonia disebabkan oleh mikroorganisme jadi pada teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan.
Pada pertumbuhan dan perkembangan An. R yang berusia 5 tahun mengalami gangguan yang sangat mudah di lihat oleh mata, yaitu berat badan saat ini adalah 18 Kg. Faktor pendukung dalam melakukan pengkajian adalah adanya kerja sama yang baik dengan keluarga klien dengan perawat ruangan, serta tim medis lainnya, dan tersedianya format pengkajian yang sistemis.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori ada enam diagnosa keperawatan yang muncul yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan kapiler alveolus, nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru, intoleransi aktivitas berhubungan dengan : ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen atau kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur, kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder sekunder terhadap demam dan dan proses infeksi, peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan toksemia,
Berdasarkan analisa keperawatan yang telah dirumuskan, diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus An. R adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan produksi sputum, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake yang tidak adekuat, hipeetermi berhubungan dengan proses penyakit/infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Diagnosa keperawatan yang prioritas adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sputum, karena jika jalan nafas tersumbat, akan mengakibatkan sesak bahkan bisa menyebabkan kematian, akibat dari jalan nafas tertutup dan jika dilihat dari hirarki maslow kebutuhan oksigenasi merupakan prioritas dibandingkan kebutuhan dasar manusia lainnya. Jadi diagnosa yang ditemukan di kasus yang sama dengan teori adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, dan perubahan kebutuhan nutrisi kuranga dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Faktor pendukung yang memudahkan penulis menegakkan diagnosa keperawatan adalah diperoleh data-data yang lengkap yang menunjang untuk menegakkan suatu diagnosa keperawatan. Penulis menemukan faktor penghambat dikarenakan ibu klien memberikan informasi yang minimal. Solusinya penulis berusaha untuk tetap menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang klien dengan mempelajari literatur.
C. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap selanjutnya dari proses keperawatan pada tahap awal dilakukan penentuan prioritas masalah yang seharusnya diatasi lebih dahulu, setelah ditentukan tujuan pendekatan dan tindakan keperawatan dan kriteria hasil serta evaluasi. Perencanaaan yang telah penulis susun ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus, tujuan pada perencanaan disusun berdasarkan masalah keperawatan yang timbul sedang kriteria hasil berdasarkan etiologi dari masalah tersebut, begitu juga dengan penyusunan perencanaan.
Dari keempat diagnosa yang muncul, maka penulis memprioritaskan masalah utama berdasarkan prioritas dilihat dari kondisi klien yang mengancam nyawa sesuai dengan kebutuhan hirarki maslow. Maka penulis menyusun perencanaan yang akan diimplementasikan pada klien An. R adalah tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, sehingga untuk menghindari komplikasi tersebut maka penulis menyusun suatu rencana keperawatan dengan: kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan, auskultasi area paru, suara nafas, section sesuai indikasi, lakukan fisioterapi dada, tinggikan posisi kepala ditempat tidur, berikan oksigen sesuai program, berikan terapi obat-obtan bronkodilator melalui inhalasi (pemberian ventolin 3 tetes, bisolvon 3 tetes. NaCl 0,9 % : 10 cc) dengan waktu selama 15 menit.
Dalam penyusunan rencana tindakan penulis mempunyai tujuan yaitu agar bersihan jalan nafas menjadi efektif, waktu untuk mencapai tujuan tersebut penulis menetapkan 3 x 24 jam sehingga tercapai kriteria hasil yaitu klien tidak sesak lagi, klien tidak batuk, klien tidak ada dahak, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak terpasang oksigen, suara nafas klien normal (vesikuler). Cara pendokumentasian yang dilakukan untuk mencatat suatu rencana keperawatan yaitu dengan menulis rencana tindakan di format pengkajian dan faktror penunjang, sehingga penulis dapat menulis rencana tindakan yaitu dengan melihat kebutuhan klien dan kondisi klien saat ini, faktor penghambat yang dihadapi dalam menyusun rencana tindakan tidak ada dikarenakan keluarga klien mau menceritakan semua keluhan klien, dan keluarga klien terbuka.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang telah disusun ternyata tidak sama dilakukan pelaksanaan selama 24 jam karena keterbatasan waktu dalam melakukan tindakan tersebut, maka penulis dapat melakukan kerjasama pada perawat ruangan untuk melanjutkan rencana yang tersusun sehingga tindakan tersebut dapat dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan selama 3x24 jam
Diagnosa pertama, penulis melakukan semua intervensi masalah tidak efektif bersihan jalan nafas. diagnosa kedua, penulis juga melakukan semua intervensi masalah gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi, diagnosa ketiga, penulis juga melakukan semua intervensi masalah hipertermi , diagnosa keperawatan keempat, penulis juga melakukan semua intervensi masalah kurangnya informasi, Didalam tahap implementasi penulis tidak menemukan hambatan, penulis membina hubungan yang baik kepada keluarga klien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dilaksanakan untuk mengajukan apakah tujuan yang ditetapakn dapat tercapai atau belum dengan kriteria hasil standar dari masing-masing masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan rencanakan yang ditetapkan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian dan masalah sudah teratasi.
Dari empat diagnosa yang muncul dikasus, penulis melakukan tindakan keperawatan 4 masalah yang ada pada klien yaitu tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,hipertermi berhubungan dengan proses penyakit atau infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang nya informasi. Diagnosa pertama. tidak efektifnya bersihan jalan nafas teratasi, tindakan keperawatan,pertahankan intervensi diagnosa kedua, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratas,diagnosa ketiga, hipertermi teratasi, pertahankan tindakan , diagnosa keperawatan keempat, kurangnya informasi tentang penyakit, sudah teratasi, tindakan keperawatan dilanjutkan oleh perawat ruangan. Faktor pendukung yang memudahkan dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat ruangan serta tim medis lainnya dan perhatian serta keinginan keluarga klien agar anak cepat sembuh.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada An. R dengan bronkoneumonia sejak tanggal 10 Mei 2017 sampai 13 mei 2017Di r, maka penulis menyimpulkan bahwa bronkopneumuangan Al-Farizi kamar 6 bed 4 RS Islam Sukapura Jakarta Utara Bronchopneumoniaonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat didaerah bronkus dan sekitar alveoli. Pada diagnosa keperawatan ditemukan empat masalah keperawatan pada An. R antara lain : Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, hipertermi berhubungan dengan proses penyakit/ infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Pada rencana tindakan yang penulis lakukan adalah observasi tanda-tanda vital, kaji suara pernafasan klien, berikan oksigen sesuai indikasi, suction sesuai indikasi, lakukan fisioterapi dada, pemberian nebulizer, observasi hasil laboratorium, pemberian antibiotik (paracetamol ) sesuai indikasi dokter, auskultasi bising usus, timbang berat badan klien tiap hari, berikan support pada keluarga klien,dan berikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.
Pelaksanaan yang sudah dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji suara pernafasan klien, memberikan oksigen sesuai indikasi, melakukan fisioterapi, melakukan pemberian nebulizer (inhalasi), mengobservasi hasil laboratorium, memberikan antibiotik sesuai indikasi dokter, mengauskultasi bising usus, menimbang berat badan klien tiap hari, memberikan support pada keluarga klien,dan memberikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.
Evaluasi akhir yang telah penulis peroleh dalam asuhan keperawatan yaitu ada empat diagnosa keperawatan yang muncul, sebagian masalah belum teratasi, dan tujuan belum tercapai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menganggap perlu adanya saran-saran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Adanya saran-saran untuk memperbaiki pihak yang terkait antara lain:
Setelah penulis menguraikan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada An. R dengan bronkoneumonia sejak tanggal 10 Mei 2017 sampai 13 mei 2017Di r, maka penulis menyimpulkan bahwa bronkopneumuangan Al-Farizi kamar 6 bed 4 RS Islam Sukapura Jakarta Utara Bronchopneumoniaonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat didaerah bronkus dan sekitar alveoli. Pada diagnosa keperawatan ditemukan empat masalah keperawatan pada An. R antara lain : Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sputum, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, hipertermi berhubungan dengan proses penyakit/ infeksi, kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Pada rencana tindakan yang penulis lakukan adalah observasi tanda-tanda vital, kaji suara pernafasan klien, berikan oksigen sesuai indikasi, suction sesuai indikasi, lakukan fisioterapi dada, pemberian nebulizer, observasi hasil laboratorium, pemberian antibiotik (paracetamol ) sesuai indikasi dokter, auskultasi bising usus, timbang berat badan klien tiap hari, berikan support pada keluarga klien,dan berikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.
Pelaksanaan yang sudah dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji suara pernafasan klien, memberikan oksigen sesuai indikasi, melakukan fisioterapi, melakukan pemberian nebulizer (inhalasi), mengobservasi hasil laboratorium, memberikan antibiotik sesuai indikasi dokter, mengauskultasi bising usus, menimbang berat badan klien tiap hari, memberikan support pada keluarga klien,dan memberikan informasi tentang cara perawatan penyakit klien.
Evaluasi akhir yang telah penulis peroleh dalam asuhan keperawatan yaitu ada empat diagnosa keperawatan yang muncul, sebagian masalah belum teratasi, dan tujuan belum tercapai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menganggap perlu adanya saran-saran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Adanya saran-saran untuk memperbaiki pihak yang terkait antara lain:
1.
Keluarga Klien
Keluarga klien diharapkan dapat merawat anggota keluarga yang menderita penyakit bronkoneumonia, mampu menjaga kebersihan lingkungan seperti tempat sampah, kebersihan lantai, kebersihan tempat tidur, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan, mencuci tangan setelah BAB, menjaga pola hidup bersih sehat, dan lain-lain sehingga anggota lain terhindar dari penyakit bronkoneumonia.
Keluarga klien diharapkan dapat merawat anggota keluarga yang menderita penyakit bronkoneumonia, mampu menjaga kebersihan lingkungan seperti tempat sampah, kebersihan lantai, kebersihan tempat tidur, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan, mencuci tangan setelah BAB, menjaga pola hidup bersih sehat, dan lain-lain sehingga anggota lain terhindar dari penyakit bronkoneumonia.
2.
Mahasiswa
a.
Mahasiswa
harus mampu menguasai konsep brokopneumonia dengan mencari dan mempelajari
literatur dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia.
b.
Mahasiswa
mampu berkomunikasi secara terapeutik kepada keluarga klien sehingga mahasiswa
mendapat data selengkapnya dan melakukan implementasi.
c.
Mahasiswa
dapat menjalin kerja sama dengan perawat ruangan, untuk dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara operasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat A.
A Alimul, (2008) Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan,
Jakarta: Salemba Medika.
Narendra,
B.M, dkk. (2002). Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta: IDAI.
Ngastiyah.
(2005) Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Riyadi,
Sujono & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi pertama.
Wong, D L
. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Edisi keempat. Jakarta:EGC
0 komentar:
Posting Komentar